INDOZONE.ID - Sore itu di kahyangan, langit jingga menggantung indah. Tapi jangan tertipu, suasananya lagi panas-panasnya.
Para dewa berkumpul di Belmurti, aula langit tempat rapat agung. Batara Guru berdiri di tengah mereka, wajahnya serius.
Kabar buruk datang yaitu Prabu Kala Dahana, raksasa yang diasingkan karena menantang Batara Brahma, bangkit lagi dari kawah neraka.
Masalahnya, dia kebal senjata, bahkan pusaka pun nggak mempan. Kekuatannya gede banget dan pasukannya ribuan.
Dunia sedang terancam dan cuma satu cara buat menghentikan kekacauan ini yaitu dengan menurunkan ajian kuno yang bahkan belum pernah diwariskan ke manusia yaitu Ajian Suryakanta, kekuatan matahari itu sendiri.
Yuk kisah Ajian Suryakanta dilansir dari YouTube @Tos Nusantara selengkapnya!
Baca Juga: Rahasia Ajian Rawa Rontek: Ilmu Kebatinan yang Bikin Pemiliknya Abadi, Fakta atau Mitos?
Sang Terpilih: Gatot Kaca yang Muda dan Gagah
Pilihan Batara Guru jatuh ke satu nama yaitu Raden Gatot Kaca. Si anak Pandawa yang gagah, cepat, dan setia pada kebenaran.
Saat itu, dia lagi bertapa di Gunung Candramuka. Meski kuat, dia merasa belum cukup untuk melindungi dunia. Ada kekosongan di dalam dirinya yang belum terisi.
Sampai malam itu datang. Sosok Batara Surya muncul dalam cahaya, menyapanya.
“Ajian Suryakanta ini buatmu,” ucapnya. Tanpa banyak cingcong, cahaya matahari langsung menyusup ke pupil Gatot Kaca.
Matanya bersinar merah keemasan. Tapi ujian ilmu ajian pertamanya bukan soal kekuatan, melainkan pengendalian.
Gatot Kaca harus belajar bahwa kekuatan ini bukan main-main. Salah pakai, bisa bikin kehancuran.
Nah dalam ujiannya, saat musuhnya berubah jadi wajah ibunya, ia sadar kekuatan ini harus digunakan dengan hati, bukan cuma tenaga.
Kala Dahana: Raja Api yang Haus Kekuasaan
Sementara itu, di negeri Pancanegara, Prabu Kala Dahana udah bersiap perang. Raksasa bertubuh baja itu berdiri di puncak menara, dikelilingi pasukan raksasa bertombak api.
“Bakar hutan Kalimantana! Rebut tanah Pandawa!” serunya. Tanah yang dulu hijau kini berubah jadi hitam. Api membakar segalanya. Dunia mulai menangis.
Saat kabar sampai ke Indraprasta, Yudistira langsung menatap Gatot Kaca. “Ini waktumu,” katanya.
Nah tanpa ragu, Gatot Kaca menjawab, “Kadang kita harus bertarung sebelum kita siap.”
Baca Juga: Ajian Rengkah Gunung: Ilmu Sakti dari Tanah Jawa yang Bisa Bikin Gunung Retak!
Pertarungan Dahsyat: Matahari vs Neraka
Gatot Kaca pun berangkat. Tapi sejak menerima Ajian Suryakanta, ia tak pernah bisa tidur nyenyak.
Dalam dirinya, api itu terus menyala. Saat tiba di medan perang, Kalimantana udah bukan hutan lagi. Semuanya gosong. Di tengah itu, berdiri Kala Dahana, sang raksasa api.
“Jadi ini kau? Anak langit?” ejeknya. Lalu, Bum! Serangan pun dimulai. Gatot Kaca melayang, melempar petir.
Kala Dahana membalas dengan semburan api. Langit memerah seeppertii senja abadi.
Tapi saat Gatot Kaca mencoba memancarkan Ajian Suryakanta dari matanya gagal. Belum keluar.
“Ajian itu nggak akan muncul kecuali kau siap membakar dirimu juga,” kata Kala Dahana.
Nah bener aja, Gatot Kaca terpental, tubuhnya terbakar sebagian. Tapi tekadnya belum padam.
Matahari Dalam Mata, Tapi Belum Cukup
Gatot Kaca akhirnya berhasil menyalakan Ajian Suryakanta. Sinar emas menyembur dari matanya.
Mengenai dada Kala Dahana. Tapi raksasa itu belum tumbang. Masih berdiri, masih tertawa.
“Serahkan ajian itu atau akan kuambil dari jiwamu!” teriak Kala Dahana. Gatot Kaca sadar kekuatan ini belum cukup. Sinar matahari hanya melukai, bukan menghancurkan.
Kekuatan Terbesar Adalah Pilihan
Saat pertarungan memanas, Gatot Kaca melihat sesuatu melalui kekuatan Suryakanta. Bukan cuma tubuh Kala Dahana, tapi luka di dalam dirinya.
Ia melihat masa lalu sang raksasa, diusir, ditolak, dan ditinggalkan. “Kau bukan bagian dari kami,” kata para dewa. Dari situlah api dendam membara.
Gatot Kaca tertegun. Kekuatan ini bukan soal membakar, tapi soal memilih. Ia memilih untuk tidak menghabisi Kala Dahana. “Karena kau belum cukup layak untuk aku hanguskan,” ucapnya.
Kala Dahana marah besar. Mereka saling tabrak di udara. Ledakan terjadi. Tapi Gatot Kaca tetap berdiri meski tubuhnya luka parah.
Nah saat Ajian Suryakanta menyala kembali, kali ini ia tahu sinar itu bukan buat membalas, tapi untuk mengakhiri kehancuran.
Baca Juga: Ajian Jolo Sutro: Ilmu Pengasihan yang Nggak Cuma Bikin Jatuh Cinta, Tapi Juga Membersihkan Hati
Gatot Kaca bukan cuma satria Pandawa. Kini dia pemilik kekuatan matahari. Tapi lebih dari itu, dia pemilik keputusan, kapan harus menyerang dan kapan harus mengampuni.
Ajian Suryakanta hidup di matanya, tapi kekuatannya justru ada di hatinya.
Nah kamu tahu? Kadang kekuatan terbesar bukan seberapa besar kita bisa menghancurkan tapi seberapa besar kita bisa menahan diri untuk tidak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube