Kategori Berita
Media Network
Selasa, 14 NOVEMBER 2023 • 16:55 WIB

62 Tahun Menghilang hingga Disangka Punah, Mamalia Ekidna Muncul di Pegunungan Papua

Satu-satunya spesimen payangko ditemukan oleh ahli botani Belanda pada 1961, dan baru diberi nama pada 1998.

INDOZONE.ID - Peneliti ekspedisi Cycloop, Sir David Attenborough berhasil menemukan spesies mamalia Ekidna Zaglossus Attenboroughi, atau landak hidung panjang di Pegunungan Cycloop Papua.

Mamalia yang hilang selama 62 tahun dan dikhawatirkan punah itu ditemukan masih hidup, bersama  ratusan spesies baru lainnya.

Dalam 62 tahun terakhir, keberadaan spesies ini hanya dibuktikan pada satu spesimen yang diawetkan, yang saat ini disimpan di Naturalis Biodiversity Centre di Leiden, Belanda.
 
Ini adalah pertama kalinya Ekidna yang bernama latin Zaglossus Attenboroughi di foto hidup-hidup.

Kabarnya, spesies ini terakhir terlihat pada tahun 1961 dan dikhawatirkan sudah punah. Spesimen ini  ditemukan pada tahun 1961 oleh ahli botani Belanda, Pieter van Rooyen di dekat puncak Gunung Rara di Pegunungan Cycloop.

"Menemukan bukti bahwa spesies ini masih hidup seperti menemukan  cabang pada pohon kehidupan yang memiliki sejarah evolusi yang sangat panjang," kata Pieter.

Baca Juga: Penyebab Australia Kehilangan Lebih Banyak Spesies Mamalia Dibandingkan dengan Benua Lain

Ilmuwan James Kempton dari Universitas Oxford di Inggris, menjadi pemimpin dalam ekspedisi yang berlangsung dari Juni hingga Juli 2023 ini.

Zaglossus Attenboroughi merupakan hewan yang memiliki duri di tubuhnya seperti landak, berjalan dengan empat kaki, memiliki hidung panjang lurus, dan hidup di hutan terpencil Pegunungan Cycloop.

Warga Desa Yongsu Spari yang terletak di kaki gunung, mengenal hewan ini dengan sebutan Payanco.

Ekspedisi tersebut tidak hanya menemukan spesies Payanco yang telah lama hilang, tetapi juga menemukan ratusan spesies yang dianggap baru dalam ilmu pengetahuan.

Pegunungan Cycloop terletak di sebelah barat Jayapura, ibu kota provinsi Papua. Pegunungan ini membentang dari barat ke timur di provinsi Papua dan menjadi pembatas antara Danau Sentani dan Samudera Pasifik.

Foto pertama Zaglossus attenboroughi dan satu-satunya dalam keadaan hidup. Foto ini diambil dengan kamera otomatis.

Penduduk setempat memberi berbagai nama pada puncak tertinggi, seperti Dobonsolo, Dafonsoro, dan Robhong Holo.

"Saya sekarang tahu bahwa hutan ini penuh dengan  spesies langka. Saya bersyukur, artinya hutan ini masih dilestarikan," ungkap Zacharias Sorondanya, yang ikut memimpin perjalanan penelitian.

Hanya ada lima spesies mamalia bertelur (monotremes) di dunia,  salah satunya adalah Zaglossus Attenboroughi. Spesies ini tergolong rentan dalam Daftar Merah IUCN.

Ekidna ini diberi nama Zaglossus Attenboroughi pada tahun 1998 setelah naturalis Inggris, Sir David Attenborough yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman masyarakat tentang flora dan fauna Papua.

Payanco ditemukan setelah peneliti memasang 80 kamera di Pegunungan Cycloop. Salah satu kamera merekam video dan foto Zaglossus Attenboroughi pada 22 Juli 2023 pukul 20.08 WIB.

Baca Juga: Kuskus Beruang, Spesies Kunci Sulawesi dan Mamalia Endemik yang Dilindungi

Lokasinya dirahasiakan untuk melindungi Payanco. Tidak banyak yang diketahui tentang spesies , karena  belum pernah diuji secara hidup.

"Ini merupakan bukti ilmiah pertama bahwa Zaglossus attenboroughi masih hidup dan merupakan foto pertama hewan ini," kata James Kempton.

Namun,  tiga spesies Ekidna lain sudah dipelajari, termasuk Zaglossus Bartoni dan Ekidna berhidung panjang. Spesies ini hidup di gua-gua antara 600 dan 3.200 meter di atas permukaan laut, ditemukan di hutan terpencil, dan aktif di malam hari.

"Itulah mengapa kita memerlukan kamera untuk melihat apa yang terjadi di  hutan, karena manusia menimbulkan banyak kebisingan dan pergerakan serta dapat menakuti hewan," beber James.

James menjelaskan, Zaglossus Attenboroughi yang terlihat di kamera  sesuai dengan gambaran ciri-ciri hewan tersebut.

Moncongnya lebih lurus dan  pendek dibandingkan spesies Ekidna lainnya. Struktur tubuhnya juga sesuai dengan spesimen yang disimpan di museum.
 
Spesies ini merupakan spesies Ekidna terkecil, dengan individu yang diamati diperkirakan memiliki panjang sekitar 70 hingga 80 cm.

Pencarian hewan ini sudah sering dilakukan di masa lalu, misalnya pada ekspedisi tahun 2007, namun tidak membuahkan hasil. Kini para peneliti telah menjelajahi sisi hutan yang  jarang dikunjungi manusia.

 

Writer: Putri Surya Ningsih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators,

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

62 Tahun Menghilang hingga Disangka Punah, Mamalia Ekidna Muncul di Pegunungan Papua

Link berhasil disalin!