Kamis, 03 OKTOBER 2024 • 08:54 WIB

Peristiwa 3 Oktober 1945: Perang untuk Mengusir Jepang yang Tersisa dari Kota Pekalongan

Author

Mengenang Peristiwa 3 Oktober 1945 di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO)

INDOZONE.ID - Peristiwa 3 Oktober 1945 adalah terjadinya perang yang bertujuan untuk mengusir Jepang dari Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Di mana peristiwa ini terjadi setelah Indonesia sudah merdeka pada tahun 1945, meskipun tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sudah diumumkan, namun di Pekalongan proklamasi kemerdekaan terasa damai saat dikumandangkan.

Bagi warga Pekalongan, tanggal 3 Oktober itu memiliki makna yang mendalam, karena pada hari tersebut rakyat Pekalongan dengan keberanian yang luar biasa berjuang untuk mempertahankan kedaulatan dari penjajah.

Meskipun banyak yang gugur, semangat perjuangan masyarakat Kota Pekalongan dalam peristiwa Kebon Rejo layak untuk diteladani.

Peristiwa ini merupakan momen penting di mana masyarakat Pekalongan berhasil merebut kekuasaan dari tangan Jepang.

Baca Juga: Kisah 'Penculikan' Proklamator ke Rengasdengklok Sehari Sebelum Pembacaan Proklamasi, Ini Pemicunya

Kebon Rojo, sebuah lapangan tempat masyarakat berkumpul, menjadi lokasi perundingan antara pihak Jepang dan rakyat Pekalongan pada 3 Oktober 1945.

Yuk! Simak latar belakang yang terjadi pada saat itu, 3 Oktober 1945 di Pekalongan, Jawa Tengah.

Latar Belakang Peristiwa 3 Oktober 1945

Setelah Indonesia merdeka, dibentuklah KNID dengan tujuan untuk mengalihkan kekuasaan.

Pada waktu itu, Kota Pekalongan masih dikuasai oleh Jepang. Ada tiga kelompok yang mencoba mendekati pihak Jepang, yaitu:

  • KNID yang dipimpin oleh Dr. Sumbadji
  • BPKKP yang dipimpin oleh Dr. Ma’as
  • Angkatan Muda yang dipimpin oleh Mumpuni dan Margono Jenggot

Ketiga kelompok tersebut melakukan berbagai pendekatan dalam upaya untuk mengalihkan kekuasaan dari tangan Jepang.

Akhirnya, pihak Jepang setuju untuk mengadakan perundingan dengan perwakilan masyarakat Pekalongan dari ketiga kelompok tersebut pada tanggal 1 Oktober 1945 pukul 10.00.

Namun, karena satu dan lain hal, perundingan tersebut ditunda hingga 3 Oktober 1945 pukul 10.00 di gedung Kempeitai.

Penyerangan di Pekalongan

Rakyat Pekalongan yang diwakili oleh Mr. Besar mengadakan perundingan dengan pihak Dai Nippon untuk membahas penyerahan kekuasaan.

Awalnya, perundingan dijadwalkan pada tanggal 1 Oktober 1945, namun ditunda selama dua hari tanpa alasan yang jelas.

Pada 3 Oktober, perundingan dilangsungkan di markas Kenpetai. Saat itu, rakyat Pekalongan telah bersiap mengepung markas dengan membawa bambu runcing dan senjata tradisional lainnya.

Mr. Besar menyampaikan tiga tuntutan kepada Jepang, yaitu penyerahan kekuasaan secara damai kepada rakyat Indonesia, pelucutan senjata pasukan Jepang, serta jaminan keamanan bagi para tentara Jepang setelah kekuasaan diserahkan. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh pihak Jepang.

Sementara itu, massa yang menunggu di luar mulai gelisah. Tiga pemuda berteriak dari luar markas, mendesak agar perundingan segera diselesaikan.

Tak lama kemudian, mereka nekat menurunkan bendera Jepang di Kenpetai dan menggantinya dengan bendera merah putih. Aksi ini langsung disambut tembakan dari pasukan Jepang.

Baca Juga: Kilas Balik Teks Proklamasi, Sempat Ditulis oleh Sutan Sjahrir Tapi Dibuang

Ribuan orang yang telah mengepung Kenpetai segera melancarkan serangan terhadap pasukan Jepang, memicu pertempuran sengit.

Sebanyak 37 orang gugur dalam pertempuran ini, sementara 12 lainnya mengalami luka berat.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Monumen 3 Oktober 1945 di Lapangan Kebon Rojo. Gedung Kenpetai diubah menjadi Masjid Syuhada, dan di depan masjid berdiri patung berbentuk 4 bambu dengan 5 ruas.

Namun, kini patung tersebut telah diganti dengan 3 batang bambu dan 10 ruas, melambangkan peristiwa 3 Oktober.

Setiap tahunnya pada tanggal 3 Oktober, di depan monumen bersejarah tersebut, diadakan upacara dan pertunjukan teaterikal oleh pelajar di Kota Pekalongan.

Penulis: Nadya Mayangsari

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: P2k.stekom.ac.id