Pengibaran bendera Merah Putih pasca proklamasi (Wikipedia)
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan momen penting dan bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia.
Terlepas dari itu, ada banyak fakta menarik Hari Kemerdekaan Indonesia yang belum banyak diketahui. Fakta-fakta unik tentang Kemerdekaan Indonesia dirangkum Indozone dalam artikel ini.
Deretan fakta menarik seputar Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus tidak hanya seputar momen Proklamasi, tapi juga situasi kondisi yang ada sepanjang momentum bersejarah tersebut.
Apa saja ya kira-kira? Dirangkum Indozone dari berbagai sumber, berikut ini fakta menarik Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang #KAMUHARUSTAU:
Hari kemerdekaan Indonesia ditandai dengan detik-detik saat Presiden Soekarno (Bung Karno) membacakan teks proklamasi secara lengkap.
Namun ternyata, suara Bung Karno tersebut bukan direkam langsung saat pembacaan teks proklamasi.
Rekaman itu memang suara asli Bung Karno, namun dibuat pada tahun 1951 di Radio Republik Indonesia (RRI) untuk kebutuhan dokumentasi negara.
Setelah resmi diangkat menjadi Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno memberikan perintah pertama yang tidak ada kaitan dengan birokrasi pemerintahan.
Siapa sangka, perintah pertama Bung Karno sebagai kepala negara ketika itu adalah membeli sate ayam sebanyak 50 tusuk di dekat kediamannya.
"Sate ayam lima puluh tusuk!," perintah Presiden Soekarno, ketika ia bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan 'nyeker' (tanpa alas kaki).
Upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama kali dilaksanakan dengan sangat sederhana.
Tanpa musik, tanpa protokol khusus, bahkan tiang bendera untuk mengibarkan bendera Merah Putih pun hanya dibuat dari batang bambu.
Tidak hanya itu, mikrofon yang digunakan Bung Karno saat membacakan teks proklamasi ternyata dicuri dari stasiun radio milik Jepang.
Naskah teks proklamasi asli (klad) yang ditulis tangan oleh Soekarno rupanya tidak disimpan oleh pemerintah Indonesia, melainkan dibuang ke tong sampah di kediaman Laksamana Maeda.
Naskah asli teks proklamasi itu ditemukan oleh seorang wartawan asal Aceh bernama B.M Diah. Ia menyimpannya selama hampir 47 tahun. Hingga pada 29 Mei 1992, teks proklamasi itu ia serahkan kepada negara.
Sampai hari ini, naskah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia asli yang ditulis tangan Ir. Soekarno itu tersimpan rapi di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Sama halnya dengan naskah proklamasi, dokumentasi prosesi proklamasi juga tidak disimpan dengan baik.
Beruntung, seorang pemuda bernama Frans Mendoer berhasil menyelamatkan dokumentasi itu. Ia lalu menanamnya di sebuah pohon di kantor Harian Asia Raja.
Tak lama berselang, Tentara Jepang sempat meminta negatif film dokumentasi proklamasi tersebut. Tapi Frans berkata tidak memiliki dokumentasi itu.
Pengibaran bendera Merah Putih pertama kali dilaksanakan di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Istri Bung Karno, Fatmawati adalah sosok yang berjasa menjahit bendera Merah Putih saat itu. Namun, ukuran bendera itu terlalu kecil yaitu hanya 50 centimeter.
Alhasil, Fatmawati mengambil kain sprei berwarna putih di dalam lemarinya. Sementara pemuda Indonesia bernama Lukas Kastaryo diminta mencari kain merah yang dibeli dari seorang penjual soto.
Dan terjahitlah bendera Merah Putih berukuran besar. Fatmawati menjahit bendera besar tersebut di ruang makan dengan kondisi fisik hamil besar.
Ketika bendera yang ia jahit itu dikibarkan usai Proklamasi dikumandangkan, menangislah Fatmawati. "Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu," kenangnya.
Kini, bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati itu diarsip rapi oleh pemerintah Indonesia.
Wikana adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai juru bicara. Ia jugalah yang 'menculik' para tokoh kemerdekaan -Soekarno dan Hatta- untuk kemudian diasingkan di Rengasdengklok.
Tanpa keberanian dari sosok Wikana, rasanya kemerdekaan Indonesia mungkin saja diundur atau bahkan tidak pernah terjadi saat itu.
Tanggal 17 Agustus dipilih sebagai hari pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata bukanlah tanpa alasan. Ada makna mendalam dari tanggal tersebut.
Sebelum membacakan teks proklamasi kemerdekaan, Soekarno meminta saran dari para ulama, yakni K.H Abdoel Moekti dari Muhammadiyah dan K.H Hasyim Asy'ari dari Nadhlatul Ulama (NU).
Dari hasil diskusi itu, pembacaan proklamasi pun ditetapkan pada Jumat, 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadan 1364 H, pukul 10 pagi.
"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," terang Bung Karno.
Setelah ditandatangani, naskah Proklamasi pun hendak dikumandangkan. Sukarni memberitahu Bung Karno bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya telah diserukan untuk datang berbondong ke lapangan IKADA (saat ini ditempati oleh kawasan Monas).
Namun, hal itu lekas ditolak Soekarno. "Tidak, lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang," ujarnya.
"Untuk apa kita harus memancing-mancing insiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan salah faham. Suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta Saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi," demikian keputusan Soekarno.
Atas dasar keputusan itu, pembacaan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia pun dilangsungkan di kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta Pusat.
Hari Kemerdekaan Indonesia jatuh pada tahun 1945, namun mengapa yang tertulis pada teks Proklamasi adalah tahun 05, ya?
Nah, ternyata penulisan tahun '05 yang tertera di teks proklamasi merupakan singkatan dari angka 2605 pada tahun penanggalan di zaman pemerintahan Jepang yang berlaku ketika itu.
Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (tahun Masehi) atau tanggal 17 Agustus 2605 (menurut tahun Jepang) pukul 10.00 WIB.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: