INDOZONE.ID - Pendekar Ajisaka adalah karakter legendaris dalam mitologi Jawa. Ia sering dianggap sebagai seorang pahlawan dan pendekar yang memainkan peran penting dalam legenda Jawa.
Kisah Ajisaka berkaitan dengan penciptaan aksara Jawa, yang merupakan sistem penulisan kuno yang digunakan di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Kisah tentang Aji Saka sering dihubungkan dengan nilai-nilai kebijaksanaan, pengetahuan, dan kebaikan. Dia dianggap sebagai sosok pahlawan yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jawa.
Meskipun kisah ini memiliki elemen mitologi, beberapa sumber menyebutkan bahwa AjiSaka adalah karakter penting dalam budaya Jawa dan membantu membentuk sejarah dan identitas pulau tersebut.
Baca Juga: Rawarontek, Ilmu Jawa Kuno yang Banyak Digunakan Pendekar Agar Kebal Terhadap Serangan
Sosok Ajisaka, sang pendekar
Jauh sebelum tokoh-tokoh sakti terkenal pada zaman kerajaan Hindu, sudah ada seorang pendekar sakti yang menjadi legenda. Ini terjadi pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, Pajajaran, Mataram, dan lainnya.
Pendekar ini adalah Ajisaka, yang diceritakan sebagai pendekar mandraguna pertama di Pulau Jawa.
Konon, Ajisaka berasal dari India dan menjadi raja pertama di Pulau Jawa, seperti yang disebutkan dalam cerita kuno tentang kunjungannya ke Pulau Jawa.
Membawa peradaban dan menguasai makhluk gaib
Kisah Ajisaka menceritakan bagaimana ia membawa peradaban ke tanah Jawa dan menyelidiki misteri mengenai hilangnya tiga pendekar sakti.
Dikisahkan bahwa Ajisaka mampu menguasai satu per satu makhluk gaib yang mendiami Pulau Jawa, kecuali daerah Alas Purwo yang tetap tidak bisa ia kuasai.
Ajisaka adalah salah satu tokoh penting yang menjadi cikal bakal raja di tanah Jawa. Ia menetap di Jawa Tengah, dan menurut cerita kuno, tinggal di daerah yang dikenal sebagai Shang Werdita Sangkala.
Mitologi selendang
Ajisaka selalu mengenakan selendang yang diikatkan di kepalanya. Meskipun kelihatannya selendang itu kecil, jika dibentangkan, akan mencakup sepanjang Pulau Jawa. Dalam selendang inilah kekuatan Ajisaka dalam menguasai tanah Jawa berada.
Konon, Ajisaka menerima wahyu Suryaloka, yang memerintahkannya untuk mendirikan sebuah negeri atau kerajaan. Selain itu, keturunannya dianggap sebagai penerus tahta.
Wahyu ini diberikan karena semasa Ajisaka, negeri yang dibangun akan mengalami bencana yang dapat mengancam keberlangsungan kerajaan.
Kalender Saka
Kisah Ajisaka, pendekar sakti ini, juga dikaitkan dengan pengenalan penggunaan Kalender Saka. Aji Saka mengenalkan sistem perhitungan tahun Saka di Jawa yang dimulai sejak kedatangannya, yaitu tahun 1 Saka (78 Masehi). Selain itu, ia juga mempromosikan pengetahuan membaca dan menulis sebagai dasar pengembangan budaya.
Baca Juga: Perkutut Jawa: Jelmaan Dewa dengan Mitos yang Mistis
Meskipun belum ada bukti tertulis yang mendukungnya, pendapat ini mengindikasikan bahwa penggunaan abjad di Jawa mungkin sudah dimulai sejak tahun 78 Masehi, seiring dengan kedatangan AjiSaka.
Asal usul aksara jawa
Sementara setelah Aji Saka memerintah di Medang Kamulan, Aji Saka mengirim utusan pulang ke rumahnya di Bumi Majeti untuk mengabarkan kepada abdinya yang setia Dora and Sembodo, untuk mengantarkan pusakanya ke Jawa.
Utusan itu bertemu Dora dan mengabarkan pesan Aji Saka. Maka Dora pun mendatangi Sembodo untuk memberitahukan perintah Aji Saka. Sembodo menolak memberikan pusaka itu karena ia ingat pesan Aji Saka: tidak ada seorangpun kecuali Aji Saka sendiri yang boleh mengambil pusaka itu.
Baca Juga: Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah
Dora dan Sembodo saling mencurigai bahwa masing-masing pihak ingin mencuri pusaka tersebut. Akhirnya mereka bertarung, dan karena kedigjayaan keduanya sama maka mereka sama-sama mati. Aji Saka heran mengapa pusaka itu setelah sekian lama belum datang juga, maka ia pun pulang ke Bumi Majeti.
Aji saka terkejut menemukan mayat kedua abdi setianya dan akhirnya menyadari kesalahpahaman antara keduanya berujung kepada tragedi ini. Untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya maka Aji Saka menciptakan sebuah puisi yang jika dibaca menjadi Aksara Jawa hanacaraka. Susunan alfabet aksara Jawa menjadi puisi sekaligus pangram sempurna, yang diterjemahkan sebagai berikut.
Hana caraka Ada dua utusan
data sawala Yang saling berselisih
padha jayanya (Mereka) sama jayanya (dalam perkelahian)
maga bathanga Inilah mayat (mereka).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber