INDOZONE.ID - Pada 2003, warga Purbalingga digemparkan dengan hilangnya jasad seorang nenek berumur 81 tahun dari kuburnya.
Pada saat ditemukan, sudah ada bagian anggota tubuhnya yang menghilang akibat dimakan oleh Sumanto, sang pelaku.
Sumanto dikenal sebagai sosok kanibal setelah mengambil jasad Mbah Rina dari kuburannya dan memakannya dengan lahap.
Alasan di balik tingkah laku Sumanto yang nekat ini didasarkan oleh ketidakmampuannya menahan lapar, mendapatkan pemasukan serta kegagalannya dalam membangun rumah tangga.
Ia pun ditangkap oleh pihak kepolisian pada 15 Januari 2003. Dia pun mendapatkan hukuman penjara lima tahun.
Sumanto Anak Baik-baik
Sumanto lahir pada 3 Maret 1972 di Kabupaten Purbalingga. Ia mempunyai empat saudara kandung, yakni Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.
Saat Sumanto kecil, kehidupannya masih berkecukupan karena warisan dari kakek dan nenek.
Selain itu, ia merupakan anak yang ambisius. Walaupun Sumanto sempat gagal untuk meraih NEM atau batas nilai yang dibutuhkan, ia terpaksa mengulang kelas 6 untuk kedua kalinya.
Baca Juga: Miris, Pria Inggris Ini Depresi karena Cerai: Ujungnya, Bunuh Diri hingga Kepala dan Badan Terpisah!
Percobaannya kedua berhasil membawanya masuk ke SMP favorit yang diinginkan Sumanto. Walaupun jaraknya 3 Km dari rumah, Sumanto tidak keberatan.
Namun, akibat kondisi finansial keluarganya yang menjadi sulit, keluarga terpaksa menjual berbagai macam barang untuk bertahan hidup.
Kekurangan biaya menjadi alasan utama Sumanto berhenti sekolah. Untuk bisa makan, Sumanto terpaksa mencari pekerjaan untuk bertahan hidup.
Kehidupan Perantauan Sumanto di Sumatera
Pada 1988, Sumanto memilih untuk merantau ke Sumatera & menjadi pekerja serabutan.
Kehidupan rantau itu juga menjadi momen pertama Sumanto bertemu dengan sosok perempuan bernama Sutrima yang dipinangnya.
Namun, usia rumah tangga Samanto tidak bertahan lama. Sumanto sering melakukan kekerasan terhadap istrinya sehingga perceraian pun terjadi.
Setelah Sutrima, Sumanto kembali menikahi seorang janda bernama Tugiyem yang sama-sama bekerja di perusahaan tebu. Pernikahan mereka terjalin hingga 1993.
Walaupun dikaruniai seorang anak, usia rumah tangga Sumanto pun kembali kandas.
Sumanto sering jarang pulang. Selain itu, dia pun menjadi sangat temperamen yang membuat perceraian kembali harus dirasakannya.
Kembali Pulang ke Purbalingga
Sumanto pun kembali tinggal di Desa Majatengah bersama keluarganya. Akan tetapi, kepribadian Sumanto yang temperamen, suka mengancam akan membunuh, dan memakan tubuhnya, membuatnya diusir keluarga sendiri.
Sumanto tinggal di sebuah gubuk kecil dari anyaman bambuberalaskan tanah, bersama sang ayah yang hubungannya pun tidak akrab.
Kehidupan Sumanto di gubuk pun juga tidak jauh dari istilah merintis. Sumanto terkadang makan seadanya. Terkadang, ia pun harus menahan lapar.
Sumanto ingin sekali makan makanan enak. Menurutnya, makanan yang paling enak adalah makan “daging”.
Menyantap Daging Manusia
Pada 11 Januari 2003, Sumanto mendengar pengumuman duka dari toa masjid, Mbah Rina yang meninggal di usia 81 tahun dari Desa Srengseng, akan dimakamkan siang itu juga.
Selang 16 jam setelah Mbah Rina dikubur, Sumanto menggali kuburan menggunakan kedua tangannya.
Lalu, dia memasukkan jasad Mbah Rinah ke dalam karung plastik sebelum membawanya ke gubuk menggunakan sepeda ontel.
Di dalam gubuk, Sumanto mengambil pisau tajam, lalu mengiris bagian kemaluan Mbah Rinah terlebih dahulu sebelum memotong tulang dan mengulitinya.
Sebagian daging Mbah Rina diolahnya menjadi sop. Sambil menunggu memasak, Sumanto menghabiskan satu setengah piring daging mentah.
Sumanto pun memutuskan untuk mengolah daging paha Mbah Rina yang masih utuh menjadi sate.
Makanan tersebut ditawarkannya kepada sang ayah dengan menyebutnya daging kambing.
Keduanya makan dengan lahap. Ayah Sumanto pun ingin menambah porsi, tetapi Sumanto menjawab daging kambing sudah habis.
Niatnya, Sumanto untuk memakan habis pada malam itu, namun karena waktu menunjukan jam subuh, Sumanto memilih untuk mengubur kembali jasad Mbah Rina agar tidak dicurigai oleh warga.
Menjawab Puzzle Yang Hilang
Salah satu warga menyadari kuburan Mbah Rina yang berantakan. Hanya kain kafan yang ditemukan di kuburan tersebut.
Selain melaporkan kepada pihak berwajib, warga setempat menjadi curiga dengan sosok Sumanto. Sebab, Sumanto punya kecenderungan menggunakan kalung yang berbentuk kemaluan laki-laki.
Hingga pada 15 Januari 2003, Sumanto ditangkap oleh kepolisian. Dalam interogasi, Sumanto mengakui perbuatan tidak masuk akal yang dilakukannya terhadap jasad Mbah Rina.
Mirisnya lagi, Sumanto juga mengakui Mbah Rina bukan orang pertama yang disantap. Banyak yang menduga, Sumanto juga melakukan aksi serupa kepada Mistam, yang terakhir kali dilihat pergi ke gubuk Sumanto untuk memijatnya.
Namun, dugaan tersebut masih belum terbukti.
Pada saat Sumanto merantau ke Sumatera, ia membunuh dan menguliti salah satu teman rantaunya serta seorang pembegal yang sempat ingin merampok Sumanto. Akan tetapi, jejak kanibalisme itu masih belum terbukti.
Seluruh aksi gila ini didasari oleh doktrinisasi Taslim, sosok kawan Sumanto di pabrik tebu yang mengajarkan ilmu magis untuk mendapatkan kedamaian abadi.
Syaratnya adalah, Sumanto harus memakan minimal tujuh manusia. Jika ingin kedamaian makin abadi, ia harus memakan 21 hingga 41 korban jiwa.
Saat ditahan, kejiwaan Sumanto pun diperiksa. Hasilnya menunjukan, tidak ada gangguan jiwa dalam Sumanto.
Jadi, dapat disimpulkan, ia melakukan seluruh aksinya secara sadar. Sumanto pun mendapatkan hukuman lima tahun penjara.
Namun, pada 24 Oktober 2006, ia dibebaskan karena mendapatkan remisi.
Sumanto Setelah Bebas
Sumanto melakukan pengobatan di Panti Rehabilitasi Mental dan Narkoba di Purbalingga. Upaya tersebut membuat kepribadian Sumanto berubah drastis.
Kondisi mental Sumanto sudah makin membaik dan diniatkan untuk membawa Sumanto kembali ke keluarganya.
Namun, baik keluarga Sumanto maupun warga di desanya, menolak keras kehadiran Sumanto dalam lingkungan mereka. Alhasil, Sumanto menetap di pusat rehabilitasi tersebut.
Walaupun ditolak, keadaan Sumanto sudah jauh membaik. Ia mulai mempelajari ajaran agama dengan baik, melibatkan dirinya dalam aktivitas religius hingga diminta untuk mengumandangkan azan.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube Ewing Hd