Setelah itu, sang ibu berkata kalau mereka harus siap menerima akibatnya. Salah satunya akan kehilangan teman mereka.
Desa Dayak Kenya, Kalimantan Utara, diduga mempercayai buaya sebagai leluhurnya.
Baca Juga: Mitos dan Legenda Bendungan Walahar Karawang, Arwah Pekerja Paksa Masih Gentayangan
Pernah ada sejarah pada zaman dahulu, nenek moyang di kampung lama, sering mencari ikan menggunakan jaring.
Pada waktu itu, ada seorang kakek yang sedang memasang jaring di sungai. Secara kebetulan, anak buaya terjebak di jaring tersebut.
"Kakek itu mengangkat jaringnya dan melihat anak buaya sedang berusaha melarikan diri," ujarnya.
Kemudian, kakek tersebut dengan hati-hati melepaskan anak buaya dari jaring di darat. "Dia melepaskan anak buaya itu dengan perlahan," tambahnya.
Menggunakan bahasa Kenya, kakek itu berkata, "Cu, bagaimana kamu bisa terjebak di jaring kakek? Jaring ini dipasang untuk menangkap ikan," ucapnya.
Setelah berbicara dengan anak buaya, tiba-tiba muncul gelembung besar dari sungai, membuat kakek ketakutan.
Dari gelembung besar itu, muncul dua ekor buaya besar.
Kakek merasa takut kalau buaya besar tersebut salah paham dan mengira dia ingin mengambil anak buaya itu.
Tak lama kemudian, buaya besar semakin mendekati tepi sungai, dan kakek mendekati mereka tanpa ragu, "Saya tidak berniat jahat, saya hanya ingin menolong anakmu," katanya.
Kakek menjelaskan kepada induk buaya bahwa dia telah menyelamatkan anaknya yang terjebak di jaring dan kemudian melepaskannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: TikTok/@pesona.borneo