Ilustrasi Desa Horor dan Penghuninya.
Serius, ini bukan halu. Beberapa kali Riana ngeliat bayangan di balik jendela. Samar-samar, tapi cukup jelas buat bikin napas sesak.
Kamera menangkap suara-suara aneh, seperti bisikan. Dia coba tahan diri, tapi pas nemu artefak aneh di bekas balai desa, semuanya berubah.
Artefak itu bentuknya kayak ukiran wajah tapi dengan mata merah menyala. Sejak dia megang itu, angin berubah jadi badai kecil.
Daun beterbangan, ranting patah, dan bisikan itu makin keras. Bukan cuma di telinga, tapi kayak di dalam kepala.
Baca Juga: Kisah Mistis Dukun Beranak dan Sosok Ibu dan Bayi Misterius dari Desa Mekarwangi
Tiba-tiba suasana desa kayak “bangun”. Riana ngeliat bayangan-bayangan mulai bergerak.
Di langit, kabut makin pekat. Lalu dari balik reruntuhan, muncul sosok tinggi menjulang.
Tubuhnya kayak akar-akar pohon yang hidup. Gak punya wajah, cuma bayangan hitam, tapi matanya kosong dan dingin.
Sosok itu nyamperin Riana. Dia gak bisa gerak, kaki seolah diikat akar dari dalam tanah. Bisikan di kepala makin brutal, bilang, “Pengorbananmu... darahmu... adalah milikku.”
Di detik terakhir, Riana sadar artefak itu bukan cuma benda mati. Itu kunci.
Dia genggam erat, panasnya seperti membakar tangan. Dengan sisa tenaga, dia tusukkan artefak itu ke dada entitas tersebut.
Boom! Jeritan bukan dari dunia ini meledak di udara. Bayangan hitam itu terurai, ditelan pusaran merah dari dalam tanah.
Desa mulai runtuh. Batu, kayu, semuanya ambruk. Riana lari sekencang mungkin, napas tinggal sehela, tapi akhirnya dia keluar dari desa itu. Tepat waktu sebelum semuanya lenyap.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube