Rabu, 25 JANUARI 2023 • 11:30 WIB

Studi Terbaru: Terlalu Banyak Senyum Ternyata Enggak Baik, Kok Gitu?

Author

Ilustrasi seseorang yang tersenyum (Freepik/timeimage)

Selama ini tak sedikit orang yang berpikir kalau senyum bisa melegakan perasaan negatif. Tak jarang pulang, kita diminta tersenyum saat sedang bersedih.

Padahal terlalu banyak senyum ternyata gak baik. Apalagi bagi orang-orang yang memang tak biasa mengungkapkan kebahagiaannya secara ekspresif.

Dikutip dari hasil studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Social Psychology, tersenyum bisa menjadi bumerang bagi seseorang. Bahkan menurut para peneliti, sering tersenyum sebenarnya dapat membuat orang merasa lebih buruk jika dilakukan terpaksa.

Ketika orang berpura-pura tersenyum karena mereka berharap untuk merasa lebih baik atau mereka melakukannya hanya untuk menyembunyikan emosi negatif, strategi ini jelas salah.

Baca juga: Studi Terbaru: Mengumpat Memiliki Kekuatan untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri

Sebab hasil penelitian ini mengungkap orang-orang yang biasanya tidak tersenyum ketika bahagia, akan merasa lebih buruk ketika tersenyum. Sedangkan orang-orang yang sering tersenyum ketika bahagia, mereka merasa lebih baik ketika tersenyum.

"Secara umum, kami berpikir bahwa membuat orang yang merasa tidak enak tersenyum bisa menjadi bumerang dan membuat mereka merasa lebih buruk, karena mereka mungkin mengartikan tersenyum sebagai usaha untuk menjadi bahagia," kata Anirban Mukhopadhyay, profesor pemasaran di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Lantas Siapa yang Harusnya Banyak Senyum dan yang Tidak?

Ilustrasi senyum yang terpaksa (Freepik/rawpixel.com)

Orang yang sering tersenyum karena kepribadiannya yang ceria seharusnya merasa bebas untuk terus tersenyum, karena hal ini dapat membuat mereka merasa lebih baik.

Baca juga: Studi Terbaru: Kemungkinan Hiu Megalodon Pernah Menyerang Paus Balin!

Namun orang yang tidak tersenyum secara alami, harus lebih jujur. Sebab senyuman mungkin hanya ‘usaha untuk menjadi bahagia’.

"Dalam praktiknya, saya pikir orang bisa berpikir tentang keyakinan mereka sendiri tentang tersenyum, melihat bagaimana perasaan mereka tentang seberapa sering mereka tersenyum dan mengadaptasi keyakinan atau perilaku mereka untuk membuat diri mereka merasa lebih baik," tutup Mukhopadhyay.

 

 

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: