Komplek Makam Pangeran Sambernyawa.
Untuk berziarah ke makam Pangeran Sambernyawa, pengunjung harus mendaki tangga yang tersusun di lereng perbukitan tersebut dan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pengelola, atas dasar petunjuk dari Puro Mangkunegaran.
Beberapa aturan tersebut antara lain, pengunjung pria harus berpakaian rapi atau sopan, sementara pengunjung wanita harus memakai jarik atau kain saat hendak menuju areal pemakaman.
Komplek Makam Pangeran Sambernyawa.
Pada pertengahan abad ke-18, sekitar tahun 1750-an, nama Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa, sangat ditakuti oleh pasukan Belanda.
Ratusan nyawa dari pasukan Eropa harus melayang saat bertempur melawan Pangeran Sambernyawa.
Gubernur Belanda pada masa itu, Nicholas Hartingh, memberikan julukan Pangeran Sambernyawa karena di mata mereka, Raden Mas Said adalah malaikat maut bagi para musuhnya.
Selama 16 tahun masa perjuangan melawan pendudukan Belanda, Pangeran Sambernyawa dikenal dengan semboyan yang berarti "Jika satu selamat, semua selamat; jika satu mati, semua mati".
Semangat kebersamaan ini mengobarkan semangat para laskar Pangeran Sambernyawa untuk bersatu padu melawan VOC Belanda.
Komplek Makam Pangeran Sambernyawa.
Pangeran Sambernyawa juga dikenal dengan tiga pokok ajaran yang disebut Tridharma, yaitu "Rumongso melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi, dan mulat sarira hangrasa wani".
Ajaran ini mencakup konsep kepemimpinan yang berbeda dengan penguasa Jawa pada masa itu, mengedepankan nilai-nilai demokrasi, solidaritas, loyalitas, dan kebersamaan.
Baca Juga: Misteri Makam Gantung di Blitar: Mengungkap Legenda Ajian Pancasona
Ajaran Tridharma ini menjadi inspirasi besar yang kemudian hari dikenal sebagai nasionalisme bangsa Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube @Purbo Sasongko