Sebuah gerbang kayu lapuk menyambutnya: “Selamat Datang di Karangjati”. Di bawahnya ada simbol aneh, lingkaran dengan mata dan enam titik.
Ojak langsung kabur, gak mau ikut masuk. “Habis Magrib tempat ini bukan buat manusia,” katanya.
Di ujung jalan berbatu, sebuah rumah jati tua berdiri. Di depannya berdiri seorang pria tua berjubah gelap, Mbah Surani.
“Masuklah,” katanya. “Sudah ditakdirkan kau datang.”
Rumah itu beraroma menyan dan bunga kantil. Mistis abis. Di dalam, Laras langsung disambut energi aneh, kayak masuk ke dunia lain.
Mbah Surani gak banyak omong. Tapi langsung ngambil liontin Laras dan bilang: “Waktunya sudah dekat. Kau adalah darah terakhir dalam garis kutukan ini.”
Di ujung lorong, ada pintu besi digembok rantai, digantung boneka jerami bermata merah. Katanya di balik pintu itu, ada semua jawaban.
Malamnya, Laras nekat buka pintu itu. Gembok tua kebuka gampang. Di dalam? Sebuah cermin besar, lingkaran darah kering, dan buku kulit yang berdenyut kayak jantung.
Saat Laras sentuh buku itu, bayangan hitam keluar dari cermin dan masuk ke tubuhnya. Sejak malam itu, hidup Laras gak sama lagi.
Baca Juga: Misteri Pesugihan Juragan Batik Berubah Jadi Siluman Anjing yang Berujung Tragis
Ilustrasi rumah bekas pesugihan.
Setiap kali Laras megang liontin, dia dapet penglihatan masa lalu. Salah satunya, gadis muda berdiri dalam lingkaran api, menangis. Di belakangnya, Mbah Surani bawa pisau darah. Itu, ibunya!
Mbah Surani akhirnya ngaku, “Kau adalah tumbal terakhir. Supaya perjanjian pesugihan tetap utuh dan makhluk itu tetap tertidur.”
Tapi Laras udah bukan manusia biasa lagi. Bayangan dari cermin mulai bicara dalam kepalanya, nawarin kekuatan. Bukan buat menyerah. Tapi buat balas dendam.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube