Adolf Hitler (kiri) dan salah satu lukisan yang pernah ia buat (kanan). (Wikipedia).
Meski dikenal sebagai pemimpin kejam, sosok Adolf Hitler memiliki jiwa seni yang luar biasa karena kemampuannya sebagai pelukis. Namun, bakatnya tak bisa diteruskan lantaran ia ditolak dari sekolah seni Wina meski lukisannya luar biasa. Penolakan itulah yang konon kemudian merubah jalan hidupnya selamanya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di kalangan sejarahwan: apa yang terjadi bila Hitler diterima dan menjadi pelukis terkenal saat itu? Mungkinkah ia akan menjadi pemimpin diktator yang memulai perang dunia kedua?
Sejarah karakter Adolf Hitler telah diperdebatkan berkali-kali oleh para sejarawan. Di antara semuanya, satu elemen menonjol, yang pentingnya dalam pembentukan karakteristik diktator dan jiwa seni yang dimilikinya.
Mengutip HistoryYesterday, Adolf Hitler memutuskan untuk mengikuti mimpinya dan menjadi seorang seniman pada tahun 1907. Kecenderungannya diketahui olehnya sejak kecil. Dia menganggap impiannya dapat dicapai setelah kematian ayahnya, yang memaksanya untuk mengejar karir lain.
Di usianya yang baru 18 tahun, ia mendaftar dalam ujian masuk Akademi Seni di Wina. Sayangnya, dia ditolak selama dua tahun berturut-turut.
Ujian pertama berlangsung pada tahun 1907 di mana ia lulus ujian pendahuluan, yang terdiri dari menggambar dua adegan alkitabiah dalam dua sesi masing-masing tiga jam. Bagian kedua dari ujian terdiri dari penyajian portofolio makalah yang sudah dilakukan untuk penguji. Pada tahun 1908, pada upaya kedua, dia bahkan tidak diterima dalam ujian.
Ketika dia pertama kali ditolak pada tahun 1907, alasan para penguji menlaknnya lantaran bahwa karya-karya itu tak cukup 'berseni'. Namun mereka menganggap Hitler memiliki ke arah arsitektur, ketimbang seni lantaran lukisan yang digambarkan kebanyakan bangunan simetrik yang elok.
Sehingga beberapa penguji mendorong Hitler menekuni dunia arsitektur.
Baca Juga: Kisah Issei Sagawa, Kanibal yang Setubuhi dan Makan Temannya Sendiri Tapi Bebas dari Hukum
Hitler tak bisa melanjutkan ke arsitek karena putus sekolah pada usia 16 tahun. Akademi seni adalah harapan terakhirnya. Sehingga ia merasa dirinya adalah seorang seniman yang gagal.
Hal ini muncul bersama dengan situasi keuangan genting keluarganya, dan kematian ibunyadan kerusuhan sosial pada masa itu yang menjadi pemicu pada penciptaan karakter diktator yang ada dalam dirinya.
Pada tahun-tahun setelah dua kegagalannya, Hitler terus melukis untuk mencari uang sampai akhirnya ia terdaftar di tentara Jerman dengan pecahnya Perang Dunia I.
Beberapa lukisan yang diyakini telah menjadi bagian dari portofolio saat ujian masuk, dijual beberapa tahun yang lalu. Menurut The Telegraph, karena nilai historisnya daripada nilai artistiknya. Kelompok lain yang terdiri dari 14 karya dijual dengan nilai total 400.000 euro.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama dan kembalinya dia dari garis depan, Hitler tetap berada di struktur militer, tanpa adanya perspektif lain. Namun, ia terus menggambar, meskipun tampaknya ia menerima keterbatasannya dalam seni.
Situasi sosial dan ekonomi Jerman yang genting juga merupakan faktor, yang memicu kebenciannya terhadap orang Yahudi dan rasa memilikinya terhadap Jerman.
Dengan "gairah" barunya, ia menemukan bakat lain, yaitu seorang pembicara publik, yang mendorongnya ke dunia politik.
Sejak tahun 1919, Anton Drexler, pemimpin DAP, Partai Buruh Jerman — sebuah varian sosialisme anti-Semit — menghargai bakat oratoris Hitler. Dari inklusi pada tahun 1919 hingga menjadi Kanselir Jerman pada tahun 1933, ia bertemu dengan berbagai politisi, yang terpenting, mentornya yang benar-benar memperkenalkannya ke dunia politik, Dietrich Eckart.
Sungguh menakjubkan untuk dicatat bagaimana bukan bakat artistiknya yang membentuknya, melainkan bakat oratorisnya yang membuka pintu untuk jalan lain.
Kisah di atas merupakan akumulasi peristiwa yang memiliki efek domino terhadap karir Hitler. Namun penekanannya adalah kepada kisah awal Hitler yang kegagalan karir artis.
Para sejarahwan pun berimajinasi dan mengatakan "seandainya": bila Hitler dulu lolos dalam penerimaan ke Akademi Wina atau ia tak putus sekolah dan bisa diterima di arsitektur, mungkinkah citra sosoknya sebagai diktator tak akan terjadi?
Takdir orang siapa yang tahu kan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: