Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik. (ANTARA/Hafidz Mubarak)
Dua bulan sejak kasus pembunuhan berencana Irjen Ferdy Sambo terhadap ajudannya Brigadir Yosua Hutabarat, motifnya masih simpang siur. Terlebih muncul temuan dari Komnas HAM.
"Polisi tampaknya mengalami kesulitan menemukan motif utama pembunuhan Brigadir Yosua," kata Ilham Bintang jurnalis senior yang dijuluki 'Raja Infotainment' seperti yang diungkap melalui catatannya di akun Facebook miliknya, Kamis (8/9/2022).
Di awal peristiwa isu pelecehan seksual sebagai motif memang menyeruak. Dalam perkembangan kemudian, hasil pemeriksaan polisi mengesampingkan motif itu.
Sebelumnya Menkopolhukam Mahfud MD menyebut motif perbuatan asusila namun terlalu dewasa untuk disebar ke publik.
Dalam Rapat Dengar Pendapat ( RDP) dengan Komisi III, Kapolri Listyo Sigit Prabowo lebih memastikan lagi. Tidak ada pelecehan.
Juga tidak ada tembak- tembakan antar ajudan di lokasi kejadi seperti dalam skenario publikasi di rumah dinas Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Padahal, pelaku utama serta para pendukung dan pelaku "obstruction of Justice" telah ditindak. Ditahan dan dipecat dari jabatan fungsional di institusi pengayom masyarakat itu.
"Namun, belakangan, kasus berkembang semakin tidak karu-karuan. Pelecehan dan pemerkosaan atas Putri Candrawathi sebagai motif pembunuhan muncul lagi," katanya.
Dia menyebut Komnas Ham dan Komnas Perempuan disorot karena mengeluarkan rekomendasi adanya pelecehan seksual kembali sebagai motif saat peristiwa di Magelang.
"Entah seperti apa metodologi pemeriksaan dua lembaga itu yang menganulir hasil pemeriksaan penyidik resmi Polisi," kata Ilham.
Padahal, katanya, publik mengikuti kerja Komnas Ham dan Komnas Perempuan pada sebulan pertama kejadian. Justru yang kita tahu mereka kesulitan mengakses tersangka para pelaku utama.
"Setelah polisi hampir rampung memberkas hasil penyidikan untuk diajukan ke pengadilan, tiba-tiba dua lembaga swadaya masyarakat itu menyalip di tikungan dengan kesimpulan sumir," sebutnya.
Disebut sumir, karena temuannya tetap saja minta didalami oleh polisi.
Dia menjelaskan tidak heran jika banyak yang meragukan kerja Komnas Ham dan Komnas Perempuan tersebut.
Banyak pula publik khususnya netizen yang menyebut di balik itu seperti ada agenda tersembunyi atau pesanan dari pihak terkait untuk meringankan ancaman hukuman mati bagi para pelaku terutama suami - istri Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Ada juga sinyalemen 'temuan' Komnas HAM, menyimpan agenda untuk mengalihkan perhatian publik dari kegaduhan kenaikan BBM yang kini memantik aksi unjuk rasa mahasiswa dan buruh di mana-mana," kata Ilham.
Terkait tudingan ada agenda tersembunyi atau pesanan dari hasil rekomendasi Komnas HAM ini, Indozone berusaha menghubungi Ahmad Taufan Damanik selaku Ketua Komnas HAM.
Taufan menyebut akan menjelaskan soal rekomendasi Komnas HAM dalam acara Talk Show di Televisi.
"Nanti malam tonton acara Rosi," kata Taufan melalui pesan singkat.
Sementara itu Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Josias Simon berpendapat dugaan kekerasan seksual terhadap istri Irjen Pol Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, tidak akan mengaburkan penyidikan kasus pembunuhan Brigadir Yosua lantaran dugaan tersebut belum memiliki bukti yang kuat.
"Terutama alat buktinya apa? Karena dalam ranah penyidikan perlu kejelasan semua temuan dan petunjuk yang ada," ujar Josias dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Josias menyebut dugaan kekerasan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap Putri Candrawathi masih terlalu dini.
Menurutnya, tak menutup kemungkinan dugaan kekerasan seksual ini, untuk meringankan hukuman para tersangka pembunuhan Brigadir Yosua.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: