INDOZONE.ID - Indonesia memiliki kekayaan tradisi yang penuh makna di setiap daerahnya, termasuk ritual unik untuk menghormati berbagai fase kehidupan. Di Jawa, salah satu ritual yang penuh nilai simbolis adalah upacara Mapati, yang dilakukan saat kehamilan memasuki bulan keempat.
Upacara ini menggambarkan rasa syukur dan permohonan keselamatan bagi ibu hamil dan janin, serta menandai perubahan besar dalam hidup seorang perempuan menjadi seorang ibu.
Mengutip Suliyati, T. (2017). Upacara Tradisi Masa Kehamilan Dalam Masyarakat Jawa. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, Mapati berasal dari kata papat dalam bahasa Jawa, yang berarti empat, merujuk pada bulan keempat kehamilan.
Di bulan ini, masyarakat Jawa percaya bahwa jiwa mulai hadir dalam janin, menjadikannya momen sakral yang penuh doa dan harapan.
Baca Juga: Tradisi Karapan Sapi, Identitas Khas Madura yang Terus Dijaga di Tengah Modernisasi
Proses Upacara Mapati
Upacara Mapati biasanya dipimpin oleh seorang dukun bayi atau tokoh adat yang memahami ritual ini dengan baik. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya, yakni:
Pembacaan Doa
Dimulai dengan doa yang dipanjatkan untuk keselamatan ibu dan janin, dengan harapan agar keduanya tetap sehat sampai waktu kelahiran.
Baca Juga: Uniknya Tradisi Kebo-keboan di Banyuwangi: Orang-orang Berdandan bak Kerbau
Persembahan Sesaji
Berbagai sesaji, seperti bunga, nasi tumpeng, dan jajanan pasar disiapkan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan pada leluhur.
Siraman
Ibu hamil menjalani prosesi siraman dengan air bunga tujuh rupa—termasuk bunga mawar, melati, dan kenanga—yang dipercaya memberi perlindungan dan energi positif.
Baca Juga: Bunga Sakura Punya Makna Penting untuk Masyarakat Jepang: Apa Itu?
Penutupan Doa
Upacara ditutup dengan doa untuk memohon kekuatan dan kesehatan bagi ibu hingga persalinan, serta keselamatan bagi janin yang dikandung.
Makna dan Nilai Spiritual dalam Mapati
Upacara Mapati tidak hanya sebuah tradisi, melainkan cerminan cara pandang masyarakat Jawa tentang pentingnya keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Nilai-nilai seperti rasa syukur, hormat, dan perlindungan terhadap kehidupan menjadi inti dari ritual ini.
Walaupun kini sudah jarang dilakukan, Mapati tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang mengajarkan tentang penghargaan terhadap kehidupan sejak dini.
Ritual ini mengingatkan kita akan pentingnya setiap awal kehidupan serta makna kasih dan perlindungan yang menyertainya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal