Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2020, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku di Nusantara.
Di sisi lain, Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi. Sedangkan di Kalimantan dan Papua memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang.
Modernisme adalah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya pada zaman modern. Untuk itu, ini rangkuman lima suku terasing di Indonesia yang tidak tersentuh modernisme.
1. Suku Bauzi, Papua
Summer Institute of Linguistics (SIL) Amerika Serikat berhasil melakukan penelitian dan menemukan suku Bauzi di Papua. Banyak sebutan dari suku, seperti Baudi, Bauri, dan Bauji.
Suku Bauzi juga termasuk ke dalam suku terasing di indonesia. Begitu pula versi Badan Pusat Statistik (BPS), Bauzi dikategorikan sebagai salah satu dari 20 suku terasing di Papua.
Selain itu, suku ini juga hampir tidak pernah bersentuhan langsung dengan kehidupan modernisasi karena hidup di antara hutan-hutan belantara, lembah, rawa, dan sungai-sungai besar.
Batas-batas geografi tersebut mengisolasinya dari pergaulan masyarakat pada umumnya. Dan Suku Bauzi juga memiliki anggota sekitar 1.500 jiwa. Menyebar di bagian utara dan tengah wilayah mamberamo.
2. Suku Sakai, Riau
Dari data kependudukan yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia Suku Sakai adalah suku yang terasing dan masih hidup secara nomaden di daerah Riau.
Penduduk Suku Sakai disebutkan berasal dari kerajaan Pagaruyung yang bermigrasi ke Riau. Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra, wilayahnya terdapat di dalam provinsi Sumatra Barat dan sebagian provinsi Riau sekarang.
Suku Sakai juga dihitung memiliki jumlah anggota Suku Sakai sebanyak 4.995 jiwa. Cara bertahan hidup suku ini juga masih sama dengan suku lain yaitu semua dilakukan secara tradisional, berburu, bercocok tanam, mencari ikan.
Baca juga: 4 Menteri Koruptor Lulusan S-2 dan S-3, Ada yang Lulusan Amerika Serikat, UGM, dan Unpad
3. Suku Korowai, Papua
Suku Korowai mulai ditemukan 30 tahun lalu di pedalaman Papua. Suku ini memiliki anggota sekitar 3.000 orang. Hal yang unik pada suku Korowai mereka membangun rumah tinggal puncak-puncak pohon tinggi.
Bahkan ketinggiannya bisa sampai 50 meter dari permukaan tanah. Orang-orang suku korowai merupakan satu-satunya suku terasing yang tidak menggunakan koteka sama sekali.
Konon suku ini mempunyai kebiasaan memakan daging manusia yang sudah mati. Bahasa mereka termasuk dalam keluarga Awyu-Dumut (Papua tenggara) dan merupakan bagian dari filum Trans-Nugini. Sebuah tata bahasa dan kamus telah diproduksi oleh ahli bahasa misionaris Belanda.
Mayoritas klan Korowai tinggal di rumah pohon di wilayah terisolasi mereka. Sejak tahun 1980 sebagian telah pindah ke desa-desa yang baru dibuka dari Yaniruma di tepi Sungai Becking (area Kombai-Korowai), Mu, dan Basman (daerah Korowai-Citak).
4. Suku Anak Dalam, Jambi
Selain tiga suku di atas, Suku Anak Dalam yang biasa dikenal sebagai Suku Kubu ataupun Orang Rimba merupakan suku yang terisolasi dari kehidupan luar.
Mereka tinggal di Pulau Sumatra tepatnya di provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Populasinya sekitar 200.000 jiwa. Mayoritas suku anak dalam sekarang merasakan kehidupan yang susah karena hilangnya sumber daya hutan yang ada di Jambi dan Sumatera Selatan.
Mayoritas suku anak dalam mesih memegang teguh kepercayaan animisme. Mereka juga percaya apa yang tumbuh di alam adalah milik bersama. Animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia purba.
Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini, mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: