Selasa, 10 SEPTEMBER 2024 • 07:00 WIB

Kisah John Jones, Seorang Spelunker yang Tewas Terjepit di Celah Kecil Gua Nutty Putty dengan Posisi Badan Terbalik

Author

John Edward Jones terjebak dalam gua yang sempit.

INDOZONE.ID - John Edward Jones adalah seorang spelunker berpengalaman yang melakukan ekspedisi gua bersama sekelompok teman untuk merayakan Thanksgiving pada tahun 2009.

Untuk diketahui, Spelunker adalah sebutan untuk seseorang yang hobi menjelajahi gua. Namun, hobinya tersebut justru membawa John menuju akhir hidup yang tragis ketika ia menjelajahi gua Nutty Putty di Utah, Amerika Serikat.

John bersama tiga orang lainnya meninggalkan kelompok mereka untuk mencari "The Birth Canal", lorong sempit namun dapat dilalui dengan jalan memutar di ujungnya. John memasuki lorong yang belum terpetakan sebelumnya, yang secara keliru ia yakini sebagai terusan.

Baca Juga: Cerita Lengkap Tragedi Partai Donner: 87 Orang Terjebak Salju Besar Selama 4 Bulan hingga Makan Daging Sesama

Kemudian ia mendapati dirinya berada di jalan buntu, tanpa tujuan selain celah vertikal yang sempit. John mengira bahwa ini adalah jalan memutar, ia masuk dengan kepala terlebih dahulu lalu terjepit terbalik.

Celah tersebut berukuran 10 x 18 inci (25 x 46 cm) dan terletak 400 kaki (120 m) dari pintu masuk gua.

Salah seorang teman mencoba menarik John keluar dari celah itu, tetapi tidak berhasil. Dengan keadaan tangan John mendekap di bagian dada, membuatnya kesulitan menarik nafas.

Mereka menghubungi sebuah tim penyelamat besar yang beberapa waktu kemudian datang untuk menolong John.

Para pekerja memasang sistem katrol dan tali yang canggih dalam upaya untuk mengeluarkannya, tetapi sistem tersebut gagal saat diberi tekanan, sehingga John terperosok kembali ke dalam lubang.

Cara lain juga dilakukan dengan menggunakan palu godam hingga melakukan pengeboran. Namun, hasilnya nihil.

“Jadi, mengeluarkan orang yang pingsan dan beratnya 210 pon tampaknya mustahil. Pilihan lain yang saya lihat adalah menggunakan palu godam untuk memperlebar retakan dan mencabut beberapa tonjolan, lalu memperlebar bagian yang sempit, lalu menariknya keluar. Dia akan terluka parah dan mungkin akan mengalami beberapa patah tulang, tetapi jika tidak ada cara lain yang berhasil, itu tampaknya pilihan terbaik,” tulis Tim SAR pada laporan yang diunggah laman brandonkowallis.com

“Saya hanya berhasil tiga kali mencoba pada bibir kecil tepat di bawah kaki John, tetapi karena sudut saya, palu godam itu terus terbenam ke dalam pasir di sisi bibir batu. Saya mencoba mengubah posisi saya, tetapi sepertinya di manapun saya bergerak saya tidak dapat memegang palu godam karena panjangnya. Saya hanya memiliki sekitar 2,5 kaki ruang antara saya dan batu yang perlu dibor dan palu godam itu mungkin panjangnya 3 hingga 4 kaki. Lalu, mencoba menahannya dalam posisi yang tidak nyaman itu membuat saya cepat lelah,”

“Begitu bor tiba, Debbie, Max, dan saya menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk menghancurkan lorong – sekitar 7 hingga 9 kaki dari John. Area yang batuannya lebih lunak bisa terbelah dengan cukup mudah, tetapi formasi yang lebih keras membutuhkan usaha yang sangat besar. Masalah utamanya adalah karena ruang yang sangat terbatas. Setelah satu setengah jam, kami hanya berhasil memukul sekitar 18” x 4” bagian batu di langit-langit dan di tanah. Dan itu di bagian lorong yang lebih lebar. Sejak saat itu, gua menjadi lebih sempit sehingga jika Anda berbaring di lorong dan beratnya 125 pon, Anda hanya memiliki sekitar 3 hingga 6 inci ruang di atas Anda. Tidak terlalu ideal untuk memegang palu godam atau bahkan untuk dapat memilih sudut yang paling efektif. Untuk melanjutkan proses, atau bahkan jika kami beralih ke micro-blaster, perkiraan saya adalah sekitar 3 hingga 7 hari untuk kembali ke tempat John berada. Jadi sekali lagi kami berkumpul kembali untuk memutuskan apa rencana tindakan selanjutnya,” tambahnya.

Setelah berbagai cara penyelamatan telah dilakukan dan tidak ada satupun yang berhasil, tim penyelamat diminta untuk memeriksa tanda-tanda vital John.

Setelah diperiksa tim penyelamat dengan panduan seorang paramedis, tidak terdengar suara detak jantung John. Dadanya yang menempel pada batu terasa lebih hangat daripada bagian tubuh yang lain.

Ketika mencoba melepas sepatu John dan mencoba memeriksa suhunya, termometer tidak menunjukkan apapun, yang menurut paramedis disebabkan oleh suhu yang berada di bawah kisaran tersebut.

Kaki dan tungkainya jauh lebih kaku daripada sebelumnya dan sulit untuk menggerakkan kakinya lebih dari beberapa inci.

Seorang paramedis kemudian masuk ke dalam celah sempit di mana tempat John terjepit tersebut, ia memastikan keadaan John. Hingga akhirnya John Edward Jones dinyatakan meninggal pada pukul 11:52 waktu setempat.

Dikarenakan mengevakuasi John yang telah meninggal akan terasa lebih sulit sebab tubuhnya yang kaku, akhirnya diputuskan bahwa terlalu berisiko bagi penyelamat untuk mencoba mengeluarkan jasadnya, dan hingga hari ini Gua Nutty Putty adalah tempat peristirahatan terakhir John Edward Jones.

Baca Juga: Mitos Goa di Sumenep yang Jadi Tempat Bersemedi Para Raja hingga Bung Karno

Kisah tragis upaya penyelamatan John Edward Jones diabadikan dalam film berjudul “The Last Descent” yang dirilis pada tanggal 16 September 2016.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Brandonkowallis.com