Sabtu, 07 JUNI 2025 • 12:20 WIB

Kisah Pesugihan Hidup Abadi dan Tumbal Terakhir di Desa Karangjati yang Masih Menjadi Misteri

Author

Ilustrasi Pesugihan.

INDOZONE.ID - Hujan gede banget turun di sore Jakarta, bikin jalanan padat makin kacau.

Di tengah riuh ibu kota, Laras, mahasiswa rantau di Matraman dapat kiriman misterius berupa amplop cokelat tua berisi surat tangan dan liontin bulan sabit.

Gak ada nama pengirim. Hanya cap pos dari tempat yang asing banget yaitu daerah Karangjati.

Surat itu bikin bulu kuduk berdiri. Isinya nyuruh Laras ke desa tersebut, katanya kakeknya, Mbah Surani, ada di sana dan nyimpen rahasia pesugihan keluarga.

Ibunya Laras gak pernah ngomong apa pun soal ini. Bahkan bilang keluarganya semua udah tiada.

Tapi malam itu, setelah megang liontin, Laras mulai denger bisikan. Suara yang bukan dari dunia ini, cuma satu kata, “Pulanglah, Larasati.”

Yuk simak kisah pesugihan hidup abadi dilansir dari YouTube @Tumbal Cerita selengkapnya!

Baca Juga: Kisah Mistis Rumah Bekas Pesugihan yang Ganggu Mahasiswa KKN

 

Perjalanan ke Desa yang Hilang dari Peta

Pagi harinya, Laras cabut dari kos. Modal nekat dan liontin yang katanya “pelindung”. Waktu cari Karangjati di Google? Zonk.

Gak ada di Maps, berita, bahkan gak ada yang pernah ngomongin. Tapi dia nemu petunjuk di forum jadul yaitu naik kereta ke Stasiun Tua Wonosari, lalu cari tukang ojek yang mau lewat hutan.

Sesampainya di Wonosari, Laras langsung disambut sinyal gak enak. Petugas stasiun yang sepuh nanya: “Ngapain kamu ke Karangjati? Itu desa udah lama dikunci.”

Tapi akhirnya dia nunjuk tukang ojek bernama Ojak. Syaratnya? Jangan turun dari jalan setapak, jangan nyaut kalau dipanggil dari balik pohon, dan kalau denger suara gamelan malam-malam, kunci pintu. Laras nyatet semua itu dalam kepala.

Sambutan di Gerbang Neraka: Mbah Surani dan Rumah Kutukan

3 jam naik motor tua lewat hutan penuh kabut dan akar pohon, Laras akhirnya sampai.

Sebuah gerbang kayu lapuk menyambutnya: “Selamat Datang di Karangjati”. Di bawahnya ada simbol aneh, lingkaran dengan mata dan enam titik.

Ojak langsung kabur, gak mau ikut masuk. “Habis Magrib tempat ini bukan buat manusia,” katanya.

Di ujung jalan berbatu, sebuah rumah jati tua berdiri. Di depannya berdiri seorang pria tua berjubah gelap, Mbah Surani.

“Masuklah,” katanya. “Sudah ditakdirkan kau datang.”

Rumah itu beraroma menyan dan bunga kantil. Mistis abis. Di dalam, Laras langsung disambut energi aneh, kayak masuk ke dunia lain.

Pintu Rahasia dan Kebenaran Gelap

Mbah Surani gak banyak omong. Tapi langsung ngambil liontin Laras dan bilang: “Waktunya sudah dekat. Kau adalah darah terakhir dalam garis kutukan ini.”

Di ujung lorong, ada pintu besi digembok rantai, digantung boneka jerami bermata merah. Katanya di balik pintu itu, ada semua jawaban.

Malamnya, Laras nekat buka pintu itu. Gembok tua kebuka gampang. Di dalam? Sebuah cermin besar, lingkaran darah kering, dan buku kulit yang berdenyut kayak jantung.

Saat Laras sentuh buku itu, bayangan hitam keluar dari cermin dan masuk ke tubuhnya. Sejak malam itu, hidup Laras gak sama lagi.

Baca Juga: Misteri Pesugihan Juragan Batik Berubah Jadi Siluman Anjing yang Berujung Tragis

Ilustrasi rumah bekas pesugihan.

Kilas Balik dan Fakta Mengerikan

Setiap kali Laras megang liontin, dia dapet penglihatan masa lalu. Salah satunya, gadis muda berdiri dalam lingkaran api, menangis. Di belakangnya, Mbah Surani bawa pisau darah. Itu, ibunya!

Mbah Surani akhirnya ngaku, “Kau adalah tumbal terakhir. Supaya perjanjian pesugihan tetap utuh dan makhluk itu tetap tertidur.”

Tapi Laras udah bukan manusia biasa lagi. Bayangan dari cermin mulai bicara dalam kepalanya, nawarin kekuatan. Bukan buat menyerah. Tapi buat balas dendam.

Ritual Terakhir: Laras Melawan Takdir

Malam purnama merah akhirnya tiba. Di ruang bawah tanah rumah Mbah Surani, enam kursi batu udah disiapin.

Para dukun tua dengan topeng kayu dan tato kuno duduk melingkar. Di altar batu, darah ayam cemani dan belati pusaka mengkilap siap buat ritual.

Tapi Laras gak datang sebagai korban pesugihan.

Liontinnya menyala. Matanya merah memantulkan bulan purnama. Dia melangkah ke tengah ruangan. “Kalau aku tumbal terakhir, biar aku yang nutup semua ini.”

Cermin raksasa muncul sendiri. Dari dalamnya, roh-roh korban sebelumnya muncul. Mereka menuding ke Mbah Surani. “Pelanggar perjanjian.”

Laras letakkan liontin di altar. “Aku menolak warisan dosa ini.” Lalu dia hancurkan liontin dengan belati.

Ledakan Cahaya dan Bangkitnya Kekuatan Baru

Cahaya terang meledak. Cermin pecah. Bayangan dari tubuh Laras keluar dan berubah bentuk.

Dia bukan korban. Dia bukan penjaga. Dia adalah penghabisan. Nah yang menutup segel, atau menghancurkannya.

Desa Karangjati diam. Tapi langitnya berdarah. Karena untuk pertama kalinya, tumbal terakhir tidak menyerahkan diri.

Nah di sanalah, kisah kutukan ratusan tahun akhirnya pecah, oleh satu gadis yang menolak jadi korban.

Baca Juga: Misteri Pesugihan Monyet di Tulungagung: Legenda yang Diyakini Masih Hidup Hingga Kini

Ilustrasi Pesugihan.

Cerita Laras bukan cuma kisah mistis desa terkutuk. Tapi soal memilih.

Gak semua warisan harus diterima. Kadang, yang kamu lawan bukan setan tapi sejarah yang kelam.

Jadi, kalau suatu hari kamu nerima amplop tua tanpa nama, pikir dua kali sebelum kamu buka. Karena bisa aja, kamu yang selanjutnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: YouTube