Bom bunuh diri meledak di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat pada Rabu (7/12) sekitar pukul 08.20 WIB pagi. Bom itu meledak ketika para petugas kepolisian sedang melakukan apel.
Akibat teror tersebut setidaknya ada 10 orang menjadi korban. Dua di antaranya merupakan terduga pelaku dan seorang anggota polisi yang tewas.
Saat ini polisi pun masih terus menyelidiki motif pelaku yang diketahui sebagai mantan napi teroris berinisial AS (34). Namun tahukah kamu siapa pelaku bom bunuh diri pertama?
Pelakunya ternyata seorang pejuang kemerdekaan dan revolusioner utama Rusia, anggota People's Will.
Dia adalah Ignaty Grinevitsky yang meledakkan bom bunuh diri pertama dalam sejarah dunia yang menargetkan Tsar Alexander II dari Rusia.
Dikutip dari People Pill, Ignaty Grinevitsky lahir pada 1 Januari 1856 di Kalinovka, sebuah desa di Distrik Klichev di Belarus saat ini.
Pria itu berasal dari Keluarga Grinevitsky, kalangan bangsawan atau szlachta dan bekas pejabat daerah Lithuania.
Ignaty Grinevitsky diketahui menempuh pendidikan jurusan matematika di Politeknik. Dia aktif berkegiatan dan bergabung dengan gerakan revolusioner Rusia bernama Narodnaya Volya yang artinya "Kehendak Rakyat".
Pada 1880, sejumlah pemuda Rusia yang terdiri dari Ignaty Grinevitsky, Andrei Zhelyabov, Sophia Perovskaya, dan lainnya melakukan aksi propaganda politik revolusioner di kalangan pelajar dan buruh.
Baca juga: Bom Bunuh Diri, Potongan Tubuh Manusia Berserakan di Polsek Astanaanyar Bandung
Ignaty Grinevitsky kemudian dikenal sebagai seorang organisator dari Workers' Gazette dan seorang penata huruf di sebuah percetakan rahasia.
Bom Bunuh Diri Ignaty Grinevitsky
Pada Februari 1881, Ignaty Grinevitsky bergabunug dengan unit pelempar bom yang dibentuk untuk membunuh Tsar Alexander II.
Di malam sebelum pengeboman terjadi, Grinevitsky sudah menuliskan pesan terakhir. Pesan dari pria 25 tahun itu berisi, waiat bawa Alexander II harus mati.
“Alexander II dia akan mati, dan bersamanya, kami, musuh, algojonya, juga akan mati."
"Berapa banyak lagi pengorbanan yang akan diminta negara kita yang tidak bahagia dari anak-anaknya sebelum merdeka?"
Kemudan tepat pada 13 Maret 1881, Tsar Alexander II disebutkan epergian dengan kereta berlapis besi baja yang anti-peluru.
Seorang Cossack bersenjata duduk di sebelah pengemudi kereta yang ditumpangi Tsar Alexander II. Sementara 6 Cossack lainnya mengikuti dengan menunggang kuda di belakang kereta kuda sang raja.
Saat kereta raja Rusia itu mendekati sudut jalan dekat Kanal Catherine, Sophia Perovskaya memberi sinyal kepada Nikolai Rysakov dan Timofei Mikhailov untuk melemparkan bom mereka yang berukuran 2,3 kg.
Serangan bom dari Rysakov dan Mikhailov tidak membuat terluka Tsar yang berada di dalam kereta, hanya membuat 2 orang di sekitarnya terluka.
Tsar Alexander II yang melihat kejadian bersikeras keluar dari kereta untuk memeriksa para korban yang terluka.
Keputusannya tersebut akhirnya mengundang maut untuk dirinya sendiri. Sebab sesaat setelah itu, Ignaty Grinevitsky melemparkan bom bunuh diri dari jarak dekat ke arah Tsar Alexander II dan ledakan keras pun terjadi.
Baca juga: Pelaku Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bawa 2 Bom, tapi Baru 1 yang Meledak
Ironisnya, tepat sebelum melempar bom, Grinevitsky diduga berteriak "Terlalu dini untuk berterima kasih kepada Tuhan".
Ucapan itu seolah membalas ungkapan syukur dari raja yang cemas terhadap keselamatannya atas serangan bom pertama.
Akibat ledakan itu Tsar Alexander II mati di tempat dan Ignaty Grinevitsky terbaring tak sadarkan diri karena posisinya masih berada di dalam jangkauan ledakan bom.
Grinevitsky segera dibawa ke rumah sakit yang terhubung dengan Winter Palace. Pada pukul 9 malam, dia sadar kembali, tetapi menolak memberikan informasi apa pun kepada polisi.
Ignaty Grinevitsky juga akhirnya meninggal karena luka-luka akibat aksinya.
Gerakan Revolusi
Sementara itu, aksi Ignaty Grinevitsky memicu revolusi. Rekan-rekan konspirator Grinevitsky, yatu Nikolai Kibalchich, Sophia Perovskaya, Nikolai Rysakov, Timofei Mikhailov, dan Andrei Zhelyabov, dijatuhi hukuman mati.
Baca juga: Polda Metro Perketat Penjagaan Pasca Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar
Mereka digantung pada 3 April 1881 dan dimakamkan di kuburan umum tanpa nama. Setelah peristiwa itu, Ignaty Grinevitsky dan Tsar Alexander II dikenang sebagai pelaku dan korban bom bunuh diri pertama di dunia.
Kemudian pada 1883 hingga 1907, sebuah gereja dibangun di lokasi pembunuhan Tsar Alexander II, dan diberi nama Savior on the Spilled Blood.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: