Rabu, 18 OKTOBER 2023 • 16:42 WIB

Tradisi Sayyang Pattuddu: Perpaduan Agama dan Budaya dalam Tarian Kuda

Author

Tradisi Sayyang Pattuddu

INDOZONE.ID - Keragaman budaya jadi salah satu keistimewaan Indonesia. Hal ini memberikan kekayaan dan keunikan yang membedakan Indonesia dari banyak negara lain.

Biasanya, praktek budaya tidak lepas dari agama. Budaya dan agama sulit dipisahkan karena sejarah panjang hubungan antara keduanya.

Salah satu contoh perpaduan budaya dan agama adalah Sayyang Pattuddu. Tradisi ini menggabungkan agama dan budaya lokal dalam sebuah atraksi kuda menari yang spektakuler.

Baca Juga: Ini Tradisi yang Membuat Orang Yahudi Dikenal Bangsa Cerdas hingga Akhirnya Mendominasi Dunia

Sejarah Sayyang pattudu

Tradisi Sayyang Pattu’du’ diadakan sejak masuknya Islam pada masa pemerintahan raja keempat Kerajaan Balanipa yaitu Daengta Tommunae.

Sayyang Pattudu awalnya hanya dilakukan oleh para bangsawan Kerajaan Balanipa. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi tradisi masyarakat Mandar.

Sayyang Pattuddu Berkembang di Luar Sulawesi Barat

Tradisi Sayyang Pattuddu awalnya hanya dijumpai di wilayah asalnya, Sulawesi Barat. Namun, selama berabad-abad, tradisi ini tidak hanya bertahan tetapi juga menyebar ke komunitas suku Mandar yang berada di luar wilayah ini.

Mengenal Sayyang pattudu

Dalam bahasa setempat, "sayyang" berarti kuda, sedangkan "pattuddu" berarti menari. Dilansir Wikipedia, Sayyang Pattudu diadakan untuk syukuran pada acara khatam Al-Qur'an. Kuda dihias dan kemudian ditunggangi mengelilingi kampung.

Penunggangan kuda diiringi dengan tabuhan musik rebana dan pembacaan syair khas Mandar yang disebut kalindaqdaq.

Tradisi Sayyang Pattuddu.

Syair yang dibacakan membahas tentang Islam dan Mandar. Pesertanya terdiri dari pesayyang, disayyang, dan pesarung.

Acara ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan nasihat kepada anak-anak suku Mandar agar semangat dalam menamatkan bacaan Al-Quran.

Sayyang Pattudu dan Perayaan Maulid Nabi

Sayyang Pattudu umumnya diadakan bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad atau pada bulan Rabiul awal, Rabiul akhir dan Jumadil awal.

Baca Juga: Sigajang Laleng Lipa: Tradisi Mengerikan Suku Bugis, Pihak Berselisih Saling Tikam di Dalam Sarung

Perayaan ini mencerminkan kegembiraan umat Islam di Indonesia dalam merayakan kelahiran Nabi besar mereka.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Berbagai Sumber