INDOZONE.ID - Tokoh Jack Sparrow, yang diperankan oleh Johnny Depp, dalam waralaba Pirates of the Caribbean, ternyata terinspirasi dari bajak laut asli bernama John Ward, tetapi ada juga yang menyebutnya Jack Ward.
John Ward dikenal sebagai bajak laut tidak bermoral, lalu memutuskan memeluk Islam alias menjadi mualaf.
Lantas, bagaimana kisah Jack Sparrow di dunia nyata ini? INDOZONE akan menyajikannya untuk kamu yang penasaran!
Awal Karier sebagai Bajak Laut
John Ward lahir di Kent, Inggris, sekira 1553 silam. Dia terlahir dari keluarga miskin sehingga kerap menghabiskan waktu dengan memancing di sekitar daerah asalnya.
John Ward lebih banyak meratapi nasibnya yang kesusahan, hingga memaki nasib baik orang lain. Akan tetapi, nasib John Ward mulai berubah saat berprofesi sebagai privateer.
Perlu diketahui, privateer merupakan perompak yang diberi kewenangan oleh pemerintah, dalam hal ini Kerajaan Inggris, untuk membajak kapal musuh dengan perjanjian tertentu.
Baca Juga: Bengisnya Bajak Laut Zaman Dulu: Tak Hanya Menjarah, Memperkosa Juga!
Perjanjian tertentu itu cukup sederhana, yakni kerajaan menerima lima persen dari hasil rampasan dan agen Laksamana Agung mengambil 10 persen. Sisanya dibagi antara pemilik kapal dan awak kapal.
Nah, Kala itu, Kerajaan Inggris sedang berperang dengan Spanyol. Alhasil, profesi John Ward sebagai privateer pun terpakai.
Profesi sebagai privateer mengasah kemampuan John Ward sebagai bajak laut. Meski cocok dengan profesinya, masa indah John Ward berakhir kala perang Kerajaan Inggris dan Spanyol berakhir pada musim panas 1604.
Selain itu, raja baru memimpin Kerajaan Inggris pun melarang profesi privateer. Larangan itu pun kembali menempatkan John Ward dalam sengsara.
Alhasil, John Ward pun beralih profesi ke pembajakan ilegal sehingga menjadi bajak laut sesungguhnya. Kesempatan baginya untuk menjadi bajak laut, muncul saat menginap di Portsmouth.
Dia mendengar desas-desus tentang seorang pedagang Katolik yang akan berlayar dengan barang-barang berharganya ke Prancis, dan dia membujuk 30 orang untuk bergabung dengannya dalam mengambil kapal tersebut.
Namun, nasib apes menimpa John Ward. Sebab, barang-barang berharga dalam kapal tersebut telah dipindahkan ke darat.
Meski gagal mendapatkan barang berharga, John Ward setidaknya mendapatkan kapal. Dia bersama para awak yang dikumpulkannya, pun berlayar ke Cawsand, di Cornwall.
Di sana, dia mengumpulkan orang-orang kembali karena kapal besar membutuhkan lebih banyak awak. Setelah mendapatkan sejumlah orang, dia pun memimpin kapal tersebut berlayar ke Mediterania untuk merompak.
Bermarkas di Tunis, Tunisia
Setelahnya, John Ward mendirikan markas di Tunis, Tunisia, pada 1605. Kala itu, wilayah tersebut dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman yang dipimpin oleh seorang pasha.
Namun, Tunis sejatinya ada di bawah kekuasan Uthman Dey, pemimpin tentara janissari (janissari adalah pasukan rumah tangga dan pengawal Sultan) yang ditempatkan di kota tersebut.
Dey memberi izin Jack Ward untuk bermarkas hingga beroperasi di perairan Tunis. Akan tetapi, syaratnya adalah imbalan dari sebagian hasil jarahan John Ward.
Puncak Karier Jack Ward sebagai Bajak Laut
John Ward mendapatkan kemakmuran sejak bermarkas di Tunis. Hubungan baik dengan Dey, membuat John Ward mendapatkan hadiah sebidang tanah darinya yang dibuatkan rumah.
Lalu, pada 1607, John Ward mendapatkan jarahan terbesarnya saat membajak kapal besar Reniera e Soderina dengan muatan sutra, nila, dan katun yang amat berharga kala itu.
Meski harus menjalani pertempuran besar, John Ward tetap mampu membajak kapal besar tersebut.
Kapal besar itu mengalami kerusakan karena pertempuran, tetapi John Ward bisa memperbaikinya. Dia pun memakai kapal besar tersebut ke pelayaran berikutnya.
Keruntuhan Kejayaan Jack Ward
Namun, pelayaran dengan kapal besar itu justru menjadi malapetaka baginya. Saat berlayar, kapal besar itu terkena badai hingga mengalami kerusakan parah.
Kapal besar itu tidak mampu bertahan dalam badai karena John Ward mengubah struktural pada dek meriam. Hancurnya kapal tersebut membuat 350 awak John Ward meninggal dunia.
Sementara itu, John Ward yang selamat, kembali ke Tunis dengan kapal kecil dari armadanya. Sekembalinya ke Tunis, dia mendapatkan banyak cibiran, terutama dari keluarga para mendiang awak kapalnya.
Oleh karena itu, John Ward pun berada dalam kesulitan hingga meminta perlindungan kepada Dey.
Jack Ward Jadi Mualaf
Setelah kehancuran kariernya, John Ward pun mengambil keputusan penting pada 1610. Dia dan krunya memutuskan menjadi mualaf dengan masuk Islam.
Dia pun mengubah namanya menjadi Yusuf Reis, lalu menikah untuk kedua kalinya. Padahal, dia masih memiliki istri di Inggris.
Sementara itu, ada beberapa rumor perihal akhir hidup John Ward. Salah satu rumor menyebutkan, bahwa John Ward membantu umat Muslim dan Yahudi yang mencoba melarikan diri dari Spanyol karena ancaman pembunuhan.
Ia juga dikabarkan bertugas di Kekaisaran Ottoman pada tahun-tahun terakhir hidupnya, di bawah gubernur Aljazair.
Lalu, rumor lain menyebutkan, John Ward tetap berperilaku buruk pada tahun-tahun terakhirnya.
John Ward disebutkan meninggal dunia pada 1622. Semasa hidupnya, John Ward atau Jack Ward, dikenal sebagai salah satu bajak laut terbesar dari Inggris.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Screen Rant, Daily Sabah, History Extra