Minggu, 27 APRIL 2025 • 17:20 WIB

Pemikir Emansipasi Wanita di Indonesia Abad 19, Ini Pemikiran R.A Kartini tentang Pendidikan

Author

Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini. (Wikipedia).

INDOZONE.ID - Raden Ajeng Kartini merupakan seorang tokoh perempuan pertama yang sangat aktif dalam memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di pulau Jawa.

Ia sangat meyakini bahwa pendidikan bagi seorang perempuan sangatlah penting.

Pada akhir abad ke 19, ia merumuskan gagasan-gagasan yang sangat detail mengenai pentingnya sebuah pendidikan bagi seorang perempuan.

Ia juga sangat mengidamkan adanya sekolah khusus bagi perempuan, sebagai salah satu upaya nyata dalam mewujudkan hak pendidikan bagi mereka.

Kartini juga memiliki beberapa pandangan tentang pendidikan. Pertama, ia menekankan pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan sebagai fondasi utama dalam membentuk karakter anak bangsa secara meneyeluruh.

Kedua, menurut Kartini, pendidikan bukan hanya tentang sebuah pengetahuan dan juga keterampilan, tetapi juga harus difokuskan pada pembentukan kepribadian dan watak bagi peserta didik.

Baca Juga: Fakta Menarik RA Kartini yang Jarang Diketahui: Ternyata Ada Kaitannya dengan Mataram Islam

Ketiga, Kartini percaya bahwa kunci suatu kemajuan bangsa terletak pada pendidikan.

Pemikiran emansipasi wanita dalam pandangan R.A Kartini tercermin di dalam bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Buku tersebut berisikan kumpulan-kumpulan surat Kartini kepada para teman-teman Belandanya.

Dalam kumpulan surat tersebut, Kartini terlihat sudah banyak membicarakan tentang kepeduliannya terhadap hak dan juga peran seorang perempuan dalam kehidupan sosial.

Salah satu surat yang dikirim oleh Kartini kepada temannya di Belanda, yaitu Stella, berisi tentang bagaimana adat di kotanya, yaitu Jepara, yang sangat membatasi kebebasannya.

Pada tanggal 25 Mei 1899, Kartini mengirimkan surat kepada Estelle H. Zeehandelaar yang berisi sebagai berikut.

“Tangan dan Kaki kami masih terbelenggu; masih terikat pada hukum, adat istiadat dan kebiasaan negeri kami,”.

Pada abad ke 19, Kartini merasa bahwa kehidupan sosial masyarakat Jawa, terutama Jepara,  masih sangat kuat terikat pada norma-norma adat.

Baca Juga: Deretan Konspirasi Kartini: Dari Dituduh Pro Poligami, Diracun hingga Fremason

Menurut Kartini, adat di bagian timur sangatlah kuat dengan adanya peraturan di masyarakat yang dianggap sangat membatasi gerak seorang perempuan.

Bagi masyarakat Jawa, seorang perempuan memiliki kedudukan di bawah laki-laki.

Hal tersebut tercermin dalam sebuah keyakinan, bahwa anak pertama sebaiknya adalah seorang laki-laki karena dianggap dapat “mendem jero lan mikul duwur” (menjaga derajat orang tua jika memiliki kedudukan baik di masyarakat).

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat jawa masih dangat kental dengan sistem patriaki, yang lebih mengutamakan laki-laki dari pada perempuan.

Dengan adanya hal tersebut, emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh Kartini memiliki dampak yang panjang dan terus berlanjut dalam memperjuangkan kesetaraan gender, serta membangun indentitas nasional yang kuat bagi bangsa Indonesia.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Arifah, N. K., & Novita, A. (2023). Pendidikan Nasionalisme