Di Klaten, Jawa Tengah, banyak sekali masjid kuno berusia ratusan tahun yang sampai saat ini masih terawat dengan baik.
Ada masjid sebagai bukti syiar agama Islam waktu itu, dan ada pula masjid hadiah seorang raja kepada rakyatnya.
Di Klaten ada masjid hadiah dari seorang raja, masjid itu bernama Masjid Muslimin Giri Purno yang berada di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Klaten. Masjid ini satu komplek dengan makam keluarga Ki Karsodimedjo.
Menurut Takmir masjid setempat, Subarja, sesuai sejarahnya, masjid ini merupakan hadiah dari Raja Surakarta Hadiningrat Paku Buwono X kepada Tabib Keraton bernama Ki Karsodimedjo.
Baca juga: Menelisik Masjid Macanbang, Salah Satu Jejak Sejarah Penyebaran Islam di Tulungagung
Sehingga tak heran apabila masjid ini bentuknya sama seperti masjid-masjid lain yang dibangun oleh keraton.
Masjid ini dibangun tahun 1932 atau 1862 Tahun Jawa. Sementara Ki Karsodimedjo meninggal pada tahun 1940. Ciri khas yang paling menonjol dari masjid ini adalah arsitekturnya.
Gerbang masjid bertembok tebal, menjulang tinggi, namun akses masuk sempit. Hanya cukup untuk satu mobil saja.
Di atas plengkung pintu gerbang terdapat gambar bulan bintang, tulisan aksara Jawa dan tahun pembangunan 1932 atau tahun Jawa 1862.
Begitu kita masuk ke halaman masjid, disambut dengan kolam kecil, yang di tengahnya ada tugu. Di tugu tersebut, terdapat tulisan huruf Jawa yang cukup panjang, semacam sebuah prasasti.
Teras masjid ditopang enam buah tiang berbentuk silinder. Dari bawah, ada pitu atau tujuh undakan untuk sampai ke dalam masjid. Orang Jawa mengartikan, pitu (7) itu berfilosofi "pitulungan" (pertolongan) Tuhan YME.
Di teras ada bedug dan kentongan kuno, yang saat ini sudah tidak digunakan lagi karena khawatir rapuh.
Masuk ke dalam masjid, ada beberapa jendela. Suasana tempo doeloe begitu terasa. Mihrab masjid ada simbol keraton Sri Radya Laksana. Di sebelah kiri mihrab, ada jendela berukuran kecil.
Di belakang masjid, ada makam keluarga Ki Karsodimedjo. Untuk masuk ke dalam makam, ada gerbang tinggi kokoh menjulang, berundak 10 buah. Gerbang ini mirip gerbang Astana (makam) raja-raja Jawa.
Subarja menjelaskan, meskipun masjid ini peninggalan keluarga Ki Karsodimedjo, namun sudah diserahkan kepada masyarakat setempat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
"Masjid ini ya memang tidak seramai masjid yang ada di dalam kampung milik desa. Namun tetap ada jamaah yang selalu menyambangi masjid ini," kata Subarja kepada Z Creators.
Selama bulan Ramadan, berbagai kegiatan tetap digelar di Masjid Muslimin Giri Purno.
Banyak warga yang lewat, salat di masjid sekaligus beristirahat. Tempatnya adem dan agak bernuansa seram. Bagi yang tidak bernyali, dilarang masuk masjid seorang diri.
Baca juga: Masjid Arasta, Peninggalan Abad 11 di Kastil Bizantium yang Berusia 780 Tahun
Salah seorang marbot masjid, Rudi (55 tahun), seringkali menemui hal-hal mistis dan horor.
"Saya menjadi marbot masjid belum ada satu tahun. Pertama kali tidur di masjid ini, saya ditemui seseorang tinggi besar pada malam hari. Orang tersebut hanya berdiri saja terus menghilang. Malam-malam berikutnya, sering terdengar suara air wudhu gemericik. Setelah saya tengok, ternyata tidak ada orang," kata Rudi.
Cerita masjid ini yang horor, sudah ia dengar dari banyak orang, sebelum ia memutuskan tidur di masjid.
Cerita yang beredar di tengah masyarakat, bila berani tidur di dalam masjid, pasti akan pindah tempat. Entah di makam atau di tanah luar masjid.
Rudi sendiri sudah membuktikan tidur berkali-kali di masjid, tetap tidak pindah tempat. Ia bangun masih di tempat semula. Mengenai suara-suara aneh, memang sering ia dengar.
"Selagi tidak mengganggu dan saya merasa tidak terganggu, semua saya anggap baik-baik saja," kata Rudi.
Warga Desa Pakahan, mengaku senang dan bangga dengan adanya masjid bersejarah ini.
"Saya sebagai warga di sini, sangat bangga dengan adanya masjid peninggalan leluhur yang luar biasa. Ini bukti sejarah, kalau leluhur kita bukan sembarang orang," kata Sri, salah seorang warga.
Artikel Menarik Lainnya:
- Heboh Pengobatan Ida Dayak di Depok, Ini Penyebab Pengobatan Tradisional Lebih Dipercaya
- Waspada saat Mudik, Ini Titik Rawan Bencana Ruas Jalan Nasional Pulau Jawa
- Tongkonan Tana Toraja, Arsitektur yang Menggabungkan Filosofi Kosmologi dan Religi
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini .
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: