Deretan Mitos Larangan di Bulan Suro, Salah Satunya Tidak Boleh Menikah: Bertepatan dengan Hari Raya Setan?
INDOZONE.ID - Malam Satu Suro sering kali dianggap sebagai hari yang penuh misteri dan mitos oleh masyarakat Jawa.
Bagi suku Jawa, bulan Suro dipandang sebagai bulan yang sakral dan penuh dengan energi spiritual yang kuat.
Malam Satu Suro, yang jatuh pada malam sebelum tanggal 1 Muharram, diwarnai oleh berbagai kepercayaan yang masih dipegang erat hingga kini.
Baca Juga: Kisah Makam Pangeran Sambernyawa dan 7 Mata Air Keramat yang Ramai Dikunjungi Saat Bulan Suro
Dalam kalender Jawa, pergantian hari dimulai saat matahari terbenam, bukan pada tengah malam seperti pada kalender Masehi.
Oleh karena itu, Malam Satu Suro diperingati pada malam hari setelah waktu maghrib, menjelang tanggal 1 Suro yang diyakini sebagai hari raya setan.
Malam ini diyakini memiliki aura mistis yang kuat, dan banyak masyarakat Jawa percaya bahwa pada malam ini, dunia manusia dan dunia gaib saling berdekatan.
Baca Juga: Sejarah Awal Mula Tahun Baru Islam dan Peristiwa Penting di Bulan Muharram
Di beberapa daerah di Jawa, Malam Satu Suro diperingati dengan berbagai tradisi dan perayaan yang dianggap sakral.
Tradisi ini dipercaya membawa berkah bagi masyarakat Jawa, dan jika tidak dilaksanakan, diyakini akan mendatangkan bencana.
Beberapa mitos terkait bulan Suro yang masih dipercayai oleh masyarakat Jawa antara lain larangan menikah, membangun atau pindah rumah, bepergian jauh, dan membuka usaha baru.
Baca Juga: Menguak Tradisi Jamasan Pusaka 1 Suro di Momen Tahun Baru Islam
Larangan Menikah di Bulan Suro
Salah satu mitos yang paling dikenal adalah mitos menikah di bulan Suro. Menurut kepercayaan, menikah di bulan ini dapat mendatangkan malapetaka. Catatan dalam Serat Centini menyebutkan bahwa pasangan yang menikah di bulan Suro akan mengalami banyak hutang setelah berumah tangga.
Selain itu, ada juga yang percaya bahwa bulan Suro adalah bulan pria, di mana hanya bangsawan keraton yang boleh menggelar hajatan.
Baca Juga: Alasan 1 Muharram Jadi Awal Tahun Baru Hijriah, Begini Kisah Selengkapnya!
Ada pula mitos yang mengatakan bahwa penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, sedang melaksanakan pernikahan di bulan Suro, sehingga masyarakat enggan menggelar pernikahan pada waktu yang sama.
Sebagai gantinya, masyarakat Jawa biasanya memilih bulan Dzulhijjah atau Sasi Besar yang dianggap lebih aman untuk melangsungkan pernikahan.
Baca Juga: Menyingkap Finlandia, Negara Paling Bahagia di Dunia yang Ternyata Punya Sisi Gelap
Larangan Membangun atau Pindah Rumah di Bulan Suro
Mitos lainnya adalah larangan membangun atau pindah rumah selama bulan Suro. Masyarakat Jawa sangat mempercayai adanya waktu baik dan buruk untuk memulai pekerjaan besar, termasuk membangun rumah.
Membangun atau pindah rumah di bulan Suro diyakini dapat membawa kesialan dan mengganggu keselamatan penghuni rumah.
Baca Juga: Misteri Kerbau Bule Keramat Saat Malam Satu Suro di Surakarta
Larangan Bepergian Jauh di Bulan Suro
Banyak masyarakat Jawa yang percaya bahwa bepergian jauh di bulan Suro dapat mendatangkan bahaya.
Karena bulan Suro dianggap sangat sakral dan penuh dengan energi mistis, masyarakat lebih memilih untuk tetap berada di rumah dan menghindari perjalanan jauh untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Mengungkap Kisah Mistis Pesugihan Penjual Hewan Kurban Idul Adha
Kembali Pulangnya Arwah Leluhur
Kepercayaan lain yang masih dipegang adalah bahwa pada Malam Satu Suro, arwah leluhur akan kembali pulang ke rumah masing-masing.
Malam ini dianggap sebagai malam di mana gerbang antara dunia manusia dan dunia gaib terbuka, memungkinkan para arwah leluhur untuk pulang.
Oleh karena itu, masyarakat Jawa biasanya melakukan ritual-ritual tertentu dan memberikan sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada arwah leluhur.
Baca Juga: Misteri Tempat Pesugihan Kandang Bubrah Paling Terkenal di Wonogiri
Larangan Membuka Usaha di Bulan Suro
Bagi para pengusaha Jawa, bulan Suro juga dianggap bukan waktu yang tepat untuk membuka usaha baru atau cabang usaha.
Membuka usaha baru di bulan Suro diyakini dapat membawa kesialan sepanjang hidup usaha tersebut.
Baca Juga: Misteri Tempat Pesugihan Gunung Srandil di Cilacap Jawa Tengah
Meskipun mitos-mitos ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa, penting untuk menghormati dan menghargai adat dan budaya yang ada.
Baik percaya atau tidak, menjaga tradisi dan menghormati kepercayaan nenek moyang merupakan bagian dari kekayaan budaya yang harus dilestarikan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube @TV Kuno