Rabu, 13 NOVEMBER 2024 • 10:20 WIB

Mengenal Gongsun Long, Filsuf Kuno dengan Paradox “Kuda Putih Bukan Kuda"

Author

Gongsun Long seorang filsuf

INDOZONE.ID – Ketika mendengar kata "filsafat," banyak orang mungkin teringat pada tokoh-tokoh besar Yunani seperti Socrates, Plato, atau Pythagoras.

Namun, selain pemikir-pemikir dari Barat, dunia filsafat juga memiliki tokoh-tokoh hebat dari Timur, salah satunya adalah Gongsun Long, filsuf asal China kuno yang karyanya masih dipelajari hingga saat ini.

Nama Gongsun Long mungkin belum begitu dikenal di Indonesia, namun gagasan-gagasannya, khususnya dalam bidang logika dan bahasa, memberi pengaruh besar dalam tradisi filsafat China.

Gongsun Long, Filsuf dari Negara Zhao

Gongsun Long (320–250 SM) hidup pada masa negara-negara berperang di China kuno dan dikenal sebagai seorang ahli logika.

Ia berasal dari negara Zhao dan dikenal luas karena pemikiran-pemikirannya yang inovatif, meskipun tidak banyak karya yang bertahan dari zaman ke zaman.

Salah satu gagasan terkenalnya adalah "kuda putih bukan kuda," sebuah pernyataan yang telah menjadi bahan perdebatan dalam filsafat China dan masih dipelajari hingga kini.

Baca Juga: Kisah Tragis Filsuf Hypatia, Dibakar Hidup-hidup karena Melakukan Penelitian Ilmiah

Selain sebagai filsuf, Gongsun Long juga dikenal sebagai penasihat politik dan diplomat. Ia menghindari konflik militer dan lebih memilih jalan diplomasi untuk menyelesaikan masalah.

Dalam sebuah anekdot yang tercatat dalam Annals of Lu Buwei, Gongsun Long memberikan nasihat kepada Raja Hui dari Zhao tentang bagaimana merespons ancaman perang dari negara Qin.

Alih-alih mendorong Raja Zhao untuk berperang, Gongsun Long justru mengusulkan solusi diplomatik yang lebih cerdas dan aman.

Pemikiran Gongsun Long: "Kuda Putih Bukan Kuda"

Salah satu karya yang paling terkenal dari Gongsun Long adalah Bai Ma Lun (白馬論) atau White Horse Dialogue.

Dalam karya ini, Gongsun Long berargumen bahwa "kuda putih bukan kuda." Pernyataan ini mengundang banyak perdebatan karena terlihat seperti permainan kata-kata belaka.

Namun, bagi Gongsun Long, pernyataan ini mengungkapkan pandangannya tentang batasan bahasa dalam menggambarkan realitas.

Gongsun Long memisahkan konsep "kuda" dan "kuda putih" dengan alasan bahwa "kuda" adalah istilah umum yang merujuk pada hewan secara keseluruhan, sementara "kuda putih" merujuk pada spesies atau jenis tertentu dengan warna khas.

Jadi, meskipun keduanya adalah kuda, "kuda putih" bukanlah "kuda" dalam pengertian umum.

Gagasan ini menggugah pemikiran bahwa bahasa sering kali tidak dapat sepenuhnya menggambarkan kenyataan dengan akurat, sehingga bisa membingungkan ketika makna kata tidak dijelaskan dengan jelas.

Perdebatan Filsafat Apakah Hanya Permainan Kata?

Gagasan Gongsun Long ini menimbulkan kontroversi di kalangan filsuf-filsuf China.

Beberapa menganggapnya sebagai permainan kata-kata yang berlebihan, sementara yang lain, seperti filsuf Huizi, justru mendukung pendekatannya yang paradoksal.

Perdebatan tentang batasan bahasa ini menyebabkan apa yang dikenal sebagai "krisis bahasa" dalam filsafat China kuno, di mana banyak filsuf mulai mempertanyakan kemampuan bahasa sehari-hari dalam menggambarkan realitas secara tepat.

Meskipun kontroversial, pemikiran Gongsun Long memberi dampak yang besar pada sejarah filsafat China.

Para filsuf Konfusian dan Mohis, seperti Xunzi, berusaha melindungi bahasa dari apa yang mereka anggap sebagai permainan kata yang tidak bermanfaat.

Sementara itu, tokoh-tokoh Taois justru merangkulnya sebagai cara untuk memahami kenyataan yang lebih mendalam melalui paradoks.

Pengaruh Gongsun Long dalam Filsafat dan Taoisme

Gagasan Gongsun Long tentang "kuda putih bukan kuda" juga memberikan pengaruh dalam tradisi Taoisme, yang sering menggunakan paradoks untuk menyampaikan pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta dan kehidupan.

Baca Juga: Memahami Humanisme dan Etika Lingkungan dalam Filsafat Konfusianisme dan Taoisme di Tiongkok

Meskipun terdengar sederhana, pernyataan ini mengajarkan kita tentang keterbatasan bahasa dalam menyampaikan realitas yang lebih kompleks.

Filsafat Gongsun Long mengingatkan kita bahwa dalam berkomunikasi, kita harus selalu berhati-hati dengan penggunaan kata-kata, karena setiap istilah memiliki makna yang lebih dalam dan bisa memunculkan berbagai interpretasi.

Pemikiran ini relevan dengan perkembangan filsafat dan linguistik modern, yang juga membahas batasan-batasan bahasa dalam menggambarkan kenyataan.

Gongsun Long, meskipun tidak sepopuler filsuf besar lainnya dari China atau Yunani, tetap memiliki tempat penting dalam sejarah filsafat.

Gagasan-gagasannya tentang logika, bahasa, dan paradoks, seperti "kuda putih bukan kuda," memberikan kontribusi besar dalam pemikiran filsafat China dan bahkan dalam diskusi filsafat modern.

Pemikiran Gongsun Long mengajak kita untuk lebih kritis dalam menggunakan bahasa dan memahami dunia dengan cara yang lebih mendalam.

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: LUCAS, T. (2012). WHY WHITE HORSES ARE NOT HORSES AND OTHER