Vaksin. (photo/Ilustrasi/REUTERS/SARAH MEYSSONNIER)
Vaksin Johnson & Johnson COVID-19 dilaporkan sangat efektif melawan varian delta yang sangat menular, perusahaan umumkan pada 1 Juli kemarin. Meskipun analisis yang dilakukan hanya pada sejumlah kecil peserta dan belum ditinjau rekan sejawat, ini telah menunjukkan bahwa vaksin Johnson & Johnson, seperti vaksin Pfizer dan Moderna, yang dapat memberikan penyangga untuk AS terhadap varian yang sangat menular. Temuan itu diserahkan di 2 studi terpisah ke server pracetak bioRxiv.
Varian Delta pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020, dan Organisasi Kesehatan Dunia mentapkannya sebagai "varian yang menjadi perhatian" pada Mei 2021. Varian ini menyebar ke setidaknya 92 negara dan mendorong pembatasan COVID-19 baru di sejumlah tempat. Di Inggris sendiri, varian Delta sekarang menyumbang lebih dari 90% kasus baru yang didiagnosis, dan di AS, saat ini membuat lebih dari 20% kasus baru.
Delta diperkirakan sekitar 60% lebih mudah menulau daripada varian Alpha, varian yang pertama kali di Inggris dan yang saat ini dominan di Amerika Serikat. Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Public Health England menemukan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer adalah 88% efektif pada penyakit simtomatik, sedangkan vaksin AstraZeneca 60% efektif terhadap varian itu.
Tetapi, sedikit yang diketahui mengenai seberapa protektif vaksin Johnson & Johnson pada varian Delta. Beberapa ahli perkirakan bahwa vaksin Johnson & Johnson akan memberikan perlindungan yang sama terhadap Delta seperti vaksin AstraZeneca karena pakai platform yang sama. Tetapi, kedua vaksin itu mempunyai perbedaan, yang utama adalah bahwa vaksin Johnson & Johnson yang diberikan dalam dosis tunggal, sedangkan vaksin AstraZeneca yang diberikan dalam dua dosis.
“Data saat ini selama delapan bulan yang dipelajari sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin tunggal Johnson & Johnson COVID-19 menghasilkan respons antibodi penetralisir yang kuat yang tidak berkurang; sebaliknya, kami mengamati peningkatan dari waktu ke waktu,” Dr. Mathai Mammen, dari kepala global Johnson and Johnson's Janssen Research & Development, mengatakan dalam pernyataannya.
"Selain itu, kami mengamati respons imun seluler yang persisten dan sangat kuat, serta tahan lama." katanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: