INDOZONE.ID - Wali Sanga adalah kumpulan sembilan ulama yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Salah satu dari sembilan wali itu adalah Sunan Kudus, yang memiliki nama asli Ja’far Ash-shadiq.
Sunan Kudus dikenal aktif berkhotbah di Kudus, yang saat ini, makamnya di dekat Menara Kudus menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi.
Namun, terdapat mitos yang membuat kelompok tertentu, termasuk pejabat, enggan berziarah ke makam tersebut. Mengapa demikian?
Salah satu cerita terkenal berkaitan dengan Presiden ke-1 RI, Ir. Soekarno. Konon ketika mengunjungi Masjid Menara Kudus, dikabarkan bahwa beliau melewati gerbang utama masjid. Beberapa tahun setelah itu, Soekarno lengser dari jabatannya.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa peristiwa ini berkaitan dengan gerbang tersebut.
Mitos yang berkembang di kalangan warga Kudus menyebutkan bahwa setiap pejabat yang melewati gerbang utama kompleks Masjid Menara Kudus akan kehilangan jabatannya.
Oleh karena itu, banyak pejabat yang memilih untuk menghindari berziarah ke makam Sunan Kudus.
Gerbang yang dimaksud dikenal sebagai Gerbang Kalacakra. Menurut kepercayaan lokal, Sunan Kudus memasang rajah bernama Rajah Kalacakra di gerbang tersebut.
Dikisahkan bahwa pemasangan rajah ini dilakukan karena Sunan Kudus menolak orang-orang yang memamerkan kekuasaan atau jabatan.
Akibatnya, banyak pejabat merasa ragu untuk mengunjungi makam Sunan Kudus karena takut akan dampak dari melewati gerbang tersebut.
Baca Juga: Sejarah Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, Saksi Penyebaran Islam di Indonesia
Beberapa pejabat bahkan meminta pengelola kompleks untuk menyediakan jalan alternatif agar mereka tidak harus melewati Rajah Kalacakra.
Meskipun terdapat mitos yang kuat, kompleks Menara Kudus tetap menjadi destinasi wisata yang menarik bagi pengunjung.
Selain sebagai wisata religi, kompleks ini juga menawarkan daya tarik dari segi sejarah dan arsitektur yang menarik untuk dieksplorasi.
Mitos mengenai Rajah Kalacakra tidak hanya berfungsi sebagai cerita, tetapi juga sebagai nilai budaya yang kuat.
Hal ini mencerminkan bagaimana masyarakat Kudus menjaga dan menghormati tradisi mereka.
Selain itu, mitos ini mengingatkan kita bahwa jabatan yang kita miliki di dunia ini bersifat sementara, dan pada akhirnya, kita tetaplah manusia biasa.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung