Selasa, 13 MEI 2025 • 15:10 WIB

Dari Perkebunan ke Perubahan: Teh Malabar dan Wajah Baru Pangalengan

Author

INDOZONE.ID - Pangalengan, Bandung, Jawa Barat adalah daerah yang terletak di pegunungan dengan kondisi tanah yang subur sehingga sangat cocok untuk usaha pertanian dan perkebunan. Karena keadaan geografis tersebut yang menyebabkan orang-orang Eropa terutama Belanda datang ke Indonesia (Pangalengan, Bandung) dan mulai mendirikan perkebunan dengan membuka lereng-lereng gunung. 

Kebun Teh Bandung

Tiga pengusaha teh asal Belanda yang membuka pabriknya di daerah Pengalengan, adalah sebagai berikut:

  1. Keluarga pengusaha Rudolf Albert Kerkhoven yang membuka perkebunan teh di Arjasari daerah Banjaran pada tahun 1869 dan Perkebunan Gambung di daerah Ciwidey pada tahun 1873,
  2. Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha (keponakan Rudolf Albert Kerkhoven) dikenal sebagai raja teh Priangan, ia tiba di Jawa ada tahun 1887. Tahun 1896 meneruskan usaha sepupunya tersebut untuk mengembangkan perkebunan teh yang diberi nama Perkebunan Teh Malabar. Arti kata Malabar sendiri adalah tempat yang pemandangannya cerah dan tidak ada yang menghalangi,
  3. Karel Frederick Holle adalah pengusaha teh yang membuka perkebunan di wilayah kaki Gunung Cikuray. 

Dari Ladang Teh ke Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Perkebunan Teh Malabar 

Seperti halnya perkebunan teh lainnya telah memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian masyarakat sekitar dan Negara. Perkebunan Teh Malabar yang didirikan oleh Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha tersebut tidak hanya memberikan dampak positif dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal sosial dan ilmu pengetahuan. Pembukaan perkebunan di daerah yang semula berupa hutan belantara tersebut telah memberikan lapangan kerja dan ruang hidup baru bagi masyarakat. Pada masanya, perkebunan ini telah mampu menyerap tenaga kerja yang besar dari wilayah Priangan (Pengalengan) dan sekitarnya. Para petani lokal Pengalengan pun bisa mendapatkan uang tambahan dikarenakan hasil sewa dan penjualan tanahnya kepada pemilik kebun teh.

Baca Juga: Teh Celup Asal Mulanya dari Amerika Loh! Begini Faktanya

Ketika awal pendirian perkebunan, Bosscha juga membangun Pabrik Teh Malabar di tengah-tengah kebun teh. Hal ini dimaksudkan agar daun teh yang telah dipetik dapat langsung dibawa ke pabrik dalam keadaan segar untuk segera diolah. Daun-daun teh yang telah dipetik dibawa dengan keranjang (semacam bakul besar) oleh para pemetik melalui jalan setapak yang dibuat melintas ke segala arah di sela-sela tanaman teh, langsung menuju ke pabrik. Untuk memudahkan pengawasan kegiatan pemetikan dan pengangkutan, maka dibuat menara kontrol di puncak Gunung Nini. Menara tersebut selain berfungsi sebagai tempat pengawasan juga digunakan pula sebagai tempat beristirahat. Oleh karena areal perkebunan yang semakin luas, pada tahun 1905 di bangun pabrik kedua di distrik Tanara. Pabrik tersebut kemudian dinamakan Pabrik Teh Tanara, pabrik inilah yang hingga kini masih berdiri dan berproduksi tetapi dengan nama Pabrik Teh Malabar. Adapun Pabrik Teh Malabar yang dibangun pertama kali sudah dialih fungsikan menjadi Gedung Olah Raga ”Dinamika”. 

Dalam hal sosial, Perkebunan Teh Malabar juga berperan dalam proses mobilitas penduduk, yaitu terjadi perpindahan penduduk yang berada di luar Bandung dan Jawa Barat ke sekitar wilayah perkebunan ini. Selain itu, pembukaan perkebunan ini telah membuka akses transportasi baru seperti pembangunan jalan raya Banjaran yang langsung menghubungkan wilayah Pangalengan dengan Kota Bandung. Manfaat lain yang dirasakan dari pembukaan Perkebunan Teh Malabar adalah pembangunan PLTA Cilaki. Suatu pembangkit Listrik yang semula ditujukan untuk kepentingan produksi di pabrik, tetapi daya yang dihasilkannya mampu mencukupi kebutuhan listrik untuk Kota Bandung dan beberapa perusahaan perkebunan di sekitarnya.

Bosscha Bandung/Wikipedia

Bosscha sangat peduli terhadap pendidikan, ia membangun sekolah untuk anak-anak pekerja pribumi dan anak-anak pekerja Eropa. Sehingga dari sini anak-anak pekerja pribumi mulai mengenal tulis-menulis dan setelah lulus dapat bekerja di perkebunan. Tindakan lain yang dilakukan Bosscha demi kemajuan ilmu pengetahuan adalah menjadi Presiden Curator dan penyumbang laboratorium ITB serta merintis pembangunan peneropongan bintang di Lembang yang sekarang terkenal sebagai Observatorium Bosscha. Semua itu dilakukannya dengan uang yang diperolehnya sebagai Hoofdadministrateur di Perkebunan Teh Malabar. Semua hasil yang didapatkan dari Perkebunan Teh Malabar, ia dedikasikan lagi untuk kepentingan masyarakat sekitar. 

Sarana penunjang lainnya yang dibangun di areal perkebunan adalah rumah kediaman Bosscha, sebagai tempat kerjanya, ruang kerja untuk para pegawai Eropa, terdapat perkampungan atau disebut juga “Bumi Hideung” yang disediakan pemilik perkebunan, bagi pegawai perkebunan teh yang tinggal. Rumah tinggal ini sendiri sejak dulu telah dibedakan berdasarkan jenjang status atau kedudukan. Jenjang status atau kedudukan di Perkebunan Teh Malabar sejak dulu hingga saat ini tidak banyak berubah yaitu terdiri dari administratur, staf (kepala bagian), mandor besar, mandor dan pemetik daun teh. 

Dalam mempromosikan hasil teh dari Perkebunan Teh Malabar, Bosscha melakukan kegiatan perdagangan dengan beberapa perusahaan seperti Nederlandsch-Indische Escompto Mij, Romaniet Fabriek, Automobiel Import Mij, Nederlandsch-Indische Caoutchouc Fabriek, Bandoengse Electriciteits Mij, Technisch Bureau Soenda, Houtindustrie-Syndicaat, Kistenfabriek, Thee Zaad Tuin “Selecta”, N.V. Eerste Ned.-Ind. Ziekten en Ongevallen Verzekering Mij. “E.NI.ZOM” te Batavia, D.E.N.I.S.hypotheekbank te Bandoeng dan Algemeen Landbouwweekblad voor Nederlandsch Indië. Hasil dari promosi yang dilakukan Bosscha membuat Perkebunan Teh Malabar menjadi semakin terkenal. 

Baca Juga: Sejarah Perkebunan Teh dan Kopi di Bandung, Warisan Cultuurstelsel Kolonial Belanda

Manfaat keberadaan Perkebunan Teh Malabar tidak terbatas pada masa kepemimpinan Bosscha. Sampai saat ini manfaat perkebunan ini tetap terasa oleh masyarakat sekitar dan negara. Saat ini Perkebunan Teh Malabar masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Pangalengan, tepatnya di Desa Banjarsari. Desa Banjarsari berada di daerah pegunungan dengan luas sekitar 2.032.690 ha. Desa ini berada pada ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut dengan suhu udara antara 15°C-24°C. Desa ini merupakan desa perkebunan. Letaknya berada di hamparan perkebunan teh, sehingga seluruh wilayah desa tersebut merupakan milik PTP XIII (sekarang PTPN VIII) Malabar. Keberadaan perkebunan ini telah memberikan ”penghidupan” kepada masyarakat dan juga pemasukan bagi daerah dan negara karena Perkebunan Teh Malabar ini menjadi salah satu tujuan wisata yang ada di Bandung dan hasil teh dari perkebunan ini masih menjadi komoditi ekspor.

Perlu diketahui juga, kalau area perkebunan teh Malabar ini sempat digunakan untuk lokasi syuting sinetron "My Heart" dan “Petualangan Sherina” yang booming pada masanya.



Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Lib.ui.ac.id