INDOZONE.ID - Sigajang Laleng Lipa adalah tradisi unik yang berasal dari masyarakat Suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.
Tradisi ini melibatkan pertarungan antara dua pria yang berada dalam satu sarung dan dipersenjatai dengan senjata tradisional, badik.
Selain sebagai cara menyelesaikan konflik, Sigajang Laleng Lipa juga mencerminkan nilai-nilai budaya yang mendalam, seperti harga diri dan martabat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas asal-usul, sejarah, serta konteks sosial dan budaya yang melatarbelakangi tradisi ini.
Sigajang Laleng Lipa telah ada sejak ratusan tahun lalu di kalangan masyarakat Suku Bugis, khususnya pada masa kejayaan Kerajaan Bugis.
Masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi nilai harga diri atau siri, yang menjadi dasar penting dalam kehidupan sosial mereka.
Ketika terjadi perselisihan antara dua pihak atau keluarga yang tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah, pertarungan ini menjadi jalan terakhir.
Baca Juga: Mengenal To Manurung, Sosok yang Dipercaya Turun dari Langit dalam Budaya Bugis Makassar
Ritual ini dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian, di mana pihak yang bertahan hidup dianggap sebagai pihak yang benar.
Meskipun tradisi ini tidak tercatat dalam catatan sejarah resmi seperti karya raja Gowa-Tallo atau kitab I La Galigo, banyak ahli yang berpendapat bahwa Sigajang Laleng Lipa merupakan simbol budaya yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat Bugis.
Pelaksanaan Sigajang Laleng Lipa memerlukan persiapan matang. Pertama, kedua pihak yang berseteru harus sepakat bahwa perselisihan mereka akan dianggap selesai, apapun hasil dari tradisi ini.
Kedua, waktu dan tempat pelaksanaan harus disepakati bersama, dengan mempertimbangkan aspek budaya dan norma setempat.
Selain itu, tradisi ini harus dilakukan di depan masyarakat yang akan bertindak sebagai saksi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Inovasi Penelitian, Karya Ilmiah, Dan Pengembangan.