Senin, 22 APRIL 2024 • 12:05 WIB

Telisik Kisah Legenda Badarawuhi Dalam Berbagai Versi dan Kaitannya dengan Ratu Ilmu Hitam Calonarang

Author

Badarawuhi dalam berbagai versi. (Istimewa)

INDOZONE.ID - Nama Badarawuhi kembali menjadi buah bibir seiring dengan dirilisnya film “Badarawuhi di Desa Penari”. Film ini menjadi prekuel bagi film “KKN di Desa Penari” yang sempat viral beberapa waktu lalu.

Sejak film “KKN di Desa Penari” dirilis, banyak orang yang berusaha ingin memecahkan misteri tentang cerita tersebut, mulai dari lokasi sebenarnya sampai sosok Badarawuhi itu sendiri.

Nah, di pembahasan kali ini, Indozone bakal mengulik cerita dari sosok lelembut berwujud siluman Ular ini yang dikutip dari berbagai sumber, salah satunya Youtube Kisah Tanah Jawa.

Badarawuhi Versi Alur Cerita Franchise "Desa Penari"

Badarawuhi dalam KKN di Desa Penari. (Instagram/kknmovie)

Sejatinya Badarawuhi dalam alur cerita Desa Penari hanyalah sosok lelembut yang mendiami Desa Penari sejak dulu. Kehadirannya merupakan simbol bencana bagi para warga di Desa Penari.

Baca Juga: Legenda Badarawuhi, Sosok Mistis di KKN Desa Penari yang Sakti Berkat Nyi Roro Kidul

Setiap tahun, Badarawuhi selalu meminta tumbal berupa gadis muda dari desa yang nantinya akan Ia ambil sukmanya untuk dijadikan Dawuh. Tugasnya adalah untuk menemaninya sebagai penghibur bagi para Dedemit dengan terus menari untuk selamanya.

Dalam ritualnya, proses seleksi calon Dawuh diadakan oleh sesepuh Desa Penari. Bagi para gadis yang memiliki "tanda khusus" atau lebih spesifiknya "berdarah hangat" pasti bisa lolos dari tes yang dilakukan oleh sang sesepuh. Tesnya sendiri sangat sederhana, mereka hanya perlu minum segelas kopi hitam yang sudah disediakan.

Jika sang gadis merasa pahit setelah minum kopi, mereka dinyatakan tidak lolos. Tapi bagi mereka yang merasakan rasa manis dari kopi itu, merekalah yang terpilih sebagai calon Dawuh Badarawuhi.

Setelah terpilih, para gadis itu akan dibawa ke Napak Tilas, sebuah pendopo yang kerap dijadikan warga desa sebagai lokasi ritual pemilihan calon Dawuh. Dalam perjalanan ke Napak Tilas, para gadis akan ditutup kepalanya dengan kain putih guna melindungi mereka dari gangguan Dedemit yang tertarik untuk "mengambil" gadis-gadis itu.

Saat sampai di sana, para gadis akan dibuka kain penutup kepalanya, kemudian diberikan sebuah makanan khusus yang nantinya dapat membuat mereka menari sepanjang hari sampai Badarawuhi memilih Dawuhnya. Kemudian, para gadis akan disuruh berlutut dan diminta untuk mencium aroma selendang yang digunakannya. Setelah itu, mereka akan berpindah alam dan menari sepanjang hari.

Baca Juga: Badarawuhi Mundur, 3 Weton ini Tak Bisa Dianggap Remeh, Dijaga oleh Khodam Ular

Selama proses pemilihan, satu persatu gadis akan gugur dari pemilihan Dawuhnya Badarawuhi. Mereka yang gugur akan kembali ke dunia nyata dan kembali kepada keluarganya. Pemilihan ini akan terus berlanjut hingga tersisa 1 gadis saja.

Saat gadis terakhir terpilih, jiwanya akan diambil oleh Badarawuhi dan dijebak di alamnya untuk selamanya. Di sisi lain, tubuh dari gadis yang terpilih menjadi Dawuh akan dimakamkan, karena sejatinya mereka sudah meninggal dunia.

Hasil Penelusuran Tim Kisah Tanah Jawa

Om Hao dari Kisah Tanah Jawa. (Youtube)

Dengan viralnya film "KKN di Desa Penari", masyarakat Indonesia mulai kepo apakah cerita tersebut asli atau murni karangan saja? Banyak media maupun influencer yang berlomba-lomba untuk mencari tahu keaslian dari cerita "KKN di Desa Penari". Salah satunya adalah Om Hao dan Tim Kisah Tanah Jawa.

Di salah satu video yang diunggah ke channel YouTube Kisah Tanah Jawa pada 27 Mei 2022, Om Hao bersama Tim Tanah Jawa melakukan ekspedisi ke sebuah desa di wilayah Jawa Timur.

Dalam perjalanan mereka, diketahui kalau dari semua titik lokasi yang dikunjungi, hampir sama tingkat kemiripannya dengan latar tempat cerita "KKN di Desa Penari", mulai dari akses masuk yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor, adanya gapura, makam tua sampai sungai yang dianggap keramat.

Namun, ada hal menarik soal eksistensi sosok lelembut yang menghuni lokasi tersebut. Dalam penerawangannya, Om Hao dan Om Day menyebut kalau sosok lelembut di desa tersebut adalah sepasang siluman ular, yang satu adalah pejantannya dan yang satu adalah betinanya. Sang lelembut betina inilah yang kita kenal sebagai Badarawuhi, sedangkan sosok lelembut jantan bernama Badaruhi.

Baca Juga: Kental Sama Mitos, Benarkah 'Ratu Malam' Bunganya Nyi Roro Kidul yang Bisa Menarik Rezeki?

Selain tempat, ada juga sejarah dibalik setiap titik lokasi yang dikunjungi oleh Tim Kisah Tanah Jawa. Dan yang mengejutkannya adalah, beberapa diantara sejarah tempat itu ada yang sama dengan alur cerita "KKN di Desa Penari". Jadi, apakah "KKN di Desa Penari" diambil dari kisah nyata atau hanyalah sebuah karangan fiksi dari akun Twitter Simpleman? Semua itu kembali kepada kepercayaannya masing-masing.

Versi Legenda

Ilustrasi Ratu Calonarang dan Badarawuhi. (Istimewa)

Semua dimulai dengan kedatangan Ratu Sakti Calonarang, seorang penguasa Ilmu Hitam yang menyebarkan wabah penyakit di Kediri, Jawa Timur. Dampaknya, setengah populasi warga Kediri kehilangan nyawa. Empu Bahula, putra Empu Baradah, tidak bisa berdiam diri melihat warganya terkena akibat Ilmu Hitam Calonarang.

Empu Bahula mengetahui bahwa sumber kekuatan Calonarang berasal dari lontaran mantra sakti. Setelah mencuri lontar tersebut, Calonarang dan pasukannya berhasil dikalahkan oleh Pasukan Kerajaan Daha. Pasukan Daha menghancurkan Kerajaan Dirah, yang tidak lagi dilindungi oleh Ilmu Hitam.

Namun, dendam Pasukan Daha membuat mereka membantai seluruh pasukan dan warga Kerajaan Dirah. Lima murid Calonarang melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Empat murid melarikan diri ke Bali, sementara satu, bernama Ratna Nareh, melarikan diri ke hutan belantara di Jawa.

Baca Juga: Legenda dan Asal Usul Imlek yang Identik dengan Warna Merah

Ratna Nareh

Ratna Nareh, saat itu berusia 17 tahun, memilih melarikan diri sendiri. Dia membawa lontar-lontar sakti milik Gurunya untuk dipelajari di masa mendatang. Dalam pelariannya, dia menaklukkan hutan-hutan dan mempelajari ilmu hitam milik Gurunya.

Setelah menguasai ilmu hitam tersebut, Ratna Nareh menjadi awet muda dan kuat. Dia memutuskan untuk bertemu dengan manusia dan sampai di Desa Wonontoro, yang dipimpin oleh Macan Sikep, pemimpin jahat.

Macan Sikep mencoba menggoda Ratna Nareh, tetapi malam itu, dia terbunuh oleh mantra pelindung di kamar Ratna Nareh. Warga Wonontoro tunduk pada Ratna Nareh setelah peristiwa itu.

Ratna Nareh mengetahui keberadaan Alas Danda, hutan terlarang di desa itu, dan mengadakan pertunjukan tarian di sana untuk menarik energi baik dan buruk. Pertunjukan itu memancing makhluk gaib dan prajurit Alas Danda, yang kemudian merasuki penonton.

Dia menarik energi dari makhluk tersebut dan berubah menjadi sosok menyeramkan. Namun, dia gagal menarik energi dari seorang penari yang kerasukan prajurit Ratu Siluman Alas Danda.

Kegiatannya memicu kemarahan Ratu Sarpamara, penguasa Alas Danda. Mereka bertempur, dan pada akhirnya, Ratna Nareh kalah dan dikutuk untuk hidup abadi dalam kegelapan.

Subada Rawuh alias Badarawuhi

Setelah mengusir Ratna Nareh, Ratu Sarpamara memerintahkan penghuni Alas Danda untuk kembali dan melepaskan manusia yang mereka masuki. Namun, seorang sosok, Abdi Nyi Roro Kidul, menolak dan akhirnya diusir oleh Ratu Sarpamara.

Baca Juga: Fakta Kisah Seram di Balik Mitos Bundaran FT UGM: Nyanyi Gugur Bunga dan Penunggu yang Mengintai

Sosok tersebut kemudian berkelana dan dikenal sebagai Subada Rawuh, sosok yang menyeramkan namun kuat dan dihormati, yang takkan memaafkan pelanggaran terhadapnya.

Bentuk dari sosok ini adalah berbentuk sosok manusia berbaju dominan hijau yang kadang berubah menjadi sosok menakutkan, yaitu berbentuk wujud manusia setengah Ular. Sosok ini dijuluki oleh penduduk sekitar dengan nama "Subada Rawuh" yang berasal dari kata "Subada" yang berarti sosok lelembut yang kuat atau disegani dan "Rawuh" berarti datang ke area Sendang atau kolam pemandian.

Ada juga yang menyebut sosok ini dengan nama "Subadangrawuhi" dan "Badarawuhi".

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Berbagai Sumber