Selasa, 31 JANUARI 2023 • 16:30 WIB

Ribuan Warga AS Unjuk Rasa Usai Tyre Nichols Jadi Korban Pembantaian Polisi

Author

Rowvaughn Wells, ibu dari korban penganiayaan pihak polisi (The New York Times)

Black Lives Matter merupakan sebuah bentuk gerakan aktivis mancanegara untuk membasmi rasisme, disksriminasi, dan kesenjangan terhadap kaum berkulit hitam. Gerakan tersebut juga memiliki tagar #BlackLivesMatter yang disuarakan pertama kali pada 13 Juli 2013.

Tagar dan gerakan tersebut dilakukan untuk menentang kekerasan ataupun rasis terhadap kulit hitam di Amerika Serikat. Tapi ternyata, masih ada beberapa pihak lainnya yang tidak peduli akan aksi penentangan itu, salah satunya polisi.

Terbukti, beberapa waktu lalu viral seorang pria berkulit hitam asal Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, yang dipukuli oleh lima orang polisi menimbulkan korban jiwa lagi. Kejadian tersebut berlangsung pada 7 Januari 2022.

Pria yang diketahui memiliki nama lengkap Tyre Nichols itu tiba-tiba saja ia dipukuli oleh kawanan polisi yang sedang bertugas. Insiden mencekam itu terjadi saat malam hari.

Saat tengah dipukuli, terdengar jika ia sedang berusaha memanggil sang ibu dengan harapan untuk menolongnya. Karena banyaknya oknum polisi yang memukulnya, ia pun terlihat kesulitan bergerak karena luka-lukanya.

Padahal, jarak antara lokasi kejadian dengan rumah ibu Nicholas, Rowvaughn Wells, hanya membutuhkan beberapa menit saja.

Baca Juga: Mantan Polisi Derek Chauvin Divonis Bersalah Bunuh George Floyd, Injak Leher Hingga Tewas

"Waktu saya tahu bahwa anak saya memanggil saya dan waktu itu saya tidak jauh darinya dan tidak mendengarnya," tutur Wells yang dikutip dari akun Twitter VOA Indonesia pada Selasa (31/1/2023).

"Anda tidak tahu saya rasanya seperti apa sekarang, Anda tidak tahu," imbuhnya kemudian.

Berselang tiga hari kemudian, nyawa Nichols pun tidak dapat diselamatkan. Ia dinyatakan meninggal dunia. 

Karena kejadian tersebut, masyarakat AS pun melakukan aksi unjuk rasa di beberapa kota di Amerika Serikat, salah satunya Times Square, New York.

Sebanyak ribuan orang menyuarakan protesnya terkait penganiayaan oleh sejumlah polisi terhadap pria berkulit hitam, Tyre Nichols.

Sementara itu, sebanyak lima polisi yang terlibat dalam insiden itu telah dipecat. Mereka menghadapi dakwaan pembunuhan dan berbagai aksi kriminal lainnya.

Sedangkan salah satu polisi juga dilaporkan telah dibebastugaskan atau diberhentikan dari jabatannya. Tak hanya itu, sebanyak tiga petugas pemadam kebakaran juga dipecat karena dianggap melanggar protokol departemen Damkar.

Tyre Nichols sendiri merupakan seorang pria berusia 29 tahun yang telah memiliki buah hati. Ia juga dikenal oleh keluarga dan kerabatnya sebagai sosok yang baik, kreatif, dan disayang oleh semua orang.

Baca Juga: FOTO: Unjuk Rasa Terhadap Keputusan Kepada Polisi Penembak Breonna

Presiden AS yang menjabat saat ini, Joe Biden, bahkan mendorong kongres Amerika Serikat untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait akuntabilitas kepolisian.

RUU itu dirancang usai warga Amerika Serikat berkulit hitam lain seperti George Floyd dan Breonna Taylor yang terlebih dahulu tewas akibat kekerasan polisi.

Kasus Penewasan George Floyd dan Breonna Taylor oleh Pihak Kepolisian

Sebagaimana diketahui, George Floyd merupakan seorang pria berkebangsaan Afrika-Amerika yang tewas terbunuh saat tengah melakukan proses penangkapan oleh seorang polisi pada 25 Mei 2020.

Pria kelahiran 1973 itu di diduga mengeluarkan uang kertas palsu senilai USD20 di Minneapolis. Karenanya, ia sempat diborgol oleh petugas polisi yang sedang bertugas.

Floyd lalu dikeluarkan dari kendaraan milik polisi dan dipaksa ke trotoar oleh dua orang polisi. Seorang perwira senior ketiga, Derek Chauvin, bahkan berlutut di leher Floyd selama hampir sembilan menit.

Aksi kriminalitas oleh pihak polisi itu membuat Floyd kehilangan nyawanya. Ia dinyatakan mengalami Asfiksia atau sesak napas.

Sementara itu, seorang wanita bernama Breonna Taylor juga pernah menjadi korban kebrutalan polisi. Secara tragis, Taylor dibunuh di apartemennya sendiri di Louisville, Kentucky, oleh Departemen Polisi Louisville Metro pada 13 Maret 2020.

Wanita berusia 26 tahun itu ditembak mati oleh beberapa petugas kepolisian saat tengah melakukan aksi penggeledahan kasus narkoba. Padahal, tidak ada satupun narkoba yang ditemukan di apartemen tersebut.

Usai ditembak sebanyak delapan kali, nyawa taylor pun tidak dapat diselamatkan. Aksi keji tersebut lalu membuat masyarakat Amerika Serikat geram hingga menyuarakan Black Lives Matter di beberapa wilayah AS.

Penulis: Antika Fahira

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: