INDOZONE.ID - Kalimantan, pulau dengan hutan belantara dan kekayaan alam yang melimpah, merupakan rumah bagi beragam suku dan komunitas etnis yang menjalani kehidupan dengan cara yang unik.
Di tengah keanekaragaman ini, terdapat kelompok suku yang dikenal sebagai Suku Punan Batu, yang hidup di bentang alam Gunung Benau dan Sungai Sajau.
Suku Dayak Punan Batu adalah suku terakhir di Kalimantan yang masih mempertahankan cara hidup dengan berburu dan meramu.
Baca Juga: Misteri Pusaka Bambu Pethuk: Keajaiban atau Cuma Mitos?
Gaya Hidup Prasejarah yang Unik
Suku Punan Batu diyakini masih menjalani cara hidup prasejarah di hulu beberapa sungai di Borneo. Mereka memiliki DNA yang sangat tua dan bahasa kuno. Suku ini tidak mencatat tanggal kelahiran dan tidak memeluk agama tertentu selain menghayati keberadaan Tuhan dengan sebutan Latala.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka menggantungkan hidup pada kegiatan berburu dan meramu di hutan, sebuah tradisi yang mengandalkan kemampuan individu serta pengetahuan tentang tumbuhan liar yang dapat dimanfaatkan untuk makanan dan pengobatan.
Keunikan dan Kekuatan Suku Punan Batu
Suku Punan Batu memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan suku lainnya, seperti cara berjalan yang sangat cepat dan tubuh yang miring seolah-olah melayang. Mereka juga dikenal memiliki kesaktian luar biasa, seperti kemampuan menghilang di balik pohon dan daun.
Kekuatan ini membuat mereka ditakuti oleh para penjajah Belanda di masa lalu. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka masih melakukan perburuan seperti zaman prasejarah dan hidup dalam komunitas tertutup yang terpisah dari dunia luar.
Baca Juga: Kisah Horor Mbah Masirin, Nekat Daki Gunung Lawu Sendirian di Bulan Suro
Kehidupan Semi-Nomaden dan Tantangan yang Dihadapi
Suku Punan Batu hidup secara semi-nomaden, berpindah-pindah di hutan dan tinggal di gua-gua. Mereka masih melestarikan adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang.
Meski demikian, mereka menghadapi berbagai tantangan seperti deforestasi, perampasan lahan, dan kurangnya pengakuan hak sebagai masyarakat adat. Mereka berjuang untuk melindungi hutan yang mereka anggap sebagai rumah.
Baca Juga: Kisah Makam Pangeran Sambernyawa dan 7 Mata Air Keramat yang Ramai Dikunjungi Saat Bulan Suro
Pengetahuan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan
Suku Punan Batu memiliki pengetahuan tradisional yang mendalam tentang hutan dan ekosistemnya. Mereka memahami tumbuhan dan hewan di sekitar mereka, pengetahuan ini tidak hanya digunakan untuk bertahan hidup tetapi juga untuk melestarikan ekosistem hutan.
Upaya pelestarian budaya dan lingkungan suku ini didukung oleh sejumlah organisasi dan pemerintah setempat melalui program pendidikan dan sumber daya alternatif.
Baca Juga: Sejarah Awal Mula Tahun Baru Islam dan Peristiwa Penting di Bulan Muharram
Warisan Budaya yang Berharga
Suku Punan Batu mewakili bagian penting dari warisan budaya dan alam Pulau Kalimantan.
Di era modern yang penuh tantangan ini, upaya pelestarian budaya mereka adalah suatu keharusan agar mereka dapat terus melanjutkan gaya hidup yang telah diwariskan nenek moyang mereka.
Meskipun sebagian besar Suku Punan sudah mulai hidup secara modern, mereka tetap tidak rela hutan mereka dijadikan perusahaan.
Baca Juga: Menguak Tradisi Jamasan Pusaka 1 Suro di Momen Tahun Baru Islam
Penelitian menunjukkan bahwa masih ada Suku Punan Batu yang tinggal di goa-goa di pedalaman Kalimantan.
Kehidupan mereka yang terpencil dan tradisional merupakan bukti kuat tentang keberlanjutan budaya dan pengetahuan kuno yang masih bertahan hingga kini.
Melalui pelestarian budaya dan ekosistem hutan, Suku Punan Batu terus menjaga warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Youtube @Larasati Channel