INDOZONE.ID - Industri minyak bumi telah menjadi pilar penting dalam ekonomi global, dengan dampak yang meluas pada politik dan masyarakat.
Di Hindia Belanda, eksplorasi minyak dimulai pada tahun 1883 dan segera menjadi komoditas utama yang menarik perhatian dunia, termasuk Amerika Serikat.
Artikel ini mengulas perkembangan industri minyak di Hindia Belanda, persaingan global antara perusahaan minyak besar, peran pemerintah kolonial, serta dampaknya pada ekonomi dan politik.
Awal Eksplorasi dan Penemuan Minyak di Hindia Belanda
Eksplorasi minyak pertama di Hindia Belanda dimulai oleh Jan Reerink pada tahun 1871 di Cibodas, Jawa Barat, meskipun tanpa keberhasilan komersial.
Titik balik terjadi pada tahun 1883 ketika Aelko Zijlker, seorang pemilik ladang tembakau, menemukan lumpur hitam secara tidak sengaja di Langkat, Sumatera Utara. Penemuan ini membuktikan potensi minyak yang signifikan di wilayah tersebut.
Zijlker kemudian memperoleh konsesi untuk mengebor di Sumatera Utara dan berhasil memproduksi minyak secara komersial dari kedalaman 400 kaki.
Untuk mengelola operasi ini, ia mendirikan perusahaan Royal Dutch (Koninklijke Nederlandsche Petroleum Maatschappij) pada tahun 1890, dengan dukungan dari Kerajaan Belanda dan rekan-rekannya di Den Haag.
Di bawah kepemimpinan J. A. De Gelder, Royal Dutch fokus pada produksi, pengilangan, dan pemasaran minyak, menandai awal dari era baru dalam industri perminyakan Hindia Belanda.
Peran Pemerintah Kolonial dalam Industri Minyak
Pemerintah kolonial Hindia Belanda memainkan peran penting dalam mengatur dan mengawasi eksplorasi minyak. Undang-Undang Pertambangan tahun 1899 (Indische Mijn Wet) dirancang untuk mengatur aktivitas penambangan dan mencegah masuknya perusahaan asing tanpa pengalaman operasional di wilayah tersebut.
Undang-undang ini bertujuan untuk menjaga stabilitas industri dan mengurangi potensi gangguan dari perusahaan swasta yang dapat menghambat laju kapitalis dalam negeri. Amandemen pada tahun 1900 dan 1904 memperkuat peran pemerintah dalam mengendalikan sumber daya alam dan memastikan manfaat ekonomi bagi koloni.
Hubungan dengan Amerika Serikat dan Persaingan Global
Hubungan antara Hindia Belanda dan Amerika Serikat dalam industri minyak dimulai tak lama setelah penemuan minyak di Titusville.
Surplus minyak tanah Amerika diekspor ke berbagai negara, termasuk Hindia Belanda. Pada tahun 1884-1885, ekspor minyak tanah Amerika ke Hindia Belanda mencapai 4,85 juta galon, menunjukkan potensi pasar yang besar. Penemuan minyak di Hindia Belanda menarik perhatian dunia, termasuk Amerika Serikat.
Beberapa surat kabar Amerika memberitakan keberadaan ladang minyak di Hindia Belanda pada awal tahun 1890-an, ketika sumur-sumur minyak di Sumatera Utara mulai menghasilkan minyak dalam jumlah besar.
Pemerintah Amerika Serikat mulai menaruh perhatian serius ketika produksi minyak meningkat tajam pada tahun 1892, dua tahun setelah Royal Dutch didirikan.
Standard Oil Company, yang saat itu mendominasi pasar minyak dunia, merasa terancam oleh kemunculan Royal Dutch. Dominasi Standard Oil di luar negeri perlahan-lahan mulai ditantang, dan keberadaan minyak di Hindia Belanda menjadi faktor penentu dalam persaingan minyak antara keduanya.
Chauncey Lufkin dari Texas Company menyarankan Standard Oil untuk mengakuisisi wilayah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan India Britania yang diperkirakan mengandung mineral minyak.
Namun, Standard Oil tidak mengambil tindakan, yang membuka jalan bagi Royal Dutch untuk mendominasi wilayah-wilayah tersebut.
BACA JUGA: Kisah Tentara Kolonial di Hindia Belanda: dari Eropa, Pribumi, hingga Afrika
Persaingan Minyak di Asia dan Pembentukan Royal Dutch/Shell
Royal Dutch dan Shell Transport and Trading Company bergabung pada tahun 1907 untuk membentuk Royal Dutch/Shell Group, sebuah perusahaan yang kemudian menjadi salah satu kekuatan industri minyak terbesar di dunia.
Melimpahnya sumber minyak Hindia Belanda, dukungan pengiriman minyak dengan kapal tanker besar, serta jaringan bisnis Shell yang solid menjadikan perusahaan ini sangat kompetitif.
Di bawah induk kelompok perusahaannya didirikan anak perusahaan yang beroperasi di Hindia Belanda yaitu De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) untuk produksi dan pengilangan, serta AngloSaxon Petroleum Co untuk bidang transportasi.
Pada tahun 1910, Shell Group membeli sebuah perusahaan yang sedang berproduksi di Hindia Belanda dan tahun berikutnya membeli perusahaan independen yang terakhir, sehingga mendominasi industri minyak bumi di Hindia Belanda.
Dampak Investasi Swasta dan Perkembangan Industri
Investasi swasta dalam sektor perminyakan membawa perubahan besar bagi ekonomi Hindia Belanda. Perusahaan seperti De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) menjadi pemain utama dalam produksi dan pengilangan minyak.
Keberadaan industri minyak juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal, meskipun seringkali dengan konsekuensi eksploitasi sumber daya dan tenaga kerja.
Peningkatan infrastruktur, lapangan kerja, dan pendapatan daerah adalah beberapa dampak positif, sementara kerusakan lingkungan dan ketidaksetaraan sosial menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Sejarah industri perminyakan di Hindia Belanda tidak hanya mencerminkan eksploitasi sumber daya alam oleh kolonialisme tetapi juga membuka jalan bagi persaingan global antara perusahaan minyak besar.
Industri ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Hindia Belanda, meskipun seringkali dengan biaya sosial dan lingkungan. Hingga kini, warisan industri ini tetap relevan dalam memahami dinamika energi dunia dan sejarah ekonomi Indonesia.
Persaingan antara Royal Dutch/Shell dan Standard Oil menjadi salah satu babak penting dalam sejarah industri minyak global, dengan Hindia Belanda sebagai salah satu panggung utamanya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: JURNAL THE BEGINNING OF THE ROYAL DUTCH/SHELL AND STANDARD O