INDOZONE.ID - China baru-baru ini digemparkan dengan penemuan thorium hingga 1 juta ton di sebuah kompleks pertambangan Bayan Obo di Mongolia, China Utara.
Menurut para ahli dan survei nasional, temuan ini dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga hingga 60.000 tahun ke depan.
Dilansir dari International Atomic Energy Agency, Thorium merupakan logam keperakan yang sedikit radioaktif dan umumnya ditemukan dalam batuan beku serta pasir mineral berat, Nama Thorium berasal dari dewa petir dalam mitologi Nordik, Thor.
Thorium lebih melimpah tiga hingga empat kali dibandingkan uranium, namun sejarah sejarah, penggunaannya dalam industri dan listrik masih terbatas.
Baca Juga: Tradisi Unik China: Suami Gendong Istri Hamil di Atas Bara Api demi Persalinan Lancar
Salah satu alasannya karena logam ini harus diolah terlebih dahulu supaya dapat digunakan menjadi bahan bakar.
Thorium atau Thorium-232 dalam istilah ilmiah, merupakan bahan yang dapat dibelah, tetapi bukan bahan yang dapat mengalami fisi sendiri sehingga membutuhkan neutron berenergi tinggi untuk mengalami reaksi fisi (proses pembelahan inti atom sebagai sumber energi pembangkit listrik).
Ketika thorium-232 mengalami iradiasi, ia akan melalui serangkaian reaksi nuklir yang akhirnya membentuk uranium-233, bahan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir.
Thorium juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan uranium-235, bahan bakar nuklir konvensional.
Baca Juga: Ular Raksasa Jormungandr: Sang Pencabut Nyawa Thor di Ragnarok!
Thorium dapat menghasilkan lebih banyak bahan fisil (uranium-233) saat digunakan dalam reaktor berpendingin air atau reaktor garam cair.
Menurut perkiraan, kerak bumi mengandung lebih banyak thorium, dengan rata-rata 10,5 bagian per juta (ppm) thorium, dibandingkan dengan sekitar 3 ppm uranium.
Karena kelimpahannya dan kemampuannya ini, thorium berpotensi menjadi solusi jangka panjang bagi kebutuhan energi manusia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Iaea.org