Selasa, 17 SEPTEMBER 2024 • 21:42 WIB

Daniel Camargo Barbosa: Anggap Wanita Tidak Setia, Berubah Jadi Pembunuh dan Pemerkosa 150 Gadis

Author

Daniel Camargo Barbosa, pembunuh dan pemerkosa 150 gadis di Kolombia dan Ekuador.

INDOZONE.ID - Daniel Camargo Barbosa adalah seorang pembunuh berantai psikopat dari Kolombia, Amerika Selatan.

Ia diyakini telah memperkosa dan membunuh lebih dari 150 gadis muda di Kolombia dan Ekuador selama 1970 dan 1980-an.

Awal Kejahatan dan Cinta Tak Biasa

Ibu Camargo meninggal saat ia masih kecil dan ayahnya tidak peduli dengannya. Ia dibesarkan dengan kejam oleh ibu tiri.

Kadang ibu tiri Camargo mendandaninya dengan pakaian perempuan, sehingga ia menjadi bahan ejekan teman-temannya.

Dia pertama kali ditangkap di Bogota pada 24 Mei 1958 karena kasus pencurian.

Baca Juga: Thomas Selfridge, Korban Kecelakaan Pesawat Pertama dalam Sejarah

Camargo menjalin hubungan tdak biasa dengan seorang wanita bernama Alcira dan memiliki dua orang anak.

Ia kemudian jatuh cinta dengan wanita lain, bernama Esperanza, yang berusia 28 tahun. Camargo menikahinya, namun ia mengurungkan niatnya karena wanita tersebut sudah tidak perawan.

Hal ini menjadi kemarahan dalam diri Camargo. Ia dan Esperanza pun membuat perjanjian bahwa ia akan tetap bersama wanita itu jika Esperanza membantunya menemukan gadis-gadis perawan untuk berhubungan seks.

Baca Juga: 5 Monster Laut Prasejarah Paling Mengerikan yang Pernah Hidup di Bumi

Daniel Camargo Barbosa, pembunuh dan pemerkosa 150 gadis di Ekuador dan Kolombia.

Monster Pemerkosa

Ia dan Esperanza bersekongkol untuk memikat gadis-gadis muda ke tempat mereka, kemudian membius mereka pil tidur natrium seconal agar Camargo bisa memperkosa, namun korbannya tidak pernah dibunuh.

Meskipun Esperanza menjadi kaki tangan dalam beberapa pemerkosaan, gadis kelima yang mereka aniaya melaporkan kejahatan tersebut, dan mereka berdua akhirnya ditangkap.

Baca Juga: 6 Fakta Kematian Pelaku Rudapaksa Berantai di India: Tewas oleh Ras Terkuat di Bumi, Emak-emak!

Camargo dan Esperanza ditangkap dan dibawa ke penjara terpisah. Camargo dihukum karena penyerangan seksual di Kolombia pada tanggal 10 April 1964.

Camargo dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, tapi akhirnya diperpanjang hingga delapan tahun karena keputusan hakim baru. Ini membuat Camargo marah dan merasa dikhianati oleh sistem peradilan.

Ia menjalani hukumannya hingga tuntas, dan dibebaskan.

Pembunuhan Pertama

Pada tahun 1973, ia ditangkap di Brasil karena tidak memiliki dokumen. Ia dideportasi ke Kolombia, dan bekerja dengan menjual televisi.

Suatu hari, ketika melewati sebuah sekolah, ia menculik seorang gadis berusia sembilan tahun, memperkosanya, dan membunuhnya. Ini menjadi kasus pembunuhan Camargo.

Baca Juga:   Mengenal Abrahah, Pemimpin Pasukan Gajah yang Ingin Menghancurkan Ka`bah, Namun Tewas karena Ababil

Camargo ditangkap pada 3 Mei 1974 di Barranquilla, Kolombia ketika ia kembali ke tempat kejadian perkara untuk mengambil televisi yang tertinggal di samping korban.

Camargo dipenjara di Kolombia setelah dinyatakan bersalah atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis berusia sembilan tahun.

Ia awalnya dijatuhi hukuman penjara selama 30 tahun, tetapi hukuman ini dikurangi menjadi 25 tahun, dan ia ditahan di penjara di Pulau Gorgona, Kolombia pada 24 Desember 1977.

Melarikan diri ke Ekuador

Pada November 1984, Camargo melarikan diri dari Gorgona dengan perahu setelah mempelajari arus laut dengan saksama.

Pihak berwenang berasumsi bahwa ia meninggal di laut dan media saat itu melaporkan bahwa ia telah dimakan oleh hiu.Baca Juga: Misteri Marree Man, Ukiran Terbesar di Dunia yang Terlihat dari Luar Angkasa: Buatan Alien? 

Namun Camargo tiba di Quito, Ekuador. Ia kemudian melakukan perjalanan dengan bus ke Guayaquil.

Pada 18 Desember ia menculik seorang gadis berusia sembilan tahun dari kota Quevedo, di provinsi Los Ríos Ekuador. Keesokan harinya seorang gadis berusia 10 tahun juga menghilang.

Dari tahun 1984 hingga 1986, Carmago melakukan serangkaian sedikitnya 54 pemerkosaan dan pembunuhan di Guayaquil.

Polisi awalnya meyakini bahwa pembunuhan tersebut perbuatan geng kriminal, karena tidak mungkin satu orang bisa membunuh begitu banyak orang.

Camargo sendiri hidup dan tidur di jalanan. Ia mendapatkan uang dengan menjual pulpen di jalanan. Kadang-kadang, ia menambah penghasilannya dengan menjual pakaian atau barang berharga milik korbannya.

Korban di Bawah Umur

Camargo memilih gadis-gadis muda kelas bawah yang mencari pekerjaan dan mendekati mereka, dengan berpura-pura meminta pertolongan untuk dicarikan pendeta Protestan di sebuah gereja di pinggiran kota.

Ia menjelaskan bahwa ia harus mengirimkan dalam jumlah besar uang, dan ia menawarkan korban hadiah jika mereka mau menemaninya untuk menunjukkan jalan. Ia juga mengimingi para korban akan pekerjaan di pabrik.

Carmago kemudian akan masuk ke dalam hutan, mengaku sedang mencari jalan pintas untuk menghindari timbulnya kecurigaan pada korbannya. Jika gadis-gadis itu menjadi curiga dan mundur, ia tidak mencegah mereka pergi.

Baca Juga: Misteri Marree Man, Ukiran Terbesar di Dunia yang Terlihat dari Luar Angkasa: Buatan Alien? 

Namun jika rencananya berjalan mulus, Camargo akan memperkosa korbannya dengan cara mencekik terlebih dahulu bahkan kadang menusuk mereka jika korban melawan.

Setelah korbannya mati, ia meninggalkan tubuh mereka di hutan.

Ditangkap

Camargo ditangkap oleh dua polisi di Quito pada tanggal 26 Februari 1986 hanya beberapa menit setelah ia membunuh seorang gadis berusia 9 tahun bernama Elizabeth.

Polisi tersebut yang sedang berpatroli mendekatinya di jalan Los Granados, karena tingkahnya mencurigakan.

Mereka terkejut saat mengetahui bahwa ia membawa tas berisi pakaian berlumuran darah korban, dan buku "Crime and Punishment" karya Dostoyevsky.

Baca Juga: Kisah Akku Yadav, Pemerkosa asal India yang Mati Dieksekusi Korbannya Pakai Alat dan Bumbu Masak

Ia ditahan dan dipindahkan ke Guayaquil untuk identifikasi. Ketika ditangkap, ia memberikan nama palsu, Manuel Bulgarin Solis, tetapi ia kemudian diidentifikasi oleh salah satu korban yang berhasil melarikan diri.

Tak Ada Rasa Menyesal

Daniel Camargo dengan sangat tenang saat mengakui telah membunuh 71 gadis di Ekuador sejak melarikan diri dari penjara Kolombia.

Ia menjelaskan secara rinci kepada pihak berwenang tempat ia membuang jasad para korban. Ia juga tidak menunjukkan rasa penyesalan melakukan aksi biadab.

Menurut Camargo, dia membunuh karena dia ingin membalas dendam karena menilai wanita tidak setia. Dia sangat membenci wanita karena tidak menjadi wanita yang sudah tidak perawan. Sementara semua korbannya adalah perawan.

Wawancara

Pada Juni 1986, Francisco Febres Cordero, seorang wartawan dari Surat Kabar Hoy, berhasil mewawancara Camargo.

Sebenarnya sangat sulit mewawancara Camargo, karena polisi memblokir semua akses siapa pun yang ingi bertemu Camargo.

Selain itu Camargo meminta bayaran yang besar jika media ingin mewanwarainya.

Wartawan tersebut berpura-pura psikolog yang diizinkan masuk ke penjara, sehingga ia dapat mengajukan pertanyaan kepada Camargo tanpa menimbulkan kecurigaannya.

Setelah itu Francisco Febres Cordero menggambarkan Camargo sebagai orang yang sangat cerdas.

Baca Juga: Dale Cregan, Si 'Dajjal' yang Jadi Kaki Tangan Keluarga Bandar Narkoba Ternama di Inggris

"Ia memiliki jawaban untuk segalanya dan mampu berbicara soal Tuhan dan Iblis secara fasih," katanya.

Camargo bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit karena banyak membaca buku filsafat dan sasta selama dipenjara di Pulau Gargona. Bahkan Camargo mengutip beberapa pernyataan sastrawan dan filsafat, antara lain Hesse, Vargas Llosa, Garcia Marquez, Guimaraes Rosa, Nietzsche, Stendhal hingga Freud.

Mati Dibunuh Sepupu Korban

Camargo divonis bersalah pada tahun 1989 dan dijatuhi hukuman 16 tahun penjara, hukuman maksimum yang berlaku di Ekuador saat itu.

Saat menjalani hukumannya di penjara Garcia Moreno de Quito, ia mengaku telah memeluk agama Kristen.

Camargo dilaporkan mati dibunuh di penjara oleh Luis Masache Narvaez, sepupu salah satu korbannya pada November 1994.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: The Mirror