Khawatir dengan kondisi Gabriel, pihak sekolah segera menghubungi dinas sosial setempat untuk melaporkan kasus ini.
Petugas yang datang ke rumah Gabriel mendapati sang ibu yang berdalih bahwa luka-luka tersebut disebabkan oleh pertengkaran Gabriel dengan anak tetangga.
Mirisnya, petugas mempercayai cerita ibu Gabriel dan meninggalkan rumah tanpa melakukan tindakan lebih lanjut.
Hari-hari berikutnya, Gabriel kembali ke sekolah dengan luka yang semakin parah.
Rupanya, sang ibu marah besar setelah dinas sosial mendatangi rumah mereka.
Namun, Gabriel yang ketakutan semakin tertutup dan enggan menceritakan penderitaannya kepada siapapun, termasuk gurunya.
Hingga akhirnya, beberapa hari kemudian pada tahun 2013, Gabriel tidak lagi terlihat di sekolah.
Kabar duka pun datang, Gabriel telah meninggal dunia akibat kekerasan yang dilakukan oleh ibunya sendiri.
Di meja belajar Gabriel ditemukan sebuah catatan yang menyayat hati, "Mama, aku mencintaimu... Gabriel bukan anak nakal kok."
Baca Juga: Kisah Tragis Marsinah: Pahlawan Buruh Indonesia yang Pembunuhannya Belum Terungkap Hingga Kini
Kisah tragis Gabriel Fernandez ini menyoroti betapa sistem yang seharusnya melindungi anak-anak rentan justru gagal dalam memberikan perlindungan yang dibutuhkan.
Kasih sayang Gabriel yang tulus dan tak terbatas kepada ibunya tidak cukup untuk menyelamatkannya dari kekerasan yang terus berulang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Daily Mirror