Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Pasalnya bakal banyak yang terpengaruh akibat kenaikan harga BBM, termasuk harga bahan kebutuhan pokok.
Namun siapa mengira harga BBM di tanah air ternyata lebih mahal dibandingkan negara tetangga, Malaysia yang masih mempertahankan subsidi di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia. Benarkah?
"RON 95 (kualitas di atas Pertamax) di Malaysia harga RM2.05 atau Rp6.642/liter. Jauh lebih murah dari Pertalite di Indonesia pdhl kualitasnya di bawah (RON 90). Anehnya Pertamina Rugi 191 T tapi Petronas (Malaysia) Untung 853 T. So, batalkan kenaikan BBM! Reformasi Pertamina!" twit Dr Indra Kusumah melalui akunnya @aindraku seperti yang dikutip Indozone, Senin (5/9/2022).
Seperti yang dikutip situs Global Petro Prize untuk haga pada 29 Agustus 2022, BBM di Malaysia termasuk negara yang menerapkan harga yang paling murah di Asia Tenggara.
Malaysia masuk dalam negara kesepuluh negara termurah memberlakukan tarif BBM dengan oktan RON 95 dengan harga Rp6.796,661.
Harga ini masih lebih murah dibandingkan harga pertalite yang masuk kategori RON 90 yang dijual di Indonesai dengan harga yang baru disesuaikan sebesar Rp10.000.
Sedangkan Venezuela masih merupakan negara yang menerapkan harga BBM termurah di dunia dengan banderol harga Rp330,475.
Harga murah yang dinikmati rakyat Malaysia tersebut karena negera jiran itu masih memberlakukan subsidi pada BBM yang nilai oktannya lebih tinggi.
Hal inilah kenapa BBM dengan nilai oktan tinggi RON 95 harganya bisa lebih murah dibandingkan harga Pertalite di Indonesia.
Pengamat kebijakan ekonomi politik dari lembaga riset Laboratorium Indonesian 45 (LAB 45) Reyhan Noor mengatakan kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi dari pemerintah dinilai tepat dikarenakan faktor harga minyak dunia yang relatif tinggi.
"Kebijakan untuk menaikkan harga BBM subsidi pertalite dan solar sudah tepat. Terdapat dua alasan utama yaitu pertama, harga minyak yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan asumsi makroekonomi di APBN 2022. Walaupun tren harga minyak dunia saat ini cenderung menurun, harga tetap lebih tinggi dari yang sudah dianggarkan dalam belanja," ujar Reyhan saat dihubungi di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Alasan kedua, lanjutnya, adalah uang yang tidak sedikit dari subsidi BBM dapat dialihkan untuk melanjutkan agenda transformasi struktural ekonomi.
Reyhan berpendapat bahwa permasalahan utama penyaluran subsidi BBM sejak dulu adalah efektivitas yang rendah untuk membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Ia mengemukakan, dalam konteks menjaga kesejahteraan dalam kondisi seperti saat ini, uang subsidi BBM akan lebih baik bila disalurkan langsung kepada masyarakat yang masuk ke dalam kriteria membutuhkan.
Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM, masih menurut dia, sepertinya akan memiliki efektivitas yang lebih tinggi dari subsidi BBM. Sedangkan anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini yang cukup besar memiliki trade-off dari agenda transformasi struktural ekonomi.
Dengan anggaran sebesar Rp650 triliun, banyak agenda kebijakan transformasi struktural ekonomi yang dapat dilakukan.
Sebagai contoh, ujar Reyhan, nilai anggaran tersebut setidaknya setara lebih dari 1.000 kali anggaran pembangunan barang milik negara (BMN) infrastruktur Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2022 sebesar Rp 483 miliar.
Anggaran yang tidak sedikit tersebut setidaknya dapat membantu pemerintah mempercepat capaian agenda transformasi struktural ekonomi lainnya.
Oleh karena itu, Reyhan menegaskan bahwa sebetulnya peningkatan harga BBM subsidi dapat memberikan pemerintah kemampuan untuk mengalokasikan anggaran ke agenda-agenda lain yang lebih bermanfaat guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: