Senin, 01 JULI 2024 • 20:30 WIB

Menguak Tradisi Jamasan Pusaka 1 Suro di Momen Tahun Baru Islam

Author

Memandikan dan mensucikan benda pusaka seperti keris, tombak, cincin, dan lainnya yang dikenal dengan nama jamasan. (Z Creators/Edelweis Ratushima)

INDOZONE.ID - Perayaan tahun baru Islam atau 1 Suro dalam kalender Jawa, seringkali disertai dengan berbagai tradisi unik yang sarat makna dan sejarah.

Salah satu tradisi yang cukup menarik perhatian adalah ritual Jamasan Pusaka, sebuah ritual yang bertujuan untuk membersihkan dan merawat pusaka seperti keris dan tombak.

Tradisi ini bukan hanya sekadar kegiatan fisik membersihkan benda-benda berharga tersebut, tetapi juga mengandung filosofi yang dalam tentang kehidupan dan spiritualitas.

Asal Usul dan Makna Jamasan Pusaka

Tradisi Jamasan Pusaka 1 Suro.

Jamasan Pusaka adalah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur. Prosesi ini biasanya dilakukan menjelang tengah malam pergantian tahun, di mana masyarakat berkumpul untuk melaksanakan "Tawasulan", yaitu doa bersama memohon berkah dan perlindungan dari Allah SWT.

Acara ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana membersihkan pusaka dari karat, tetapi juga sebagai bentuk syukur dan harapan, agar tahun baru membawa keberkahan dan keselamatan.

Menurut tradisi, proses pembersihan pusaka ini menggunakan bahan-bahan alami seperti air kelapa dan bunga.

Baca Juga: Menelusuri Mitos dan Fakta Satu Suro: Mengapa Disebut Malam Berbahaya?

Bunga melambangkan keharuman atau wewangian, yang diartikan sebagai simbol harapan untuk penyucian diri, agar kita selalu dihargai dan wangi di mata masyarakat. Air kelapa digunakan karena diyakini dapat membersihkan karat dengan efektif.

Filosofi dan Kontroversi Jamasan

Memandikan dan mensucikan benda pusaka seperti keris, tombak, cincin, dan lainnya yang dikenal dengan nama jamasan. (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Meski memiliki makna yang dalam, tradisi Jamasan Pusaka seringkali menimbulkan kontroversi. Ada pandangan yang menganggap kegiatan ini sebagai bentuk pemujaan terhadap benda-benda pusaka, yang bisa berujung pada kemusyrikan.

Namun, pandangan ini disanggah oleh para pelaku tradisi, yang menegaskan bahwa pusaka bukanlah sarana pemujaan, melainkan manifestasi doa dan penghargaan terhadap warisan leluhur.

Seorang pelaku tradisi Jamasan, yang dikenal sebagai Mbah Surip, menyatakan bahwa penting untuk memahami niat dan tujuan di balik ritual ini.

Ia menjelaskan bahwa bunga dan sesaji bukanlah persembahan untuk pusaka, melainkan simbol-simbol yang menggambarkan harapan dan doa.

Menurutnya, perubahan pemahaman aqidah sebaiknya dilakukan dengan syiar yang baik, bukan dengan merusak peninggalan berharga dari leluhur.

Proses Ritual Jamasan Pusaka Memandikan dan mensucikan benda pusaka seperti keris, tombak, cincin, dan lainnya yang dikenal dengan nama jamasan. (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Proses Jamasan Pusaka dimulai dengan "Riadhah" (latihan spiritual) dan tawasulan. Setelah itu, pusaka-pusaka dibersihkan dengan menggunakan air kelapa untuk menghilangkan karat.

Tahap selanjutnya adalah melarung energi-energi negatif yang mungkin menempel pada pusaka. Hal ini diyakini dapat menjaga dan menetralkan kembali energi pusaka, sehingga tetap positif dan bermanfaat bagi pemiliknya.

Pusaka seperti keris bukan hanya dilihat dari sisi seni dan estetika, tetapi juga dari sisi esoterik. Keris diyakini memiliki energi yang dapat mempengaruhi pemiliknya, sehingga penting untuk menjaga kebersihannya, baik secara fisik maupun spiritual.

Tradisi Jamasan Pusaka mencerminkan ajaran leluhur yang memadukan antara seni, spiritualitas, dan penghormatan terhadap alam.

Kontroversi dan Persepsi Masyarakat

Tradisi Jamasan Pusaka 1 Suro.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi ini masih menimbulkan berbagai pandangan di masyarakat.

Beberapa menganggapnya sebagai kegiatan yang ketinggalan zaman dan tidak relevan, sementara yang lain melihatnya sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan.

Perbedaan pandangan ini seringkali dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang makna sebenarnya dari tradisi Jamasan Pusaka.

Bagi para penggiat tradisi, seperti komunitas pecinta pusaka di berbagai daerah, tradisi Jamasan Pusaka bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Mereka berusaha melestarikan tradisi ini dengan harapan dapat mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya.

Jamasan Pusaka sebagai Cerminan Kehidupan

Memandikan dan mensucikan benda pusaka seperti keris, tombak, cincin, dan lainnya yang dikenal dengan nama jamasan. (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Dalam pandangan esoterik, keris dan pusaka lainnya memancarkan energi yang dapat mempengaruhi kehidupan pemiliknya.

Baca Juga: Misteri Tempat Pesugihan Gunung Srandil di Cilacap Jawa Tengah

Oleh karena itu, prosesi Jamasan dianggap sebagai upaya untuk menyelaraskan kembali energi tersebut agar tetap positif.

Hal ini diibaratkan seperti mandi setelah bekerja keras, yang bertujuan untuk menyegarkan dan menghilangkan kelelahan.

Pusaka dianggap sebagai "kitab terbuka namun tersirat" yang mengandung banyak pelajaran dan simbol.

Dengan menjaga dan merawat pusaka, para pelaku tradisi berharap dapat meneladani kebijaksanaan leluhur dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Memandikan dan mensucikan benda pusaka seperti keris, tombak, cincin, dan lainnya yang dikenal dengan nama jamasan. (Z Creators/Edelweis Ratushima)

Tradisi Jamasan Pusaka pada 1 Suro di Tahun Baru Islam 2024 bukan sekadar aktivitas membersihkan benda bersejarah.

Lebih dari itu, tradisi ini mengandung makna spiritual yang dalam, sebagai manifestasi doa, harapan, dan penghargaan terhadap warisan leluhur.

Meski dihadapkan pada berbagai kontroversi, prosesi ini tetap dipertahankan oleh banyak komunitas sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya dan mengedukasi generasi penerus tentang pentingnya menjaga warisan leluhur. 

Sebagai masyarakat yang kaya akan tradisi, sudah selayaknya kita memahami dan menghargai setiap warisan budaya yang ada, serta menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: YouTube @Denmas Pamor