Tradisi Rejeban Peksi Buraq Yogyakarta (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Isra Mi'raj merupakan momen penting dalam sejarah umat Islam. Sebab, pada hari inilah Nabi Muhammad SAW (Rasulullah) diyakini menerima perintah dari Allah tentang kewajiban menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Setiap tahun, umat Muslim memperingati Isra Mi'raj. Tahun 2020 ini, momentum peringatan Isra Mi'raj 1441 Hijriah jatuh pada tanggal 22 Maret 2020.
Di Indonesia, sebagian umat Muslim di sejumlah daerah memperingati Isra Mi'raj dengan melakukan tradisi unik.
Meskipun sifat tradisi ini hanya perayaan dan simbolis, setiap daerah tetap memiliki makna tradisi peringatan Isra Mi'raj berbeda-beda.
Biasanya, pelaksanaan tradisi itu disesuaikan dengan budaya atau pun kebiasaan masyarakat setempat.
Inilah beberapa tradisi unik peringatan Isra Mi'raj di Indonesia, dirangkum Indozone dari berbagai sumber:
Ada cara unik yang dilakukan masyarakat Bogor setiap kali Isra Mi'raj tiba yakni menggelar pengajian dan dzikir bersama.
Kebiasaan masyarakat ini disebut juga tradisi Marhabanan. Setelah ngaji dan dzikir, biasanya dilanjutkan dengan mendengar kisah-kisah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra dan Mi'raj.
Cerita tersebut dikemas unik dalam bentuk puji-pujian atau disebut qasidah. Nantinya, di akhir tradisi, ada acara makan bersama seluruh warga.
Tradisi Marhabanan sampai saat ini masih lestari, khususnya bagi masyarakat di Desa Malasari Bogor, Jawa Barat.
Masyarakat Bandung juga punya cara sendiri dalam rangka memperingati Isra Mi'raj Nabi Muhammad yaitu dengan menggelar tradisi pawai obor di Taman Tegalega.
Untuk rute pawai obor sudah ditentukan. Ribuan masyarakat pun akan berpartisipasi sepanjang tradisi ini digelar sejak pukul 7 malam.
Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang masih melestarikan dan menjaga kuat nilai-nilai tradisi secara turun-temurun.
Dalam peringatan Isra Mi'raj pun, Yogyakarta kerap menggelar tradisi unik yang menarik perhatian banyak kalangan.
Tradisi Isra Mi'raj paling populer di Yogyakarta adalah Rejeban Peksi Buraq. Sejak ratusan tahun lalu, tradisi ini sudah dilakukan oleh Keraton Yogyakarta.
Rejeban Peksi Buraq ditandai dengan adanya 7 kirab budaya berupa arak-arakan gunungan buah yang dibentuk menyerupai burung (peksi) Buraq.
Buraq (dalam bahasa Arab artinya cahaya/kilat) diyakini menjadi kendaraan Nabi Muhammad saat perjalanan Isra Mi'raj, dari Masjid al-Aqsa hingga ke Sidratul Muntaha.
Selepas salat Asar, gunungan buah yang telah dirangkai akan dipanggul oleh para abdi dalem dari Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta.
Lalu, gunungan buah itu akan diarak menuju Masjid Gedhe Kauman yang berada di sisi barat Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.
Setibanya di Masjid Gedhe Kauman, akan digelar beberapa rangkaian acara. Setelah selesai, buah-buahan tersebut pun dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir.
Berikutnya, ada tradisi unik Isra Mi'raj dari Magelang, Jawa Tengah yang dikenal dengan tradisi Ambengan (dalam bahasa Magelang artinya makan).
Sesuai artinya, tradisi ini berupa acara kumpul-kumpul seluruh masyarakat untuk makan bersama, sebagai ucapan rasa syukur kepada Sang Khalik.
Uniknya, semua makanan yang akan disantap itu terlebih dulu diletakkan pada daun pisang yang dijajarkan panjang.
Lalu, setiap orang nantinya akan makan bersama dengan beralaskan daun dari pisang tersebut.
Beda hal pula dengan tradisi di Temanggung, Jawa Tengah, di mana momen Isra Mi'raj diperingati dengan pelaksanaan khatam kitab Arjo.
Mula-mula, kitab Arjo akan dibacakan oleh kyai atau ulama setempat. Lalu, masyarakat yang hadir mendengarkan pembacaan kitab tersebut.
Setelah dibacakan, kitab Arjo kemudian dikaji. Kajian kitab inilah yang paling ditunggu-tunggu karena menceritakan sejarah perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad.
Masyarakat Semarang masih melestarikan tradisi Isra Mi'raj yang disebut Nyadran Siwarak, setiap tahunnya sampai sekarang.
Kegiatan ini lebih condong ke arah kirab budaya, di mana replika berbentuk burung Sirawak yang dibuat dari buah dan sayuran, akan diarak keliling kampung.
Kirab budaya biasanya dimeriahkan dengan iringan musik tradisional seperti lesung dan thek-thek. Sementara, masyarakat akan memakai pakaian Jawa dan caping.
Selanjutnya, ada Rajaban Ambeng yaitu tradisi peringatan Isra Mi'raj di Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kebumen.
Dalam bahasa Jawa, ambeng artinya nasi berisi lauk pauk, buah-buahan, dan jajanan dalam satu keranjang besar dengan tinggi mencapai 2 meter.
Terakhir, ada tradisi Isra Mi'raj di Bangka Belitung yang tak kalah unik dari daerah-daerah lainnya.
Tradisi unik ini dinamakan Nganggung, di mana semua masyarakat akan menyiapkan aneka makanan berupa nasi, lauk pauk lengkap, buah-buahan, dan kue.
Satu persatu makanan itu dimasukkan dalam wadah seperti rantang. Lalu, dibawa dan dikumpulkan untuk makan bersama.
Kegiatan ini tiap tahun selalu dilakukan sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas rezeki yang telah diberikan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: