Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Puasa Ramadhan yang kita jalani setiap tahun ternyata punya sejarah panjang, lho!
Nggak cuma sekadar kewajiban, tapi ada kisah menarik di balik perintahnya.
Jadi, kalau Kamu pernah bertanya-tanya, "Kenapa sih kita harus puasa di bulan Ramadhan? Kok nggak di bulan lain?" atau "Puasa Ramadhan sudah ada sejak kapan, ya?"
Nah, yuk kita bahas satu per satu dilansir dari YouTube @Nadia Omara selengkapnya yaa!
Baca Juga: 9 Kisah dan Peristiwa Besar yang Terjadi di Bulan Ramadhan, Apa Saja Ya?
Ternyata, puasa bukan hal baru di zaman Rasulullah. Bahkan, sejak Nabi Adam AS sudah ada praktik puasa.
Setelah beliau dan Siti Hawa diturunkan ke bumi karena tergoda rayuan iblis, mereka mendapat dua hukuman yaitu dipisahkan di tempat yang jauh dan kulitnya terbakar matahari sampai menghitam.
Untuk memohon ampun, Nabi Adam pun berpuasa selama tiga hari berturut-turut.
Hasilnya? Setiap harinya, kulitnya perlahan kembali ke warna semula.
Makanya, puasa ini disebut "Ayamul Bidh" alias "Hari Kembali Putih".
Setelah puasanya selesai, Nabi Adam akhirnya dipertemukan kembali dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah.
Setelah Nabi Adam, ada beberapa nabi lain yang juga menjalankan puasa dengan tujuan berbeda-beda:
Setelah terombang-ambing di bahtera selama 10 bulan, Nabi Nuh dan pengikutnya akhirnya berlabuh di Gunung Judi.
Sebagai bentuk syukur karena selamat dari banjir besar, mereka berpuasa.
Puasanya beda nih! Nabi Daud menjalankan puasa selang-seling, sehari puasa, sehari nggak.
Puasa ini kemudian dikenal sebagai "Puasa Daud", yang katanya merupakan puasa paling baik setelah puasa Ramadan.
Beliau berpuasa setelah berhasil menyelamatkan Bani Israil dari kejaran Firaun dengan membelah Laut Merah.
Puasa ini dikenal dengan nama "Puasa Asyura" dan awalnya juga dilakukan oleh umat Islam sebelum ada perintah puasa Ramadan.
Baca Juga: Grebeg Onje Mrebet, Purbalingga: Sambut Ramadhan dengan Tradisi Syukur dan Kebersamaan
Nah, sampai di zaman Rasulullah, beliau juga rutin berpuasa tiga hari setiap bulan.
Tapi waktu itu belum ada perintah khusus buat umat Islam.
Sampai akhirnya, saat hijrah ke Madinah, Rasulullah melihat orang Yahudi berpuasa di tanggal 10 Muharram.
Mereka bilang puasa itu untuk mengenang selamatnya Nabi Musa dari Firaun.
Rasulullah pun berkata, "Aku lebih berhak menjalankan puasa ini," dan sejak itu umat Islam ikut menjalankan "Puasa Asyura".
Tapi, setahun setelahnya, datang wahyu yang mengubah segalanya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas Kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum Kamu agar Kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dari sini, puasa Ramadhan resmi menjadi ibadah wajib bagi umat Islam.
Saat pertama kali dijalankan, asal usul puasa Ramadhan nggak seperti sekarang.
Ada beberapa aturan yang terasa berat bagi umat Islam:
Waktu itu, umat Islam hanya boleh makan setelah salat Isya, lalu harus mulai puasa lagi setelah tidur.
Jadi, kalau ketiduran sebelum makan, harus puasa terus sampai besok.
Bayangin deh, ada sahabat Nabi yang pingsan karena kelaparan akibat aturan ini.
Sampai akhirnya turun ayat yang membolehkan makan sampai waktu fajar, yang kita kenal sekarang sebagai waktu sahur.
Ramadhan pertama umat Islam langsung dihadapkan pada "Perang Badar".
Bayangin, harus bertarung sambil puasa! Tapi ada juga riwayat yang menyebutkan kalau pasukan muslim saat itu diberi keringanan untuk tidak berpuasa.
Awalnya, puasa Ramadan masih jadi pilihan yaitu boleh puasa atau boleh bayar fidyah seperti memberi makan orang miskin.
Tapi setelah umat Islam semakin kuat imannya, perintahnya diubah lagi menjadi wajib berpuasa bagi yang mampu, dan yang tidak mampu seperti lansia atau ibu hamil boleh bayar fidyah.
Baca Juga: 6 Tradisi Suku Bugis Jelang Bulan Suci Ramadhan
Allah nggak mau bikin umat-Nya kesulitan, jadi beberapa aturan dipermudah, seperti:
Saat Peristiwa Fathu Makkah, Rasulullah dan pasukan muslim kelelahan di perjalanan.
Beliau pun minum air di depan mereka, memberi contoh bahwa musafir boleh berbuka dan menggantinya di lain hari.
Ingat sahabat Kais bin Syirmah? Karena ketiduran dan nggak sempat makan, dia harus puasa seharian penuh lagi.
Akhirnya turun ayat yang menetapkan waktu sahur seperti sekarang.
Dulu, selama Ramadan, suami-istri dilarang berhubungan selama sebulan penuh.
Sampai akhirnya turun ayat yang memperbolehkan mereka bersama di malam hari setelah berbuka.
Setelah puasa Ramadan ditetapkan, Rasulullah juga mulai melaksanakan salat tarawih. Awalnya, beliau salat sendiri di masjid. Tapi, lama-lama para sahabat ikut bergabung.
Hingga di malam ke-29 Ramadan, mereka menunggu Rasulullah untuk memimpin salat, tapi beliau nggak datang.
Saat ditanya, Rasulullah menjawab:
"Aku khawatir jika aku terus melaksanakannya, salat tarawih akan menjadi wajib bagi kalian."
Sejak saat itu, Rasulullah membiarkan umat Islam melaksanakan tarawih secara mandiri.
Hingga di zaman Khalifah Umar bin Khattab, salat tarawih akhirnya dijalankan secara berjamaah dengan imam tetap, seperti yang kita kenal sekarang.
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau melihat bahwa kaum muslimin melaksanakan salat tarawih dalam kelompok-kelompok kecil di masjid.
Ada yang salat sendiri, ada yang berjamaah dalam kelompok kecil dengan imam masing-masing.
Melihat keadaan ini, Umar kemudian berpikir bahwa lebih baik jika semua kaum muslimin salat tarawih bersama-sama dalam satu jamaah besar dengan satu imam saja.
Akhirnya, Umar bin Khattab mengumpulkan kaum muslimin dan menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai imam salat tarawih.
Keputusan ini disambut baik oleh umat Islam karena mereka merasa lebih nyaman dan lebih khusyuk dalam beribadah.
Sejak saat itulah, salat tarawih berjamaah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan hingga sekarang.
Menariknya, ketika melihat jamaah yang begitu banyak berkumpul di masjid untuk salat tarawih, Umar bin Khattab berkata:
"Sebaik-baik bid’ah adalah ini."
Maksudnya, meskipun Rasulullah tidak pernah menetapkan tarawih sebagai salat berjamaah secara rutin, tapi dengan dijalankan secara berjamaah, umat Islam bisa lebih semangat beribadah dan merasakan manfaatnya.
Dari kisah panjang sejarah puasa Ramadhan dan ibadah yang menyertainya seperti salat tarawih, kita bisa melihat bahwa Islam selalu memberikan keringanan bagi umatnya.
Puasa Ramadhan yang awalnya berat, akhirnya diberi kemudahan dengan aturan yang lebih manusiawi.
Salat tarawih yang awalnya dilakukan sendiri, akhirnya menjadi ibadah berjamaah yang mempererat ukhuwah umat Islam.
Jadi, buat kita yang menjalani puasa Ramadhan 2025 saat ini, harusnya bersyukur banget!
Kita sudah mendapatkan kemudahan dibanding umat terdahulu. Enggak ada lagi aturan puasa 24 jam atau larangan makan setelah Isya.
Bahkan, kita masih dikasih keringanan kalau sedang dalam kondisi tertentu, seperti sakit atau bepergian.
Nah, semoga dengan mengetahui sejarah Ramadhan ini, kita bisa semakin memahami bahwa setiap ibadah dalam Islam punya alasan dan hikmah di baliknya.
Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga momen untuk refleksi, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Jadi, siap menjalani puasa Ramadan dengan lebih semangat tahun 2025 ini?
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube