INDOZONE.ID - Kalau ngomongin Wali Songo, pasti kita langsung kepikiran sembilan wali yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Nah, salah satu yang paling unik adalah Sunan Muria.
Kenapa unik? Soalnya, beda dari sunan lainnya yang berdakwah di pusat kota dan dekat sama penguasa, Sunan Muria lebih memilih daerah pedesaan dan pegunungan buat menyebarkan Islam.
Gimana kisah Sunan Muria? Yuk, kita bahas lebih santai dan gampang dipahami melalui ulasan profil Sunan Muria dilansir dari Buku Kudus dan Islam: Nilai-nilai Budaya Lokal dan Industri Wisata Ziarah karya Dra. Sri Indrahti, M. Hum.
Baca Juga: Filosofi Ketupat dan Lepet Menurut Sunan Kalijaga
Biodata Sunan Muria: Putra Sunan Kalijaga atau Sunan Ngudung?
Sebenarnya, ada dua versi cerita tentang asal-usul Sunan Muria:
- Versi pertama menyebutkan kalau Sunan Muria itu anaknya Sunan Ngudung (Raden Usman Haji) dan Dewi Syarifah.
- Versi kedua yang lebih banyak dipercaya menyebutkan kalau Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dan Dewi Sarah binti Maulana Ishaq.
Versi mana yang bener? Sampai sekarang masih jadi perdebatan.
Tapi yang jelas, beliau punya peran besar dalam menyebarkan Islam, terutama di Kudus, Pati, Jepara, sampai lereng Gunung Muria.
Selain itu, Sunan Muria juga masih punya hubungan keluarga dengan wali lainnya.
Istrinya, Dewi Soejinah, adalah adik kandung Sunan Kudus, jadi mereka ini ipar.
Bahkan, ada cerita kalau anak Sunan Muria, Sunan Nyamplungan, juga meneruskan perjuangan ayahnya menyebarkan Islam di Pulau Karimunjawa.
Metode Dakwah Sunan Muria: Santai tapi Ngena
Kalau wali lain lebih banyak dakwah ke kalangan bangsawan dan pusat pemerintahan, Sunan Muria justru fokus ke rakyat kecil mulai dari petani, nelayan, pedagang kecil, sampai masyarakat desa.
Nah yang bikin makin keren, metode dakwahnya tuh nyantai banget.
Sunan Muria pakai pendekatan tasawuf, alias lebih menekankan kesabaran, kelembutan, dan pendekatan hati ke hati. Jadi, nggak ada tuh kesan menggurui atau maksa.
Salah satu caranya adalah menggunakan seni dan budaya lokal, seperti tembang (lagu Jawa) dan wayang.
Strategi ini terbukti ampuh. Masyarakat jadi bisa belajar Islam tanpa merasa dipaksa atau takut.
Pilih Tinggal di Gunung, Jauh dari Keramaian
Awalnya, Sunan Muria dakwah bareng Sunan Kudus di Kota Kudus.
Tapi, karena ada perbedaan metode dakwah, beliau memilih pindah ke Gunung Muria.
Zaman dulu, Gunung Muria masih gersang dan tandus. Tapi setelah Sunan Muria menetap di sana, beliau ngajak murid-muridnya buat melakukan reboisasi.
Hasilnya? Gunung yang tadinya tandus jadi hijau, subur, dan sejuk.
Di puncak gunung, Sunan Muria membangun pesantren dan masjid buat tempat belajar murid-muridnya.
Selain ngajarin agama, beliau juga ngajarin cara bertani yang baik, biar masyarakat bisa hidup lebih sejahtera.
Baca Juga: Mitos Rajah Kalacakra di Makam Sunan Kudus, Pejabat Takut Jabatannya Runtuh?
Dakwah yang Nggak Cuma soal Agama
Sunan Muria sadar banget kalau Islam itu bukan cuma soal ibadah, tapi juga soal kehidupan.
Makanya, beliau ngajarin banyak hal ke masyarakat, seperti:
- Ilmu pertanian – Biar para petani bisa panen lebih baik dan nggak kekurangan makanan.
- Kejujuran dalam berdagang – Pedagang kecil diajarin biar bisnisnya berkah dan berkembang.
- Pemanfaatan seni buat dakwah – Biar Islam bisa diterima dengan cara yang lebih santai dan nggak bikin takut.
Pendekatan ini bikin masyarakat jadi lebih terbuka terhadap Islam, tanpa merasa terbebani atau dipaksa.
Makam di Puncak Gunung Muria yang Selalu Ramai Peziarah
Setelah seumur hidup berdakwah, Sunan Muria akhirnya wafat dan dimakamkan di puncak Gunung Muria.
Sampai sekarang, makamnya masih jadi salah satu destinasi religi favorit buat orang-orang yang ingin berziarah.
Banyak orang yang datang bukan cuma buat doa, tapi juga menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk di Gunung Muria.
Warisan Sunan Muria yang Masih Terasa Sampai Sekarang
Meskipun Sunan Muria sudah lama wafat, jejak perjuangannya masih terasa banget sampai sekarang.
Beberapa peninggalannya yang masih bisa kita lihat antara lain:
- Makam Sunan Muria di Gunung Muria – Tempat ini selalu ramai didatangi peziarah dari berbagai daerah.
- Masjid di Gunung Muria – Masih berdiri kokoh dan jadi tempat ibadah sampai sekarang.
- Metode dakwah lewat seni dan budaya – Cara dakwah Sunan Muria masih banyak dipelajari dan digunakan oleh para ulama dan pendakwah modern.
- Jejak keturunannya di Karimunjawa – Makam Sunan Nyamplungan di Karimunjawa juga jadi tempat ziarah yang sering dikunjungi.
Baca Juga: Sejarah Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, Saksi Penyebaran Islam di Indonesia
Dari semua cerita ini, bisa kita lihat kalau Sunan Muria itu wali yang sederhana, bijaksana, dan peduli sama rakyat kecil.
Beliau lebih milih tinggal di gunung, mendekati masyarakat desa, dan mengajarkan Islam dengan cara yang santai tapi masuk ke hati.
Kalau Kamu ke Kudus, jangan lupa mampir ke Makam Sunan Muria di puncak Gunung Muria yaa!
Selain menjadi salah satu wisata religi di Jawa Tengah, tempat ini juga punya sejarah luar biasa tentang penyebaran Islam di Jawa.
Meskipun beliau sudah tiada, jejak perjuangan Sunan Muria tetap hidup sampai sekarang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Buku Kudus Dan Islam Karya Dra. Sri Indrahti, M. Hum.