INDOZONE.ID - Tradisi Manopeng adalah warisan budaya masyarakat Banjar yang telah dilaksanakan selama lebih dari 150 tahun di Jalan Banyiur, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Tradisi ini tidak hanya sekadar sebuah ritual, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan religius, yang dipegang teguh oleh keluarga zuriat Datu Mahbud.
Asal-usul Tradisi Manopeng dapat ditelusuri kembali ke Datu Mahbud, seorang tokoh terhormat di kalangan masyarakat Banjar.
Datu Mahbud memiliki koleksi topeng yang, seiring waktu, tidak terpelihara dengan baik. Akibatnya, keluarga Datu Mahbud mengalami penyakit pingitan, yang diyakini sebagai konsekuensi dari pengabaian terhadap tradisi.
Penyakit ini dipercaya sebagai bentuk hukuman dari arwah leluhur yang mendiami topeng-topeng tersebut. Tradisi Manopeng menjadi kewajiban bagi zuriat Datu Mahbud, untuk menjaga dan merawat topeng sebagai penghormatan kepada leluhur mereka.
Baca Juga: Tradisi Sinoman dalam Kehidupan Masyarakat Jawa untuk Menghidupkan Solidaritas
Nilai Sosial
Tradisi Manopeng membawa sejumlah nilai sosial yang mendalam bagi masyarakat setempat. Salah satunya adalah silaturahmi, yang terjalin antara keluarga zuriat Datu Mahbud dan masyarakat dalam acara tersebut.
Pelaksanaan tradisi ini bukan hanya untuk menjaga hubungan antar anggota keluarga, tetapi juga sebagai ajang berkumpul dan mempererat tali persaudaraan dengan masyarakat.
Perubahan tempat pelaksanaan dari eksklusif keluarga menjadi lebih terbuka, juga menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk ikut serta dan belajar tentang tradisi ini.
Selain silaturahmi, gotong-royong menjadi nilai penting lainnya dalam Tradisi Manopeng. Masyarakat sekitar berkontribusi dalam persiapan dan pelaksanaan acara, mulai dari pembangunan panggung hingga pengaturan keamanan.
Baca Juga: Upacara Nyangku Tradisi Sakral Panjalu yang Terus Dilestarikan
Kerja sama ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dalam masyarakat Banyiur. Jadi, setiap individu saling membantu demi kesuksesan tradisi yang telah menjadi bagian dari identitas mereka.
Saling menolong juga menjadi aspek kunci dalam pelaksanaan Tradisi Manopeng. Komunitas lokal tidak hanya menyumbangkan tenaga, tetapi juga dukungan material, seperti dana dan bahan pokok untuk mendukung kelancaran acara.
Keterlibatan pemerintah setempat dalam mempromosikan tradisi ini sebagai bagian dari peringatan hari jadi Kota Banjarmasin, menunjukkan pengakuan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini.
Nilai Religi
Di sisi religius, Tradisi Manopeng memiliki makna yang dalam bagi keluarga zuriat Datu Mahbud.
Topeng-topeng yang digunakan dalam tradisi ini, dipercaya memiliki kekuatan gaib untuk menyembuhkan penyakit, termasuk penyakit pingitan yang sering menyerang keluarga mereka.
Kepercayaan ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tradisi, keyakinan, dan tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara.
Sistem keyakinan yang berkembang di kalangan masyarakat Banyiur mencerminkan bagaimana nilai religius terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Keyakinan akan kekuatan magis topeng-topeng tersebut, tidak hanya dipegang oleh keluarga Datu Mahbud, tetapi juga mulai meresap ke dalam masyarakat luas.
Baca Juga: Legenda Kelam Ubasute di Jepang: Tradisi Buang Orang Tua di Hutan!
Itu menjadikan Tradisi Manopeng tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya dan spiritual.
Emosi keagamaan juga terlihat dalam pelaksanaan tradisi ini. Meskipun penonton yang hadir tidak selalu memiliki ikatan religius kuat, ketertarikan mereka untuk menyaksikan Tradisi Manopeng menggambarkan rasa hormat terhadap warisan budaya.
Tradisi Manopeng di Jalan Banyiur, tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Banyiur tidak hanya menghormati leluhur mereka, tetapi juga membangun hubungan yang harmonis antara individu dan komunitas.
Tradisi Manopeng menjadi simbol kekuatan spiritual dan sosial,yang terus hidup di tengah perubahan zaman.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Fitri, M., & Susanto, H. (2021). Nilai Sosial Religi Tradisi