Senin, 03 APRIL 2023 • 11:55 WIB

Keunikan Masjid Tiban Desa Puluhan, Air Padasannya Diyakini Menyuburkan Kandungan

Author

Masjid kuno di Nusantara, banyak mempunyai nilai sejarah yang masih diyakini sampai sekarang. Beberapa peninggalannya masih dirawat dan dikeramatkan oleh warga sekitar.

Salah satu masjid kuno yang berada di wilayah Klaten, yaitu Masjid Agung Puluhan yang berada di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Masjid ini, konon berdiri sejak tahun 1414 Masehi, yang merupakan peninggalan salah satu Wali Songo yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga.

Takmir masjid setempat, Muhammad Munir (68 tahun) mengatakan, bahwa saat dirinya masih kecil, masjid ini dirawat oleh kakeknya, dilanjut orangtuanya, dan sekarang Mbah Munir sendiri.

Baca Juga: Keren dan Unik! Gunungsitoli Fashion Carnaval Hadirkan Kostum dari Barang Bekas

“Dari cerita turun temurun, masjid ini didirikan pada tahun 1414 oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Dulu wilayah sini masih hutan belantara, namun sudah berdiri sebuah masjid. Hebat kan?” jelas Mbah Munir pada Z Creators Edelweis Ratushima, Selasa (28/3/2023).

Ciri Khas Masjid

Suasana di dalam Masjid Agung Puluhan yang berada di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. (Z Creators/Edelweis Ratu Shimaa)

Dulu masjidnya kecil, hanya menempati lahan seluas 8 meter persegi dan masih dari kayu. Ada 8 tiang dari kayu jati berdiameter besar, sebagai ciri khas masjid peninggalan Wali Songo.

Sekarang tiang aslinya tinggal 4 buah dan masih digunakan untuk menyangga masjid tersebut. Namun mana yang masih asli, tidak bisa diketahui begitu saja. Karena tiangnya dilapisi kayu agar sama bentuknya.

Baca Juga: Sambut Ramadan hingga Jelang Lebaran, Omzet Coklat Karakter Asal Bandung Tembus Rp200 Juta

Mbah Munir juga menunjukkan beberapa benda peninggalan Sunan Kalijaga. Ada mimbar lengkap dengan tongkatnya, ada dipan yang dikelambu, ada Alquran, ada bedug, mustoko masjid, kentongan, tiang penyangga, dan padasan (gentong untuk wudlu) yang masih utuh.

Semua peninggalan tersebut dirawat dengan baik oleh pengurus masjid dan ditempatkan di ruangan tersendiri.

“Ini sengaja kami tempatkan di ruangan tersendiri, agar tidak sering dijamah oleh pengunjung masjid. Karena pengunjung masjid berasal dari berbagai daerah, tidak hanya Klaten saja,” kata Mbah Munir.

Karena masjidnya jaman dulu belum bangunan permanen, masyarakat sekitar bergotong royong menembok masjid ini. Setiap warga memberikan sumbangan batubata seratus buah, sampai masjid tersebut selesai. Dulu, tambah Mbah Munir, rumah warga belum boleh ditembok kalau masjid ini belum ditembok.

“Dulu masjid ini namanya masjid tiban karena tiba-tiba berdiri di tengah hutan. Seiring bekembangnya jaman, nama masjid diubah menjadi Masjid Agung Puluhan,” tambah Mbah Munir.

Dengan pertimbangan jamaah semakin banyak, masjid tidak lagi menempati 8 meter persegi, namun diperlebar menjadi 800 meter persegi. Masjid ini sudah mengalami tiga kali renovasi, tanpa mengubah bentuk aslinya.

Air Padasan yang Berkhasiat

Air padasan di Masjid Agung Puluhan yang berada di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. (Z Creators/Edelweis Ratu Shimaa)

Yang menjadi daya tarik masjid kuno ini adalah air padasannya atau sebuah gentong besar dari tanah liat yang di dalamnya berisi air, yang penuh khasiat. Banyak pengunjung sengaja datang ke masjid ini, untuk berwudhlu dengan air padasan yang penuh "keajaiban" ini.

Betapa tidak ajaib, menurut pengurus masjid, gentong padasan ini pernah retak atau pecah saat renovasi masjid. Cuilan gentong direkatkan dan keesokan harinya sudah menyatu.

Untuk mengisi gentong padasan, diisi dengan air dari kran. Namun begitu mengendap di dalam padasan, air yang keluar sangat sejuk dan segar. Bila sering membersihkan muka dengan air padasan ini, diyakini bisa membuat wajah cerah dan awet muda.

Khasiat lain dari air padasan ini, diyakini bisa menyuburkan kandungan. Masih menurut para pengurus masjid, ada pengunjung yang ikhtiar mandi malam dengan air padasan ini secara rutin. Pengunjung itu berikhtiar ingin mengandung, karena sudah lama berumah tangga namun belum dikaruniai anak.

“Asal rutin mandinya dan memohon pertolongan dari Allah, ada beberapa yang dikabulkan. Namun kalau hanya sekali dua kali mandi, susah. Namanya juga ikhtiar, harus sepenuh hati,” kata Mbah Munir.

Selama Ramadhan ini, berbagai kegiatan digelar di masjid ini. Dari buka puasa bersama, teraweh, tadarus, malem selikuran, pengajian, dan lain-lain.

Triyanto, salah seorang warga Desa Puluhan, mengaku bangga desanya mempunyai masjid bersejarah ini. Menurutnya, karena tidak semua desa atau kecamatan yang mempuyai masjid peninggalan Sunan Kalijaga, tokoh legendaris penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Artikel Menarik Lainnya:


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini. 

Z Creators 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: