INDOZONE.ID - Di Maluku Tengah, terdapat sebuah tradisi unik yang melibatkan seluruh warga desa dalam merayakan Hari Raya Idul Adha. Tradisi ini dikenal dengan nama Lawa Pipi, sebuah arak-arakan hewan kurban yang dilakukan setelah salat Idul Adha. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi momen kebersamaan dan gotong royong yang sangat dinantikan oleh masyarakat setempat.
Baca Juga: Manten Sapi: Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Pasuruan
Makna dan Sejarah Tradisi Lawa Pipi
Lawa Pipi berasal dari bahasa Hila, di mana 'Lawa' berarti lari, dan 'Pipi' berarti kambing. Tradisi ini diadakan sehari setelah salat Idul Adha, di mana hewan kurban, biasanya kambing, diarak keliling kampung dan dipikul oleh warga. Uniknya, prosesi ini menyerupai tawaf di Mekkah, di mana hewan kurban dipikul mengelilingi masjid sebanyak tujuh kali.
Menurut cerita, tradisi Lawa Pipi sudah berlangsung selama ratusan tahun dan diwariskan turun-temurun. Tradisi ini berakar dari kebudayaan Islam yang telah lama menyatu dengan adat setempat. Selain sebagai bentuk perayaan Idul Adha, Lawa Pipi juga dimaksudkan sebagai wujud syukur dan permohonan berkah kepada Allah SWT.
Baca Juga: Tradisi Unik Saat Idul Adha di Berbagai Negara, Ada Sapi Bergelantungan di Atap Rumah Lho!
Prosesi Arak-Arakan Lawa Pipi
Acara dimulai dengan pembacaan doa bersama di masjid desa. Setelah doa selesai, rombongan warga mulai mengarak hewan kurban mengelilingi kampung. Hewan kurban haruslah dipikul di atas bahu, dan prosesi ini melibatkan semua kalangan, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan.
Di barisan paling depan, terdapat Mama Biang, sebutan untuk dukun beranak di desa, yang memimpin arak-arakan. Perannya sangat dihormati karena Mama Biang dianggap sebagai penjaga adat dan tradisi. Dengan iringan sholawat yang terus dilantunkan, warga desa mengelilingi kampung dalam suasana yang penuh khidmat dan semangat kebersamaan.
Setelah satu kali mengelilingi kampung, arak-arakan dilanjutkan dengan mengelilingi Masjid Adat Hasan Sulaiman sebanyak tujuh kali. Prosesi ini dilakukan dengan berlari, mirip dengan thawaf dalam ibadah haji. Meskipun terlihat melelahkan, seluruh warga melakukannya dengan penuh semangat, sebagai simbol dari ketulusan hati dalam berkurban dan beribadah.
Baca Juga: Misteri Kerbau Bule Keramat Saat Malam Satu Suro di Surakarta
Kebersamaan dan Gotong Royong
Lawa Pipi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Selama prosesi, warga saling bahu-membahu memikul hewan kurban, menunjukkan semangat gotong royong yang sangat kental. Setelah prosesi selesai, hewan kurban disembelih dan dagingnya dibagikan kepada seluruh warga, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
Tidak jarang, tradisi ini juga menarik perhatian para wisatawan dan peneliti budaya yang tertarik untuk menyaksikan dan mempelajari kearifan lokal Maluku Tengah. Lawa Pipi menjadi salah satu contoh bagaimana tradisi dan agama bisa bersatu dalam harmoni, menciptakan kebersamaan yang kuat di tengah masyarakat.
Baca Juga: Kisah Awal Mula Tradisi Berkurban di Idul Adha, Begini Cerita Lengkapnya!
Melalui Lawa Pipi, masyarakat Maluku Tengah tidak hanya merayakan Idul Adha, tetapi juga merayakan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur. Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya serta menghargai nilai-nilai spiritual yang telah diwariskan oleh leluhur.
Di era modern ini, di mana teknologi dan individualisme semakin mendominasi, Lawa Pipi menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan dan solidaritas. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk selalu menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya.
Dengan semangat Lawa Pipi, masyarakat Maluku Tengah membuktikan bahwa kebudayaan dan agama dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang indah di tengah-tengah keberagaman.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube @Dinas Pariwisata Maluku