Belakangan Kota Jayapura, Papua bolak-balik diguncang gempa bumi. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak Kamis (2/2/2023) hingga Minggu (12/2/2023), Jayapura sudah diguncang 1.181 kali gempa dengan 176 di antaranya dapat dirasakan.
Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono bencana alam di wilayah timur Indonesia tersebut tak lepas dari fenomena langka “Black Swan Earthquakes.”
"Secara pribadi menurut saya, fenomena Gempa Jayapura tmsk 'Black Swan Earthquakes'," tulisnya dalam unggahan di akun Twitter pribadi @DaryonoBMKG yang dikutip Indozone, Senin (13/2/2023).
Daryono menjelaskan kalau Black Swan Earthquakes merupakan kejadian gempa bumi langka dengan dampak merusak yang parah.
"Belum terpetakan dengan detil sumbernya, di luar prediksi para ahli, berdampak merusak dan membuat cemas masyarakat, peristiwa gempa yang langka-jarang terjadi," sambungnya.
Ia pun mengungkap ada kesamaan antara gempa Jayapura Magnitudo 5,4 dengan gempa Ambon Magnitudo 6,5 pada September 2019.
"Aktivitas gempanya sangat banyak, bersifat merusak, fenomena yang termasuk langka, tidak terprediksi para ahli, belum terpetakan sumber gempanya dengan detail,” ungkapnya.
Baca juga: Potret Kerusakan Gempa Jayapura, Mal dan Hotel Hancur, Pasien Rumah Sakit Dibawa Keluar
Meski begitu, Daryono menyatakan deret gempa Jayapura pasti akan tuntas. Bila sampai masanya, perubahan tegangan (stress) selesai.
"Gempa Jayapura pasti akan selesai, itu earthquake sequence, multi fault aktif & triggered off fault seismicity, pernah tjd di Ambon-Haruku akhir 2019 sebanyak 2500 lebih gempa terjadi, meneror & bbrp bulan kemudian selesai krn akumulasi stressnya sdh release semua. selesai. kmd aman," tuturnya.
Secara pribadi menurut saya, fenomena Gempa Jayapura tmsk “Black Swan Earthquakes” : Belum terpetakan dengan detil sumbernya, di luar prediksi para ahli, berdampak merusak dan membuat cemas masyarakat, peristiwa gempa yang langka - jarang terjadi. pic.twitter.com/lU8By9E32q
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) February 12, 2023
Dikutip dari makalah 'How big, how bad, how often: are extreme events accounted for in modern seismic hazard analyses?' karya Ivan G. Wong (2013), fenomena gempa ‘black swan (angsa hitam)’ digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang mengejutkan, berdampak besar, dan terjadi di luar perkiraan.
Baca juga: Jayapura Diguncang Gempa Dahsyat, Restoran Ambuk ke Laut Evakuasinya Dramatis
Fenomena gempa ini pernah terjadi di beberapa wilayah.Wong mencontohkannya dengan gempa M 9,2 di Sumatera (2004) dan gempa M 9,0 di Tohoku-Oki, Jepang (2011).
"Gempa bumi dapat dianggap sebagai 'peristiwa ekstrem' atau 'black swan' dalam hal ukurannya karena dalam 200 tahun terakhir, kurang dari 10 gempa telah mencapai M 9,0 atau lebih besar," urai dia.
Kedua gempa tersebut juga dapat dianggap ekstrim karena hilangnya nyawa secara signifikan. Masing-masing 200.000 dan 20.000 kematian.
Kemiripan tipe aktivitas Gempa Ambon Sept 2019 (M6,5) dan Gempa Jayapura Januari 2023 (M5,4): Aktivitas gempanya sangat banyak, bersifat merusak, fenomena yang termasuk langka, tidak terprediksi para ahli, belum terpetakan sumber gempanya dgn detil. pic.twitter.com/LD5kct7KZZ
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) February 12, 2023
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: