Rabu, 20 NOVEMBER 2024 • 17:18 WIB

Kisah Kuomintang Taklukan Chiang Kai Shek Berujung Jatuhnya Era Nasionalis China

Author

Ilustrasi China

INDOZONE.ID - Pada pertengahan abad ke-19, Tiongkok menghadapi masa-masa sulit akibat sejumlah perjanjian tidak adil yang dipaksakan oleh kekuatan asing setelah kekalahan militer, seperti Perjanjian Nanking dan Tianjing.

Perjanjian ini memaksa Tiongkok untuk menyerahkan hak-hak kedaulatannya, memungkinkan negara-negara seperti Jepang dan Inggris menghindari hukum Tiongkok. Situasi ini memuncak dengan Pemberontakan Boxer pada tahun 1901, yang berujung pada kekalahan Dinasti Qing dan memicu Revolusi Xinhai tahun 1911.

Dikutip dari Thecollector, revolusi menyebar cepat karena ketidakmampuan Dinasti Qing untuk menghentikannya. Pada 12 Februari 1912, Kaisar Puyi, kaisar terakhir Dinasti Qing, turun tahta, mengakhiri periode kekaisaran di Tiongkok. Tidak lama kemudian, Kuomintang (KMT) mulai terbentuk.

BACA JUGA: Sejarah Masuknya Islam ke China dan Peran Tokoh Muslim di Dinasti Ming

Sun Yat Sen, tokoh revolusioner kelahiran 1866 di Guangdong, menjadi tokoh kunci pembentukan KMT. Pengalaman hidupnya, termasuk pendidikan di Hawaii dan Hong Kong serta keterlibatannya dalam gerakan anti-Qing, membentuk visinya untuk Tiongkok modern.

Setelah kembali ke Tiongkok saat Revolusi 1911, Sun terpilih sebagai Presiden sementara Republik Tiongkok pada 1 Januari 1912. Meskipun hanya menjabat tiga bulan, ia berperan penting dalam membentuk arah politik Tiongkok dan mendirikan KMT pada Agustus 1912.

Pada periode "Panglima Perang" (1916-1928), Sun memperkuat basis KMT di Tiongkok selatan, bekerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok dan menerima bantuan dari Uni Soviet. Pada 1924, ia memperkenalkan "Tiga Prinsip Rakyat" yang menjadi dasar ideologi KMT: nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

Setelah Sun wafat pada 1925, Chiang Kai Shek mengambil alih kepemimpinan KMT. Di bawah Chiang, KMT melancarkan Ekspedisi Utara pada 1926 untuk menyatukan Tiongkok. Dengan dukungan panglima perang dan Uni Soviet, mereka berhasil mencapai Beijing, dan Chiang diakui sebagai pemimpin sah Tiongkok.

Namun, Chiang berbalik melawan sekutunya, Partai Komunis, pada 12 April 1927 dengan membantai anggota Partai Komunis, memaksa mereka mundur ke daerah pedesaan.

Peristiwa ini memicu perseteruan panjang antara KMT dan Komunis. Tahun 1928 menandai akhir periode Panglima Perang dan dimulainya pemerintahan KMT, di mana Chiang mencoba mewujudkan visi Sun Yat Sen dengan reformasi demokratis, hak perempuan, dan pendidikan universal, meski stabilitas ini tidak bertahan lama.

Pada 1931, Jepang menginvasi Manchuria, memicu krisis bagi KMT. Meskipun pasukan KMT telah dilatih oleh Jerman, mereka tidak mampu menahan serangan Jepang. Kondisi diperburuk oleh pemberontakan panglima perang dan korupsi yang melanda KMT.

Setelah Jepang kalah pada 1945, Tiongkok kembali dilanda perang saudara antara KMT dan Komunis. Meski didukung Amerika Serikat, KMT mengalami kekalahan besar akibat masalah internal seperti korupsi dan wajib militer yang tidak populer. Pada 1949, KMT akhirnya mundur ke Taiwan, mengakhiri kekuasaan mereka di daratan Tiongkok.


Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: The Collector