Berdasarkan keterangan yang tertulis di Wikipedia, Ebu Gogo adalah makhluk seperti manusia yang muncul pada mitologi penduduk pulau Flores, Indonesia.
Makhluk ini dianggap memiliki bentuk yang mirip dengan leprechaun atau peri. Leprechaun digambarkan sebagai lelaki tua yang senang berbuat nakal.
Penduduk Suku Nage di Flores, menggambarkan Ebu Gogo sebagai kelompok mirip manusia (humanoid) yang berarti Ebu "Nenek" dan Gogo berarti "Dia yang memakan apapun".
Makhluk ini juga dikenal cukup kecil dari ukuran manusia normal yang dikatakan hanya memiliki tinggi sekitar 1 meter, ditutupi rambut, periuk-berperut, dan dengan telinga yang menjulur.
Ebu Gogo dikenal sebagai makhluk yang berjalan agak kikuk dan sering lebih 'berisik' - yang dianggap hal itu sebagai cara bahasa mereka.
Penduduk pulau Flores juga menilai bahwa Ebu Gogo dapat mengulangi apa yang mereka katakan. Ebu Gogo betina (atau perempuan) memiliki payudara panjang dan terjumbai.
Dari jurnal Nature, legenda yang berkaitan dengan Ebu Gogo secara tradisional dikaitkan dengan monyet. Penduduk suku Nage percaya bahwa Ebu Gogo masih hidup saat kedatangan kapal perdagangan milik Portugis pada abad ke-17.
Bahkan beberapa diantaranya berpendapat kalau kelompok Ebu Gogo dapat bertahan hidup sampai akhir abad ke-20. Meski demikian, makhluk ini tidak pernah terlihat lagi sampai sekarang.
Pemakan Segalanya
Tidak hanya sayuran, buah, hingga daging hewan - Ebu Gogo juga dikenal senang menyantap daging mentah. Bahkan dikatakan kalau kelompok Ebu Gogo sering mencuri bayi warga untuk dimakan.
Ebu Gogo juga dikenal sebagai 'hama' yang kerap merusak tanaman warga. Penduduk Flores terkadang marah dan menangkap kelompok itu, hingga dibakar hidup-hidup.
Ada satu cerita, di mana Ebu Gogo yang telah dibakar warga flores tetapi makhluk tersebut masih hidup dan lari ke dalam hutan.
Awalnya mereka membiarkan Ebu Gogo ini, karena sudah dirasa membahayakan, warga mencoba mengusir makhluk kerdil ini.
Baca juga: Pria ini Rekam Sosok Hantu Suster Bawa Pasien di Rumah Sakit Angker, Bikin Merinding
Pemusnahan Ebu Gogo
Pada abad ke-18, penduduk Nage di Flores Tengah, menceritakan bagaimana penduduk desa "memusnahkan" Ebu Gogo.
Penduduk menipu kelompok tersebut dengan memberikan hadiah berupa serat palem untuk membuat pakaian.
Ketika Ebu Gogo mengambil serat itu ke gua mereka, penduduk desa melemparkan "puntung berapi" (atau potongan kayu terbakar) untuk membuatnya terbakar.
Cerita itu berlanjut dengan semua penghuni (gua) itu terbunuh, kecuali mungkin satu pasangan yang berhasil melarikan diri ke bagian hutan terdalam, dan keturunannya mungkin masih tinggal di sana.
Ada juga legenda tentang penculikan Ebu Gogo terhadap anak manusia, dengan harapan bisa belajar cara memasak dari mereka.
Penemuan Sisa-sisa Kerabat
Penemuan sisa-sisa hominin (kerabat dekat manusia) setinggi sekitar satu meter di Flores, yaitu homo floresiensis.
Penemuan itu diyakini telah berusia 50.000 tahun dan telah menginspirasi kisah dari legenda Ebu Gogo.
Profesor antropologi di University of Alberta (Kanada), Gregory Forth, telah menyatakan bahwa mitos "manusia liar" sudah menjadi hal yang biasa terjadi di Asia Tenggara.
Gregory mempelajari bahasa dan ritual mereka, dan berspekulasi bahwa homo floresiensis merupakan bukti bahwa kisah Ebu Gogo dan makhluk serupa lain.
Hal ini serupa dengan orang pendek di Sumatra, mungkin berakar pada kenyataan bahwa mereka dulunya pernah hidup berdampingan dengan manusia, bukan hanya makhluk mitos semata.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: