Dilansir dari Youtube @Sarang Demit, bagi masyarakat setempat, orang bunian bukan sekadar legenda. Masyarakat setempat meyakini bahwa bertemu dengan suku bunian dapat membawa keberuntungan dalam hidupnya.
Namun, ada juga yang menganggap pertemuan dengan makhluk ini bisa berakibat buruk.
Selain dianggap sebagai makhluk yang pemalu, orang bunian juga dipercaya suka membantu orang yang tersesat di hutan, meski mereka sering kali tidak dapat dilihat secara sengaja.
Di kawasan lain seperti Gunung Sago, Sumatera Barat, orang bunian dikenal dengan sebutan "anak go teh" atau "big show".
Kisah mengenai perburuan orang bunian oleh bangsa Eropa pada masa kolonial Belanda juga memperkuat mitos ini.
Para peneliti Eropa diyakini sangat tertarik dengan orang bunian dan bersedia membayar mahal untuk mendapatkan spesimen makhluk tersebut.
Debbie Martyr dan Penelitian Orang Bunian
Debbie Martyr, seorang peneliti asal Inggris, telah menghabiskan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk meneliti orang bunian.
Ia percaya bahwa orang bunian adalah primata besar, dengan tubuh yang mirip dengan orangutan, namun berwarna kuning kemerahan atau cokelat.
Debbie menjelaskan bahwa orang bunian membutuhkan habitat khusus di hutan dataran rendah, bukan di pegunungan seperti yang banyak dipercayai.
Meskipun teknologi di tahun 1990-an terbatas, Debbie yakin bahwa bukti ilmiah keberadaan orang bunian dapat ditemukan dengan menggunakan teknologi DNA modern.
Namun hingga kini, bukti keberadaan fisik orang bunian tetap belum ada.
Ilustrasi Suku Bunian Sumatra.
Apakah orang bunian hanya sekadar mitos atau benar-benar nyata? Hingga saat ini, misteri tersebut masih belum terpecahkan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube