Penampkana Pabrik Gula Tanggulangin di waktu malam. (Youtube/Sang Explorer)
INDOZONE.ID - Sudah tidak asing lagi jika di Indonesia banyak ditemukan bangunan bersejarah tinggalan masa kolonial. Pabrik gula Tanggulangin adalah salah satu bangunan bersejarah masa kolonial yang masih ada hingga saat ini, namun sayangnya pabrik gula ini suda lama tidak beroprasi sehingga menjadi terbengkalai.
Pabrik Gula Tanggulangin didirikan oleh Han Tiau Hien yang merupakan seorang Etnis Tionghoa yang membeli tanah pada VOC di kawasan Sidoarjo. Pabrik ini merupakan pabrik gula milik Tionghoa pertama yang didirikan di Sidoarjo tahun 1835. Kemudian, pada tahun 1933 akhirnya ditutup sementara akibat dari Krisis Malaise.
Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Timur yang berdekatan dengan sungai porong, dimana sungai ini merupakan perpecahan dari sungai Brantas. Letaknya yang strategis membuat kondisi tanah Sidoarjo menjadi subur dan cocok ditanami tanaman Tebu, sehingga Pemerintah Kolonial Belanda mengekploitasi menjadi wilayah industri gula.
Pada abad ke-19 gula menjadi komoditas yang paling mendominasi di Jawa, selain itu gula menjadi penyumbang devisa terbesar perekonomian Hindia Belanda pada tahun 1880-1920 an.
Baca Juga: Mitos Penampakan Ular Kepala Manusia, Kuntilanak, dan Genderuwo di Pabrik Gula Sindanglaut
Penampakan pabrik gula Tangulangin di waktu siang. (Youtube/Jadi Mau Kemana)
Sejak ditetapkan Undang-undang Agraria dan Politik Pintu Terbuka tahun 1870, pabrik gula Tanggulangin mengalami kenaikan dan penurunan. Banyak investor swasta bergabung di perkebunan Hindia Belanda untuk menanamkan modalnya pada sektor industri.
Mengutip dari jurnal of Indonesia History and Education, pada tahun 1877 hingga 1833 produksi gula ini mengalami peningkatan. Pada tahun 1884 hingga 1885 pabrik gula ini mengalami penurunan dan hampir tidak beroprasi lagi, hal ini disebabkan adanya penyakit sereh yang berimbas pada tanaman tebu.
Sebab lain yang menjadikan pabrik ini mengalami penurunan dikarenakan pada tahun ini jumlah permintaan produksi semakin menurun. Pabrik gula Tanggulangin mengalami peningkatan lagi setelah melewati masa depresi gula dan penyakit sereh.
Produksi gula semakin meningkat dari tahun 1885 hingga 1895. Sesuai dengan dikelurakannya Undang-undang agraria tahun 1870, maka diperluas lahan perkebunan tebu pabrik gula Tanggulangin yang memicu naiknya hasil produksi gula.
Sebelumnya, pada tahun 1835 hingga tahun 1896 pabrik gula Tanggulangin dikelola dibawah pimpinan Han Tiau Hien, karena pernah hampir gulung tikar akhirnya pada akhir abad ke-19 pabrik gula ini dibeli oleh seorang pebisnis Tionghoa yaitu Oei Tiong Ham.
Baca Juga: Telisik Kemiskinan Masyarakat di Pulau Jawa pada Abad ke-19, Dampak Sistem Kerja Paksa Belanda?
Oei Tiong Ham dikenal sebagai Raja gula dari Semarang karena telah membeli 5 pabrik gula yang ada di Jawa, salah satunya adalah pabrik gula Tanggulangin. Dibawah kepemilikan Oei Tiong Ham pabrik gula Tanggulangin mengalami perkembangan produksi dengan pesat. Oei Tiong Ham memperbaharui Mesin-mesin di pabrik yang berfungsi untuk melancarkan usaha gulanya, mesin baru Pabrik Gula Tanggulangin tersebut didatangkan dari Jerman.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Direktorat Pai