Melihat Ritual Perang Pandan Lebih Dekat, Sebuah Tradisi yang Masih Lestari di Bumi Timur Bali
INDOZONE.ID - Pernah dengan istilah perang pandan? Ternyata perang di Indonesia pada era kekinian masih ada loh. Namun ini bukan perang sungguhan untuk membunuh lawan, melainkan sebuah tradisi di salah satu wilayah di Bali.
Sudah tidak rahasia lagi kalau Provinsi Bali tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang menawan tapi juga dengan adat dan budaya yang dilestarikan dengan baik.
Salah satu desa di Bali, yaitu Desa Tenganan yang berada di timur pulau Bali tepatnya di Kabupaten Karangasem. Desa Tenganan adalah salah satu desa Bali Aga yang merupakan kelompok suku asli Bali yang mendiami daerah pegunungan dan tidak terkena pengaruh majapahit.
Desa Tenganan tidak hanya terkenal dengan kain asli desannya yaitu kain tenun gringsing dan landscape desa yang terjaga keasrian budayanya, masyarakat di desa Tenganan juga memiliki tradisi unik yaitu perang pandan.
Baca Juga: Nasi Liwet Jadi Tradisi Penangkal Buto Ijo saat Gerhana Bulan, Benarkah?
Tradisi menghormati Dewa Indra
Perang pandan juga disebut dengan istilah makere-kere. Perang pandan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan untuk menghormati dewa Indra atau Dewa perang dan merupakan bagian dari ritual Sasihh Sembah.
Sasih sembah ialah ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan. Masyarakat Desa Tenganan memiliki kepercayaan yang berbeda dari umumnya masyarakat Bali. Masyarakat di Desa Tenganan menganut agama Hindu Indra.
Ada sebuah cerita sejarah dari masyarakat Tenganan bahwa pada zaman dahulu Desa Tenganan dipimpin oleh raja kejam bernama Maya Denawa yang menggangap dirinya Dewa dan melarang segala ritual keagamaan.
Karena hal itulah, Para Dewa marah dan mengutus Dewa Indra untuk melawan Maya Denawa. Peperangan kemudian terjadi dan dimenangkan oleh Dewa Indra. Peperangan itulah yang diperingati Masyarakat Tenganan dengan Tradisi Perang Pandan.
Baca Juga: Barong, Makhluk Mitologi Bali yang Jadi Simbol Kebajikan dan Pelindung dari Roh Jahat
Dilaksanakan bulan kelima Kalender Bali
Ritual Perang pandan dilakukan di Depan Balai Pertemuan Desa Tenganan dan diperingati pada bulan kelima kalender bali, selama 2 hari, setiap pertarungan berjalan singkat sekitar 1 menit dilakukan bergilir selama 3 jam. Peserta dari ritual ini adalah pemuda desa Tenganan dan luar desa Tenganan.
Pemuda dari dalam desa berperan sebagai peserta perang pandan sedangkan pemuda dari luar desa sebagai peserta pendukung. Anak-anak yang sudah mulai beranjak dewasa juga sudah turut ambil bagian dalam upacara ini.
Upacara ini juga dapat menjadi simbol seorang anak sudah beranjak dewasa. Peserta perang pandan memakai pakaian adat Tenganan yang bernama kain tenun Pegringsingan. Masyarakat pria hanya menggunakan sarung atau disebut kamen, selendang dan ikat kepala atau udeng serta tidak mengenakan baju dengan kata lain bertelanjang dada.
Pandan berduri
Dalam Ritual ini dilakukan dengan menggunakan pandan berduri yang sudah diikat menyerupai gada sebagai alat atau senjata untuk berperang.
Baca Juga: Tradisi Unik Bulan Ramadan di India, Berbuka dengan Garam Sebelum Makan yang Lainnya
Peserta perang pandan juga menggunakan sebuah tameng untuk melindungi diri dari serangan lawan. Tameng yang digunakan pada perang pandan terbuat dari rotan yang dianyam.
Perang pandan diiringi musik gamelan selonding yang merupakan alat musik di daerah Tenganan yang hanya boleh dimainkan oleh orang yang disucikan.
Alat musik ini juga tidak sembarangan dimainkan, melainkan hanya pada acara tertentu saja. Alat tersebut memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar yaitu tidak boleh menyentuh tanah.
Penulis: Arya Oktaviantara
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators