Secara keseluruhan, klitih diberangkatkan dari ancaman Herry untuk mengeluarkan para siswa jika terlibat tawuran.
Para siswa pun akan berkeliling kota untuk melakukan klitih demi mendapatkan pengakuan dari teman-temannya. Dengan melakukan klitih, mereka akan mempunyai ‘reputasi’ yang bagus.
Namun, tidak sepenuhnya pelaku klitih berangkat dari alasan tersebut. Terdapat beberapa faktor, yakni permasalahan pribadi ataupun keluarga, yang juga menjadi faktor pendorong seseorang menjadi pelaku klitih.
Baca Juga: Geger Penampakan Awan Menjulur Tinggi di Langit Jogja, Pertanda Apa?
Salah satu kasus klitih yang paling membuat gempar masyarakat merupakan pembacokan yang terjadi di Jalan Kaliurang yang dilakukan oleh enam pelaku yang merupakan lulusan pelajar SMA, SMK hingga SMP.
Alasan mengapa mereka melakukan aksi klitih dikarenakan para pelaku merasa “tersinggung” setelah korban menyalip di jalan.
Terdapat beberapa cara untuk menghindari terjadinya klitih, di antaranya adalah:
Bepergian sendiri terutama pada malam hari akan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya klitih. Terutama apabila jika tidak tahu jalan dan nyasar.
Oleh sebab itu lebih baik ditemani seseorang terutama saat bepergian agar para pelaku enggan untuk melakukan klitih.
Klitih cenderung terjadi pada malam hari. Sebab itu, carilah rute yang lebih terang dan ramai. Beberapa orang berpendapat untuk mengambil rute jauh tetapi aman, jika perlu untuk meminimalisasi risiko.
Ponsel merupakan alat penting apabila terjadi sesuatu. Pada saat-saat tertentu atau dalam keadaan bahaya, gunakan ponsel itu untuk menghubungi orang-orang terdekat untuk pertolongan.
Fenomena klitih sudah mendapat perhatian serta upaya dari pemerintah melalui patroli yang dilakukan setiap malam.
Akan tetapi, penting untuk meningkatkan kesadaran diri dan berjaga-jaga pada saat malam hari untuk tidak menjadi korban klitih.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: LM Psikologi UGM